Liga 1

Persebaya Surabaya Terancam Sanksi Karena Suporter Datang di Laga Away, Ini Kata Yahya Alkatiri

Update Liga 1 2023/2024, Persebaya Surabaya terancam mendapatkan sanksi lagi dari Komdis PSSI. Sanksi tersebut berkaitan dengan larangan suporter...

Editor: Ni Luh Putu Rastiti Era Agustini
Surya.co.id/Official Persebaya
Yahya Alkatiri, manajer Persebaya Surabaya 

TRIBUN-BALI.COM – Update Liga 1 2023/2024, Persebaya Surabaya terancam mendapatkan sanksi lagi dari Komdis PSSI.

Sanksi tersebut berkaitan dengan larangan suporter tim ke kandang lawan saat Persebaya Surabaya bertandang ke markas Persija Jakarta seperti dilansir dari Bolasport.com.

Pertandingan Persija Jakarta vs Persebaya Surabaya dilaksanakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (30/7/2023).

Beberapa pendukung Persebaya Surabaya dikabarkan tetap menonton laga away untuk Bajul Ijo tersebut.

Sebelumnya, Persebaya Surabaya telah mendapatkan sanksi dari Komdis PSSI berupa denda Rp25 juta.

Penyebabnya adalah terdapat Bonek Mania yang datang ke laga away Persebaya Surabaya saat menghadapi PSIS Semarang (16/7/2023).

Baca juga: Jadwal Persib Bandung vs Bali United Liga 1 2023/2024 Hari Ini, Berikut Komentar Yaya Sunarya

Namun demikian, manajemen Persebaya Surabaya berharap adanya keadilan dari PSSI.

Hal ini dikarenakan terdapat oknum suporter lain yang menyanyikan chant bernada rasialis.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Manajer Persebaya Surabaya, Yahya Alkatiri.

"Ya kalau memang ada sanksi, tetapi saya minta semuanya adil," ujar Yahya Alkatiri pada Rabu (2/8/2023).

"Yang pertama, semoga larangan itu segera dievaluasi, hal itu yang paling penting."

"Yang kedua, semoga adil, di situ bukan hanya suporternya Persija dengan suporter Persebaya, tetapi ada satu lagi suporter yang bisa berada di sana dan memancing keributan serta mengeluarkan chant rasialis," lanjutnya.

Padahal, Yahya menyebut saat pertandingan, begitu ada chant rasialis di Stadion GBK, dia sudah meminta petugas PT LIB untuk menghentikan pertandingan sementara.

Permintaan itu belajar dari Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022.

"Waktu sidang Kanjuruhan, saat kami menjadi saksi, salah satu pertanyaan adalah 'Kenapa ketika ada chant seperti itu, pertandingan masih dilanjutkan?'," ujar Yahya Alkatiri.

Halaman
12
Sumber: BolaSport.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved