Berita Tabanan

Tabanan Nihil Kasus Meningitis

Kasus Meningitis Streptococcus Suis (MSS) di Tabanan tercatat nihil atau zero kasus.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Fenty Lilian Ariani
ist/via Kompas.com
Ilustrasi bakteri Streptococcus pneumoniae penyebab penyakit radang selaput otak atau meningitis. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- Kasus Meningitis Streptococcus Suis (MSS) di Tabanan tercatat nihil atau zero kasus.

Meski begitu, Dinas Kesehatan Tabanan tetap melakukan upaya pencegahan yakni dengan promosi preventif.

Hal ini disampaikan Direktur Rumah Sakit Singasana, dr Dody Setiawan. 

dr Dody mengatakan, bahwa Sampai saat ini belum menerima atau merawat pasien MSS.

Pihaknya belum pernah dan mudah-Mudana tidak ada kasus itu di Tabanan.

Karena itu, supaya terhindar dari MSS ini, ia mengajak masyarakat untuk menghindari makanan yang tidak dimasak dengan baik seperti contoh daging atau produk hewan yang kurang matang dan mentah.

“Sampai saat ini belum ada. Dan penyebab meningitis suis ini yaitu kuman, bisa juga masuk lewat kulit yang sedang luka. Tapi ini kasus yang jarang terjadi namun bisa terjadi kuman masuk lewat luka pada kulit," ucapnya, Selasa 18 April 2023.

Dia menambahkan pasien disebut terinfeksi MSS, biasanya diawali dengan demam, sakit kepala, muntah dan penurunan kesadaran. Komplikasinya yang sering setelah sembuh hilangnya pendengaran. 

“Jadi mari lakukan kebersihan secara menyeluruh artinya perilaku hidup bersih yang utama," ungkapnya.

Di bagian lain, Kepala Dinas Pertanian Tabanan Made Subagia menegaskan, bahwa belum menerima peternak di Tabanan melaporkan ternak terutama babi sakit ditengah kembalinya merebaknya MSS di kabupaten lain.

Supaya daging ternak yang dikonsumsi aman, maka tetap langkah wajib yang harus dilakukan peternak ialah sanitasi yang rutin dilakukan. Kemudian, beo security di lingkungan ternak dijalankan.

“Pencegahan adalah hal utama daripada berbuat setelah terserang virus," tegasnya.

Mantan Kadis DLH itu mengaku, bahwa peternak harus memperhatikan nutrisi ternak yang dipelihara.

Misalnya untuk ternak babi diberikan standar nutrisi sesuai dengan takaran yang diberikan penyuluh peternakan.

Kemudian bila ada babi yang sakit segera diperiksakan dan jangan dijual. Jika memang sakitnya berbahaya harus rela dikubur. Kalau dijual itu berpengaruh pada keamanan pangan.

“Kita terus akan ingatkan para peternak, karena kadang-kadang mereka lengah, ketika sakit baru bertindak,” bebernya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved