Maestro Karawitan Berpulang

PROFIL Wayan Suweca, Maestro Karawitan Bali: Penggagas Lomba Gender Wayang, Punya Banyak Penghargaan

Berikut ini adalah profil I Wayan Suweca, maestro asal Bali yang meninggal dunia.

Editor: I Putu Juniadhy Eka Putra
Istimewa
Maestro Karawitan Bali I Wayan Suweca semasa hidup 

PROFIL Wayan Suweca, Maestro Karawitan Bali: Penggagas Lomba Gender Wayang, Punya Banyak Penghargaan

TRIBUN-BALI.COM Berikut ini adalah profil I Wayan Suweca, maestro asal Bali yang meninggal dunia.

I Wayan Suweca meninggal dunia diusia 75 tahun pada Selasa 23 Mei 2023 pukul 07.00 WITA.

Ia diketahui merupakan seorang maestro karawitan.

Putri pertamanya, Ni Putu Hartini mengatakan jika saat ayah telah dirawat di rumah sakit sejak Sabt 20 Mei 2023.

Suweca berpulang di Rumah Sakit Puri Raharja dan kini jenazah masih dititip di KMJ RSUD Wangaya.

“Rencana akan dilakukan upacara ngaben pada 28 Mei 2023 mendatang. Namun masih akan dirembugkan dengan keluarga,” kata Hartini.

Hartini mengatakan, sang ayah terakhir kali pentas magambel di Pura Besakih saat Pangerupukan Nyepi pada Maret 2023 lalu.

Lantas siapa sosok I Wayan Suweca?

Sosok I Wayan Suweca

I Wayan Suweca merupakan pria kelahiran 31 Desember 1948 yang lekat dengan dunia gamelan sejak kecil.

Saat umur tujuh tahun, ia sudah belajar memainkan gamelan gender wayang.

Darah seni mengalir dari keluarganya, sehingga dalam kesehariannya selalu disibukan dengan berlatih magambel.

Bisa dibilang kegiatan memainkan gamelan sebagai bagian dari aktivitas bermain dalam kesehariannya.

Baca juga: BREAKING NEWS - Maestro Karawitan Bali I Wayan Suweca Berpulang, Bawa Gamelan Keliling Dunia

Walau demikian, ia bersama anak-anak lainnya juga biasa jalan-jalan ke Pantai Sanur, mandi di Dam Oongan, dan menikmati udara segar di sawah.

Karir

Selain sebagai seniman, ia juga seorang pendidik dan sempat menjadi dosen di Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar.

Pria yang selama hidupnya tinggal di Jalan Noja Saraswati No 9 Kesiman Petilan Denpasar itu juga mengajar orang asing di luar negeri khusus memainkan gamelan, seperti gender wayang.

“Beliau hampir tujuh tahun mengajar di Amerika Serikat. Giat mengajar mahasiswa di sana memainkan gamelan, baik itu kepada penabuh laki-laki atau pun perempuan, karena disana laki dan perempuan sama saja,” ujar Harti ini.

Dilansir dari Wikipedia, pada awal 1980-an, bersama dengan murid-muridnya Michael Tenzer dan Rachel Ann Cooper.

Ia mendirikan dan memimpin ansambel gamelan Sekar Jaya yang terkenal di Berkeley, California.

Kemudian di tahun 1993, ia mendirikan ansambel Giri Kedaton di Montreal.

Dari tahun 1982 hingga 2004, ia adalah profesor di Akademi Seni Nasional Indonesia (STSI) di Bali. Dari 1987 hingga 1993.

Selain itu, I Wayan Suweca juga menjadi guru tamu di Université de Montréal di Kanada dan di Rochester, AS.

Saat di Amerika, ia heran, laki-laki dan perempuan sama-sama bisa memainkan gamelan secara baik.

Pengalaman unik tersebut kemudian menjadi inspirasi untuk mencoba membentuk sekaa gong yang pemainnya merupakan para wanita Bali.

Suweca kemudian mengawali membentuk sekaa gong wanita di Kota Denpasar tepatnya, di Jalan Hayam Wuruk No. 4 Banjar Kayumas, Denpasar.

Nama I Wayan Suweca pun sudah tak asing lagi dalam dunia seni karawitan Bali dan memiliki spesialisasi kendang.

Baca juga: Kolaborasi Fotografer Prancis Stephane Sensey dan Maestro Tari Didik Nini Thowok Tampil di Kempinski

Seniman asal Banjar Kayumas Denpasar ini merupakan penggagas lomba gender wayang yang kini menjadi materi dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB).

Selain itu, ide membentuk penabuh wanita juga lahir dari buah pikirnya yang terinspirasi setelah ia ikut mendirikan Sekaa Gong Sekar Jaya di California Amerika.

Disamping itu, Suweca juga mengawali lomba mekendang tunggal yang kini menjadi tren bagi kalangan seniman muda.

Beberapa penghargaan pun sudah pernah diraihnya, seperti Kerti Budaya dari Walikota Denpasar pada tahun 2014, penghargaan Pengabdi Seni pada pelaksanaan PKB ke-39 tahun 2017 dan menerima piagam Dharma Kusuma dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali tahun 2019.

Penghargaan seni ini diberikan khusus kepada orang yang berhasil melestarikan kesenian Bali, melakukan pembinaan dan mengembangkan dengan berbagai kreativitas mencipta seni baru.

Pada tahun 2021 lalu, ia juga menjadi salah satu penerima penghargaan Adi Sewaka Nugraha dari Pemprov Bali.

Penghargaan

I Wayan Suweca menerima banyak penghargaan dan komisi dari beberapa yayasan, galeri, dan organisasi seni.

Pada tahun 1992, ia ditugaskan oleh Diffusion Système Minuit du Québec untuk membuat " kreasi baru kontemporer" (komposisi musik kontemporer untuk Gamelan) berjudul "Cyclus Kahidupan" (Siklus Kehidupan).

Karya ini dibuat di Galerie Articule dan secara bersamaan disiarkan di radio CKUT di Montreal, Quebec, Kanada.

Baca juga: 30 Karya Maestro Nyoman Gunarsa Dipamerkan di Sanur, Pameran Pertama di Bali Setelah Berpulang

Dia mengarahkan konser khusus Gamelan de l'Université de Montréal untuk peringatan Pameran Internasional Paris pada tahun 1989, yang disiarkan di Radio-Kanada dan Radio-Prancis. I

Ia juga seorang komposer terkenal, pemain kendang, dan pemain gamelan gender wayang yang terkenal.

Dia muncul di lebih dari tiga puluh CD untuk label seperti Bali Records dan Nonesuch.

Sejak 2006, ia telah mengerjakan proyek wayang kulit baru dan secara intensif meneliti nyanyian tradisional Bali (kekawin).

(*)

(Tribun-Bali.com/Putu Supartika)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved