Pemilu Turkiye

Hasil Sementara Pemilu Turkiye 2023: Erdogan Unggul, Berikut Jejaknya Pimpin Turkiye Selama 20 Tahun

Update Pemilu Turkiye, Presiden Recep Tayyip Erdogan dan koalisi People's Alliance unggul sangat tipis dari pesaingnya, Kemal K l çdaro lu

|
Editor: Ni Luh Putu Rastiti Era Agustini
UMIT BEKTAS/POOL/AFP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan suaranya di tempat pemungutan suara untuk memilih dalam pemilihan presiden dan parlemen, di Istanbul, Turki, pada 14 Mei 2023. Presiden Turki berusia 69 tahun, yang mencalonkan diri kembali, menghadapi pemilihan terberat tantangan dari pemerintahannya selama dua dasawarsa karena ia perlahan-lahan kehilangan dukungan dari segmen utama populasi yang mendukungnya selama dekade yang lebih makmur setelah kebangkitannya pada tahun 2003. UMIT BEKTAS/POOL/AFP 

Ia memprioritaskan proyek-proyek infrastruktur raksasa untuk memodernisasi Turkiye yang membuat kelompok kelas menengah di Turkiye berkembang, dan jutaan orang keluar dari kemiskinan.

Erdogan berhasil meyakinkan pemilih dari kelompok minoritas Kurdi di Turkiye selama tahun-tahun awal dia berkuasa.

Hak-hak orang Kurdi dipulihkan dan setelah tiga dekade berkonflik, proses perdamaian baru diluncurkan pada Maret 2013.

Ini membuat kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) mengumumkan gencatan senjata.

siklus kekerasan yang berkepanjangan itu kembali terjadi dan kesepakatan itu hanya bertahan dua tahun.

Para kritikus mulai memperingatkan bahwa Erdogan menjadi semakin otokratis pada 2013.

Pengunjuk rasa turun ke jalan, sebagian dipicu rencana pemerintahan Erdogan mengubah taman yang sangat disukai orang-orang di pusat Kota Istanbul pada musim panas 2013.

Mereka juga menantang pemerintahannya yang semakin otoriter.

Erdogan memerintahkan penggusuran paksa pengunjuk rasa dari Taman Gezi.

Penggunaan kekuatan polisi yang berlebihan memicu demonstrasi massa yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Itu menandai titik balik dalam pemerintahannya.

Baca juga: Sebelum Lepaskan Tawanan, KKB Papua Minta Tebusan Rp500 Juta, Pendeta Berhasil Lakukan Kompromi

Dianggap Sultan dari Kesultanan Ustmaniyah

Erdogan bertindak lebih seperti seorang sultan dari Kesultanan Ustmaniyah dibandingkan seorang demokrat  di mata orang-orang yang mengkritiknya.

Kebangkitan umat Muslim Partai yang dipimpin Erdogan juga mencabut larangan perempuan mengenakan jilbab di kampus-kampus dan tempat pelayanan publik yang berlaku setelah kudeta militer pada tahun 1990.

Larangan tersebut juga akhirnya dicabut untuk para perempuan di institusi kepolisian, militer, dan peradilan.

Halaman
1234
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved