Pemilu 2024
Pemilih Generasi Z di Bangli Bertambah 9.000 Lebih, Berusia 17 Tahun Saat Coblosan Pemilu 2024
Pemilih Generasi Z di Bangli Bertambah 9.000 Lebih, Berusia 17 Tahun Saat Coblosan Pemilu 2024 Digelar, Pantarlih Terkendalai Internet
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Fenty Lilian Ariani
BANGLI, TRIBUN-BALI.COM - Jumlah pemilih di Bangli dalam hajatan Pemilu 2024 mengalami peningkatan dibandingkan Pemilu 2019.
Sesuai data, peningkatan jumlah pemilih diketahui sebanyak 5 persen.
Komisioner KPU Bali Divisi Perencanaan Data dan Informasi, Ni Putu Anom Januwintari, Rabu (1/3) menjelaskan, pada Pemilu 2019, Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Bangli sebanyak 187.371 orang.
Sementara di tahun 2024, sesuai hasil rekapitulasi Pemutakhiran Data Pemilih Berkelanjutan (PDPB) jumlah pemilih bertambah 9.057 orang, sehingga totalnya menjadi 196.428 orang.
"Jadi ada penambahan jumlah pemilih sebanyak 5 persen dari Pemilu 2019. Seluruhnya merupakan pemilih pemula yang merupakan Generasi Z (Gen Z). Baik itu yang sudah berusia 17 tahun, atau yang akan berusia 17 tahun pada 14 Februari 2024," ungkapnya.
Anom belum bisa memastikan darimana sebagian besar pemilih baru ini berasal.
Pun demikian, dia juga belum bisa memberi rincian data pemilih berdasarkan kelompok usia. Ini dikarenakan proses pencocokan dan penelitian (Coklit) masih berlangsung.
Di mana sesuai jadwal, proses ini dimulai dari 12 Februari 2023 dan berakhir 14 Maret 2023.
"Nanti setelah proses Coklit dan kita buat pelaporan, baru bisa diketahui," ujarnya.
Mengenai proses Coklit, Anom mengaku, Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih) mengalami kendala dalam proses input data pemilih ke web e-coklit.
Oleh sebab itu, jelang dua pekan berakhirnya proses Coklit, data pemilih yang sudah berhasil diunggah ke web masih di bawah 50 persen.
"Dari data 196.428 baru masuk kurang lebih 98.636 jadi kurang dari 50 persen," katanya.
Anom mengatakan, kendala yang dialami Pantarlih di lapangan akibat perangkat Ponsel yang tidak mendukung. Selain juga kendala sinyal internet, di mana masih ada daerah di Bangli yang tergolong blankspot. Sehingga gagal saat login ke web e-coklit.
"Dari 796 TPS di Bangli, yang belum sama sekali login ke e-coklit ada 29 TPS. Mengantisipasi hal ini, Pantarlih sudah diperintahkan untuk mendata secara manual. Nanti untuk proses login dan sinkronisasi akan dibantu PPS dengan akun Pantarlih," sebutnya.
Anom tidak memungkiri masih ada potensi orang yang telah meninggal dunia masuk sebagai data pemilih. Hal ini dikarenakan dalam proses Coklit pihaknya menggunakan data agregat kependudukan semester 1 tahun 2022.
"Pasti ada saja satu hingga dua orang yang sudah meninggal masuk sebagai pemilih. Hanya saja kami belum bisa menyebut jumlahnya, karena belum ada pelaporan," ucapnya.
Kendati demikian, dalam proses Coklit pihaknya melakukan pemutakhiran secara de jure sesuai KTP-el dan KK-nya.
Kemudian dalam melakukan pencoretan terhadap data tersebut harus melampirkan bukti dukung.
"Contohnya yang meninggal harus ada akta kematian," imbuhnya.
Di lain sisi, walaupun data pemilih Bangli di tahun 2024 bertambah, jumlah TPS di Bangli justru berkurang.
Pada Pemilu 2019 jumlah TPS di Bangli sebanyak 843, sedangkan di Pemilu 2024 jumlah TPS hanya 796.
Anom menjelaskan, penurunan jumlah TPS karena kuota maksimal di satu TPS pada Pemilu 2024 sebanyak 300 orang. Berbeda dengan kuota masing-masing TPS di Pemilu 2019 yang berjumlah 250 orang.
"Namun tidak menutup kemungkinan jumlah TPS bertambah, ketika diketahui lebih dari 300 orang dalam satu TPS. Tetapi tetap melihat letak geografis pemilih. Jika ada TPS terdekat maka akan diarahkan ke TPS lain, namun jika tidak memungkinkan pindah TPS, maka akan dibuatkan TPS baru. Proses ini diketahui setelah ada Daftar Pemilih Sementara (DPS) tanggal 5 April," tuturnya.
Anom menambahkan, pada Pemilu 2024 ada TPS khusus yang berlokasi di Lapastik Bangli dan Rutan Bangli. Ada 4 TPS yang berlokasi di Lapastik Bangli, dan 2 TPS di Rutan Bangli.
"Di Lapastik ada 1098 pemilih, dan di Rutan ada 362 pemilih," sebutnya.
Sedangkan di RSJ, lanjut Anom, karena jumlah pemilihnya kurang dari 100 orang, maka tidak dibangun TPS khusus.
Untuk proses pemilihan di hari pemungutan suara, pasien RSJ dibantu dengan pindah memilih di TPS terdekat atau petugas KPPS membawakan surat suara ke RSJ sesuai pemilih yang ada. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.