Berita Viral

Penyapu Koin di Jembatan Sewoharjo Kena Prank Pemudik, Dilempar Gepokan Uang: Ternyata Uang Mainan

Gepokan uang Rp15 juta yang dilempar oleh seorang pemudik motor ke arah sungai di bawah jembatan ternyata merupakan uang mainan.

Editor: Mei Yuniken
Dok. Polsek Pusakanagara
Mak Iye, wanita penyapu koin yang kena prank dapat uang jutaan rupiah 

Menyapu koin sudah tradisi dan budaya masyarakat di sekitaran jembatan Sewoharjo.

“Pasalnya setiap hari baik siang maupun malam, di atas jembatan tersebut terdapat banyak ditemukan puluhan orang yang berada di pinggir jalan dengan membawa sapu lidi panjang.

Mereka mengais rejeki di atas jembatan tersebut, karena banyak pengendara yang melintas melemparkan uang receh atau koin,” katanya.

Baca juga: Mbah Pur 70 Tahun, Pemudik Asal Demak Semangat Kayuh Sepeda ke Jogja: Nikmati Setiap Kilometernya

Dikatakan  Mak Iye, ada orang yang percaya bahwa dengan memberikan receh di jembatan Sewo akan terhindar dari marabahaya.

“Ini tidak lepas dari dua mitos yang menyebabkan banyak pelintas jalan yang selalu melemparkan uang receh saat melintas jembatan Sewo.

Kalau pengendara yang melintasi jembatan Sewoharjo tak melempar uang receh, maka selama perjalanan akan diganggu oleh makhluk halus bahkan sampai celaka,” ungkapnya.

Menurut  Mak Iye, Mitos tersebut berawal dari kisah cerita Saedah dan Saeni, yakni dua orang saudara kembar yang menjadi penari ronggeng yang mengingkari perjanjiannya dan menceburkan diri kemudian berubah menjadi buaya putih.

“Mendengar anaknya berubah wujud menjadi buaya putih dan kemudian Sarkawi, ayah Saeni bersama istrinya Maemunah menceburkan diri ke Kali Sewo dibawah jembatan Sewoharjo ntuk mencari anaknya tersebut,” katanya.

Sementara itu Saedah kakaknya terus menunggu kehadiran adik dan ayahnya di pinggir jembatan sampai akhirnya berubah wujud menjadi bambu.

“Tempat menceburkan diri Sarkawi diberi nama Balai Kambang dan kemudian tragedi tersebut membuat masyarakat ada yang meyakini penghuni Kali Sewo adalah penjelmaan keluarga Sarkawi, Maemunah dan Saeni si penari ronggeng.

Sehingga untuk tolak bala dan nyawer Saeni maka banyak pelintas yang memberikan uang receh saat melintas jembatan Sewo ini,” tuturnya.

Kemudian mitos kedua adalah tragedi kecelakaan yang menimpa salah satu rombongan bus yang hendak membawa transmigran asal Boyolali, pada 11 Maret 1974 lalu.

Rombongan transmigran tersebut hendak menuju Sumatera Selatan.

Namun, salah satu bus yang membawa rombongan tersebut tergelincir, kemudian masuk ke sungai dan terbakar di kali Sewo Desa Sukra Kabupaten Indramayu.

“Musibah tersebut terjadi pada pukul 04.30 dini hari.

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved