Berita Denpasar

Yayasan Puri Kauhan Ubud Launching Buku dan Film Pendek Sastra Saraswati Sewana

Yayasan Puri Kauhan Ubud me-launching Buku dan Film Pendek Sastra Saraswati Sewana di Gedung DharmaNegara Alaya Denpasar, Jumat (3/3).

Penulis: Arini Valentya Chusni | Editor: Fenty Lilian Ariani
TB/ Arini Valentya Chusni
Yayasan Puri Kauhan Ubud me-launching Buku dan Film Pendek Sastra Saraswati Sewana di Gedung DharmaNegara Alaya Denpasar, Jumat (3/3). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Yayasan Puri Kauhan Ubud me-launching Buku dan Film Pendek Sastra Saraswati Sewana di Gedung DharmaNegara Alaya Denpasar, Jumat (3/3).

Acara launching ini merupakan launching kedua, setelah sebelumnya digelar di Djakarta Theater, Jumat (10/2). 

Ada tiga buku yang diluncurkan yang merupakan hasil kegiatan Sastra Saraswati Sewana 2022.

Buku pertama,  Toya Uriping Bhuwana Usadhaning Sangaskara, tentang catatan  pemuliaan air masyarakat Bali,  buku kedua ‘Nyapuh Tirah Campuhan’,  yang menggambarkan jejak peninggalan masa lalu di DAS Oos, dan buku ketiga berjudul ‘Jaladhi Smreti’, menceritakan pelabuhan kuno di Ketewel.   

Dalam sambutannya, Ari Dwipayana menyatakan bahwa ketiga buku ini saling terkait,  karena membahas tema air sebagai sumber kehidupan. 

Hadir dalam acara tersebut, Wakil Walikota Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa yang mewakili Walikota Denpasar dan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Prof Dr Drs I Nengah Duija,M.Si, Jro Gede Batur Duuran, Para Rektor dan Ketua Perguruan Tinggi se-Bali, Perbekel Keliki, Perbekel Ketewel, perwakilan perbekel dan Bendesa baik 15 Desa di kawasan Geopark Batur, 10 desa di sepanjang sungai Oos dan juga Ketewel,  budayawan, mahasiswa dan  undangan lainnya. 

Dalam sambutannya, Wakil Walikota Denpasar menyampaikan apresiasi atas terlaksanannya kegiatan tersebut yang  dapat dimanfaatkan untuk menyebarluaskan sastra-sastra Agama yang di miliki masyarakat Bali. 

“Apa yang telah dilakukan Yayasan Puri Kauhan Ubud merupakan wujud mengeksistenskan konsep Tri Angga (Ulu, Madya dan Teben) yang terralisasi dalam bentuk kegiatan di Hulu “Batur”, Campuhan “Ubud” dan Hilir “Ketewel”, tegasnya. 

Dirjen Bimas Hindu, Prof Duija  dalam testimoninya, menilai kegiatan Yayasan Puri Kauhan Ubud istimewa karena kegiatannya mampu mengabungkan teks  dengan konteks.

Mampu mengimplementasikan gagasan berbasis dasar pengetahuan yang kuat.

“Kegiatan ini menguatkan  literasi kebudayaan Bali. mampu menterjemahkan teks menjadi konteks. Mengingatkan dan  memberikan edukasi kepada masyarakat, bahwa kita punya banyak nilai yang terpendam, dan perlu di ketahui dan bumikan dalam keseharian”, ujar Dirjen. 

Dalam acara tersebut juga disampaikan testimoni kaitan program yang disampaikan Jero Gede Batur Duuran, Perbekel Keliki, I Ketut Wita dan Perbekel Ketewel I Putu Gede Widya Kesumanegara.  

Mereka sepakat, bahwa kegiatan Yayasan Puri Kauhan Ubud memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat di daerah-daerah yang menjadi lokasi kegiatan. 

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc, juga menyampaikan sambutan secara online. Mensesneg mendukung upaya-upaya Yayasan puri Kauhan Ubud dalam melestarikan nilai-nilai luhur masyarakat Bali terutama kaitan pemuliaan air. 

"Masyarakat Bali sejak dulu telah punya pengalaman panjang untuk melestarikan alam di sepanjang aliran sungai, untuk mencegah bencana, jaga ketahanan pangan, dan juga mensejahterakan masyarakat di sekitar,” ungkapnya. 

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved