Ditahan Tanpa Dakwaan oleh Israel, Pria Palestina Tewas Setelah Mogok Makan Selama 87 Hari

Ditahan Tanpa Dakwaan oleh Israel, Pria Palestina Tewas Setelah Mogok Makan Selama 87 Hari

Muhammad Smiry
Khader Adnan, pria Palestina yang melakukan mogok makan selama 86 hari sejak penahanannya pada Februari 2023. Khader Adnan meninggal dunia pada 2 Mei 2023 di sel tahanannya di Israel. 

pa Penembak MUI Jakarta Juga Mengaku Sebagai Wakil Nabi Muhammad saat Rusak Kantor DPRD Lampung

 
Home
 Internasional
 Afrika
Konflik Palestina Vs Israel
Pria Palestina Meninggal di Sel Tahanan Israel setelah Mogok Makan selama 86 Hari
Selasa, 2 Mei 2023 18:52 WIBPenulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
 
 
 
 
 
 
 
Muhammad Smiry
A-A+
Khader Adnan, pria Palestina yang melakukan mogok makan selama 86 hari sejak penahanannya pada Februari 2023. Khader Adnan meninggal dunia pada 2 Mei 2023 di sel tahanannya di Israel

 

 

TRIBUN-BALI.COM - Mogok makan selama 87 hari di tahanan, pria Palestina bernama Khader Adnan tewas pada Selasa (2/5/2023) pagi.

Khader Adnan ditahan pemerintah Israel karena memiliki afiliasi dengan kelompok Jihad Islam Palestina.

"Adnan menolak untuk menjalani tes medis dan menerima perawatan medis," kata layanan penjara Israel.

Khader Adnan mulai mogok makan tak lama setelah ditangkap pada 5 Februari 2023, seperti diberitakan Al Jazeera.

Baca juga: WBP Palestina di Rutan Kelas IIB Bangli Langsung Bebas Usai Terima Remisi Lebaran 2023

"Khader Adnan telah dieksekusi dengan darah dingin," kata Asosiasi Tahanan WAED di Gaza kepada Reuters.

Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan Khader Adnan menolak makan selama 87 hari untuk memprotes penahanannya tanpa dakwaan.

“Ini adalah hal yang sangat berbahaya yang telah terjadi,” kata Mustafa Barghouti, mantan menteri informasi Palestina dan sekretaris jenderal partai politik Prakarsa Nasional Palestina.

"Pemerintah Israel dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir secara pribadi bertanggung jawab atas tindakan pembunuhan ini”, kata Barghouti kepada Al Jazeera.

Baca juga: Indonesia Gagal Main di Piala Dunia U20, Pemain Liga 1 Digandeng Eks Persib Bandung Bela Palestina

“Saya menyebutnya tindakan pembunuhan karena pemerintah Israel tahu betul, dan pengadilan militernya, bahwa seseorang yang melakukan mogok makan selama 86 hari, yang tidak menerima perawatan medis apa pun, dapat meninggal kapan saja. Dan itulah yang sebenarnya terjadi,” kata Barghouti.

“Ini adalah negara yang mempraktikkan Fasisme. Israel adalah negara yang mempraktikkan pelanggaran hak asasi manusia yang tidak dapat diterima,” lanjutnya.

Sebagai ayah dari sembilan anak, Khader Adnan telah ditangkap 12 kali selama hidupnya dan telah melakukan aksi mogok makan selama beberapa kali bertugas di penjara Israel, dikutip dari WAFA.

Keluarga Khader Adnan telah memperingatkan, setelah 80 hari tanpa makanan, hidupnya dalam bahaya.

Pekan lalu, istri Adnan, Randa Mousa mengatakan kepada kantor berita Agence France-Presse (AFP), suaminya ditahan di sebuah klinik di penjara Ramla di Israel tengah.

“Dia (Khader Adnan) menolak dukungan apa pun, menolak pemeriksaan medis, dia berada di sel dengan kondisi penahanan yang sangat sulit,” kata sang istri.

“Mereka (Israel) telah menolak untuk memindahkannya ke rumah sakit sipil, mereka menolak untuk mengizinkan pengacaranya berkunjung,” tambahnya.

Sebelumnya, Khader Adnan melakukan mogok makan beberapa kali pada penangkapan sebelumnya.

Ia pernah mogok makan selama 55 hari pada tahun 2015 untuk memprotes penangkapannya di bawah penahanan administratif, di mana tersangka ditahan tanpa batas waktu oleh Israel tanpa dakwaan atau pengadilan.

Pada tahun 2004, Khader Adnan melakukan protes mogok makan selama 25 hari saat ditahan.

Ia kembali ditahan dan melakukan mogok makan selama 67 hari pada tahun 2012.

Dua tahun kemudian, ia mogok makan selama 54 hari saat ditahan pada tahun 2014.

Pada tahun 2021, Khader Adnan kembali mogok makan selama 25 hari.

Israel saat ini menahan lebih dari 1.000 tahanan Palestina tanpa dakwaan atau pengadilan.

Jumlah ini merupakan yang tertinggi sejak 2003, menurut kelompok HAM Israel HaMoked.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved