Dewi Lintang: Lukisan Itu Harus Memiliki Pesan, Tidak Sekadar Menggambar
Dewi Lintang: Lukisan Itu Harus Memiliki Pesan, Tidak Sekadar Menggambar
Penulis: Sunarko | Editor: Fenty Lilian Ariani
“Saya ingin jadi PNS tetapi yang bidang kerjanya masih terkait dengan lukisan. Yakni menjadi pengajar atau guru seni lukis. Ini juga sesuai dengan kuliah saya di Jurusan Pendidikan Seni Rupa,” ucap Lintang.
Bakat menjadi guru itu sudah dia tunjukkan dengan mengajari anak-anak tetangga di sekitar rumahnya di kawasan Banyu Urip Kidul Surabaya.
“Saya membuka semacam kursus menggambar untuk anak-anak sekitar rumah. Gratis. Tapi kalau mereka memberi honor ya terserah juga, pokoknya sukarela,” jelas Lintang.
Kursus menggambar itu diadakannya seminggu sekali di rumahnya.
Melalui kursus menggambar, Lintang ingin bakat-bakat seni lukis yang mungkin ada di kalangan anak-anak kampung di sekitar rumahnya bisa tersalurkan atau terwadahi.
“Jangan sampai bakat seni lukis mereka terabaikan dan terkubur lantaran tidak ada tempat yang mewadahinya. Atau minat mereka terhenti, karena tidak mengasahnya secara sistematis lewat bangku pendidikan akibat keterbatasan biaya,” kata Lintang menjelaskan alasannya membuka kursus gratis menggambar.
Sejauh ini karya lukis buah tangan Lintang masih tersimpan sebagai koleksi pribadinya. Tetapi, ia bukan bermaksud tidak mau menjualnya.
“Kalau ada yang beli ya tentu saya lepas. Asalkan harganya cocok,” kata Lintang yang menyebut bahwa lukisan “Takhta” ia banderol sekitar Rp 20 juta.
“Di dunia seni, harga sebuah karya itu relatif, tidak ada patokan yang kaku. Kadang dipasang harga tertentu untuk sebuah lukisan, itu bisa dianggap kemahalan atau sebaliknya kemurahan oleh publik. Harga tergantung nego juga,” jelas Lintang.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.