Bincang Siang: Menggugat Peran Pers dan Media di Tengah Banjir Informasi bersama Palmerah, Yuk!

Bincang Siang: Menggugat Peran Pers dan Media di Tengah Banjir Informasi bersama Palmerah, Yuk!

Editor: Fenty Lilian Ariani
ist
Bincang Siang: Menggugat Peran Pers dan Media di Tengah Banjir Informasi bersama Palmerah, Yuk! 

TRIBUN-BALI.COM - Kompas Gramedia kembali menggelar acara Palmerah, Yuk!, menghadirkan beberapa narasumber pada sesi Bincang Siang: Menggugat Peran Pers dan Media di Tengah Banjir Informasi.

Talkshow ini membahas dan memberikan insight kepada teman-teman Warga KG serta pengunjung dengan diisi oleh beberapa narasumber, yaitu Reporter Azizah Hanum, Manager UMN Consulting Istman M.P, dan Ketua Komisi Pelatihan dan Pengembangan Profesi Dewan Pers Tri Agung Kristanto serta Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho sebagai moderator.

Selama Bincang Sore berlangsung, narasumber berbagi insight dan opini yang beragam mengenai peran media dan pengalaman yang dimiliki.

Mulai dari penjelasan tugas utama dari pers dan media, serta pembahasan perihal bagaimana media tetap bertahan dengan perubahan-perubahan yang dialami dari tahun ke tahun.

Istman dan Tri berpendapat bahwa pers dan media harus menjadikan ancaman yang ada pada kegiatan jurnalistik sebagai kesempatan untuk berkembang. Para narasumber berpendapat bahwa pers dan media yang bertahan adalah mereka yang mampu untuk beradaptasi dengan ancaman yang diterima. 

“Chat GPT itukan sering dianggap sebagai ancaman untuk dunia jurnalistik, karena sistemnya itu dia bisa memberikan sesuatu pernyataan yang bahkan tidak bisa kita pastikan benar atau tidaknya. Oleh karena itu, kita sebagai pers dan media harus siap menghadapi hal tersebut dengan menjunjung tinggi bagaimana media itu harus menyatakan kebenaran. Dengan informasi yang tepat dan dapat dibuktikan kebenarannya, kita akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat,” ucap Hanum.

Saat ini dunia jurnalistik juga dianggap akan terancam dengan adanya teknologi baru seperti Chat GPT.

Namun, narasumber sepakat bahwa media dapat bertahan dengan cara yang tepat, yakni menyesuaikan informasi sesuai dengan kategori masyarakatnya.

Sekarang Generasi Z sebagai generasi yang mendominasi di Indonesia pastinya memiliki cara sendiri untuk menyerap informasi dan memiliki kebiasaan unik dalam bereaksi terhadap informasi yang beredar di media.

“Kita tidak boleh menjadi media yang arogan, sebagai media kita harus membuka mata dan membuka telinga. Kita harus mengenali generasi yang mendominasi, dengan mengenali mereka kita bisa tahu bagaimana caranya menyampaikan informasi dengan cara yang tepat untuk mencapai mereka. Contohnya seperti Generasi Z, segala sesuatu yang viral maka akan menjadi FOMO dan mereka akan menaruh rasa peduli kepada hal itu,” tambah Istman.

Peran penting yang harus dilakukan oleh pers dan media adalah kemampuan untuk beradaptasi.

Hal ini dinyatakan oleh Tri dengan mengibaratkan bahwa ancaman yang ada merupakan sebuah seleksi alam yang akan berdampak kepada semua media.

Saat ini media-media yang mampu beradaptasi lah yang dapat bertahan, sesuai dengan teori Darwin.

“Banyak media yang mencoba melakukan shifting, tapi berujung tidak sesuai dengan ekspektasi. Contohnya ada salah satu media dari Singapura yang melakukan shifting pada tahun 2007. Mereka memutuskan untuk berganti menjadi media daring secara utuh dan bahkan sampai saat ini mereka sudah tidak dikenal. Shifting tidak bisa dilakukan secara keseluruhan, kita harus menyesuaikannya dengan keadaan sebab media itu harus mempunyai kaki-kaki yang kuat. Oleh karena itu, ancaman-ancaman yang ada dapat dijadikan sebagai tantangan untuk terus berkembang,” tambah Tri.

Palmerah, Yuk! Pekan ini menghadirkan Pasar Jumat yang diadakan mulai pukul 09.00 - 18.00 WIB.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved