Berita Bali

Update Kondisi Pasien Meningitis di RSUP Prof. Ngoerah, Kondisi Membaik Meski Alami Ketulian

Update kondisi pasien Meningitis di RSUP Prof. Ngoerah, kondisi membaik meski alami ketulian.

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Kartika Viktriani
Putu Yunia/Tribun Bali
dr. AA Ayusurya Praba Sp.S(K) selaku dokter neuro infeksi RSUP Prof. Ngoerah yang menangani kasus meningitis di Bali meng-update perkembangan pasien meningitis di Bali yang dirawat sesuai mengonsumsi olahan daging babi yang tak matang 

Ketiga pasien tersebut saat ini dalam kondisi stabil dan masih dalam perawatan tim dokter neuro infeksi. 

Namun demikian, hampir semua pasien mengalami gejala sisa yang sebagian besarnya adalah tuli atau gangguan pada alat pendengar. 

Tercatat, pada tahun 2022 terdapat 23 kasus meningitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus suis. 

Pertumbuhan bakteri terlihat jelas pada beberapa pasien, sementara pada beberapa pasien lainnya tidak ditemukan. 

Meski demikian, kesemuanya tetap dirawat sebagai pasien meningitis Streptococcus suis dengan pemberian antibiotik. 

Kemudian untuk tahun 2023, dari Januari hingga April, rata-rata rumah sakit merawat 3-5 pasien yang mengidap meningitis Streptococcus suis. 

Dokter Ayu menuturkan pada umumnya trend kasus meningitis akan meningkat pada saat setelah hari raya umat Hindu di Bali

“Bakteri penyebab meningitis yang ini memang hidup di Bali. Biasanya kasus akan meningkat trendnya setelah hari raya di Bali karena biasanya saat itulah konsumsi daging babi meningkat,” tutur dokter Ayu. 

Kedepannya, ketiga pasien ini akan tetap dilakukan perawatan dengan pemberian antibiotik. 

Dokter Ayu dan timnya akan terus melakukan evaluasi terkait dengan kondisi klinis dan laboratorium pasien. 

Apabila sudah menunjukkan perbaikan maka pasien bisa dipulangkan dan perawatan dapat dilanjutkan di rumah. 

Tetapi, karena terdapat gejala sisa berupa tuli, maka dokter Ayu akan mengoordinasikan juga dengan dokter THT untuk perawatan lanjutannya. 

“Kami akan kordinasikan juga dengan sejawat kami di dokter THT bagaimana tidak lanjutnya saat akan melakukan rawat jalan. 

Dokter  THT sendiri juga akan melakukan pemantauan kondisi perkembangan ketulian atau gangguan pendengaran dari pasien tersebut,” tutupnya. (yun)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved