Berita Bali
Begini Sejarah Pura Puncak Mangu Yang Berlokasi di Atas Gunung Catur Desa Pelaga Petang Badung Bali
Begini sejarah Pura Puncak Mangu yang berlokasi di atas Gunung Catur, Desa Pelaga, Petang, Badung, Bali.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Putu Kartika Viktriani
Diakui Pura Puncak Mangu, berada di atas Gunung Catur. Dilihat dari tata letak, di sebelah Timur Laut terdapat danau Beratan Bedugul yang terletak di Kabupaten Tabanan, sehingga gunung inipun dikenal juga sebagai Puncak Beratan.
Selain itu juga dikenal sebagai Puncak Pangelengan, Puncak Mangu dan Pucak Tiingan.
Pura Puncak Mangu sendiri juga erat kaitannya dengan Puri Mengwi, diakui pada jaman dulu salah seorang pendiri kerajaan Mengwi yaitu I Gusti Agung Putu, melakukan tapa yoga untuk mengheningkan pikiran setelah kalah berperang.
Pada saat perjalanan menuju puncak gunung, beliau mengalami kesulitan melalui hutan lebat yang dilaluinya, dan secara tidak sengaja menemukan reruntuhan bangunan pelinggih lengkap dengan lingga.
"Disinilah akhirnya beliau melakukan tapa samadi dan berhasil menemukan jati dirinya lalu berusaha untuk bangkit lagi dari kekalahan guna meraih kemenangan hingga akhirnya dia mampu mendirikan Kerajaan Mengwi," ujar Jero Mangku menceritakan sedikit sejarah pura.
Disebutkan pada masa pemerintahan I Gusti Agung Putu, pura Pucak Mangu sempat dipugar dan dibangun sejumlah pelinggih.
Pura Pucak Mangu di Badung ini termasuk peninggalan sejarah kuno Bali, yang di pugar oleh raja Mengwi.
Hingga abad ke XVIII pelinggih utama di pura Pucak Mangu di desa Pelaga adalah Lingga Yoni saja beserta bangunan pelengkap lainnya dalam ukuran yang lebih kecil memiliki fungsi sebagai media untuk menghaturkan banten atau sesajen kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa sebagai penguasa tunggal pura.
Sehingga sampai saat ini Pura Pucak Mangu sebagai pura kahyangan jagat mulai dikenal di seluruh pulau Dewata Bali.
"Pura Pucak Mangu di Pelaga Badung ini, memiliki fungsi penting dalam posisi kahyangan jagat di pulau Dewata Bali, pura ini berfungsi sebagai Catur Loka Pala yakni 4 buah pura yang menempati posisi mata angin berfungsi sebagai pelindung dan menjaga pulau Dewata Bali. Empat pura itu diantaranya Pura Pucak Mangu menempati pososi di Utara, Lempuyang di sebelah Timur, Andakasa di Selatan dan Batukaru di Barat," ucapnya.
Pura Pucak Mangu juga berfungsi sebagai Padma Bhuwana sebagai simbol dari buana agung atau alam semesta dan sebagai tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan manifestisanya sebagai Dewa Sangkara.
Di pelataran pura Pucak Mangu juga terdapat sejumlah pelinggih, seperti Meru Tumpang Lima yang memiliki fungsi sebagai istana atau linggih Batara Pucak Mangu. Selain itu juga ada Meru Tumpang Tiga adalah linggih Batara Teratai Bang.
Di pura Pucak Mangu juga dibangun Padma Capah yang memiliki fungsi sebagai pengubengan atau pelinggih dari Panca Rsi, dimana di dalamnya memiliki lima ruangan yang masing-masing menghadap ke empat penjuru dunia dan sebuah ruangan yang cukup besar berada di tengah atau di pusat, dikelilingi oleh bangunan kecil lainnya.
"Karena dulu akses Pura Puncak Mangu ini sangat sulit sekali dijangkau, karena hutan belantara, akhirnya pada tahun Saka 1752 atau sekitar tahun 1830 Masehi, pura Penataran Tinggan didirikan. Pura Penataran ini yang memiliki fungsi untuk melakukan hubungan persembahyangan dengan pura-pura di Penataran Ulun Danu Beratan," jelasnya.
Hingga saat ini, banyak warga sembahyang di pura Penataran saja, mengingat piodalan sama dengan yang di Puncak Mangu.
Diakui piodalan atau pijawali yang berlangsung pada Purnama Kalima.
"Biasanya saat piodalan jam 4 pagi kita mendaki melakukan piodalan di Pura Puncak Mangu. Setelah itu nuur betara tirda menuju penataran, dan langsung melakukan upacara piodalan di penataran. Sehingga krama yang melakukan persembahyangan bisa sembahyang di penataran saja," imbuhnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.