Berita Nasional

33 Tahun Jadi Guru Honorer, Mimpi Rini Jadi ASN Diwujudkan Ganjar

ada belasan ribu honorer atau guru tidak tetap (GTT) di Jateng yang nasibnya membaik pada era kepemimpinan Gubernur Ganjar Pranowo.

Istimewa
33 Tahun Jadi Guru Honorer, Mimpi Rini Jadi ASN Diwujudkan Ganjar 

TRIBUN-BALI.COM, SURAKARTA - Mimpi Rini Udayanti menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) terwujud setelah 33 tahun menanti.

Rini kini menjadi guru ASN di SMAN 1 Surakarta.

Sebelumnya, ia mengabdi sebagai guru honorer di SMK Santo Paulus Surakarta selama 33 tahun.

Selain Rini, ada belasan ribu honorer atau guru tidak tetap (GTT) di Jateng yang nasibnya membaik pada era kepemimpinan Gubernur Ganjar Pranowo.

Baca juga: Optimis Erick Thohir Bakal Jadi Pilihan Cawapres Terakhir, PAN: Baik Ganjar Pranowo Maupun Prabowo

Selama 2021 - 2023 terdapat 13.302 orang GTT SMA/SMK/SLB baik negeri maupun swasta, diangkat menjadi ASN melalui jalur Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Rini mengaku bersyukur, di usianya yang kini telah memasuki 59 tahun kesejahteraannya sebagai seorang guru diperhatikan pemerintah.

Dituturkan, sebelum diangkat sebagai PPK, dulu ia sempat mencoba peruntungan mendaftar sebagai ASN, namun belum berhasil.

"Di SMK lama, saya mengabdi selama 33 tahun. Pernah mendaftar seleksi ASN tapi waktu itu belum lolos, ya mungkin karena belum beruntung," kata Rini.

Kini Rini mengampu mata pelajaran kimia dan produk kreatif kewirausahaan di SMAN 1 Surakarta.

Ia menuturkan sangat berterima kasih kepada Gubernur Ganjar dan juga pihak terkait yang turut membantunya hingga bisa diterima menjadi guru ASN.

Pihak terkait itu di antaranya BKD dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII.

"Saya yakin Pemerintah Provinsi Jawa Tengah itu memerhatikan nasib-nasib guru honorer seperti saya. Walaupun saya tidak menuntut untuk ini."

"Terima kasih pada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang serius memerhatikan kami. Sungguh luar biasa," ucapnya.

Ia mengenang, dulu saat masih mengajar di sekolah lama, jumlah honor yang diterima menyesuaikan kondisi finansial sekolah. Lantaran, pemasukan juga dari SPP siswa. Bahkan, kadang gaji dibayarkan terlambat.

"Saya dulu guru tetap yayasan, ketika usia saya 58 tahun, saya harus pensiun. Maka saya berubah menjadi guru tidak tetap (di sekolah lama). Itu saya jalani selama dua tahun, karena yang namanya guru itu panggilan hidup saya," ucapnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved