Jero Pasek Meninggal Dunia

Jenazah Jro Pasek Dikremasi 26 Agustus 2023 di Krematorium Punduk Dawa Klungkung Bali

Jenazah Jro Pasek rencananya akan dikremasi Sabtu 26 Agustus 2023 di Krematorium Punduk Dawa, Pesinggahan, Dawan, Klungkung, Bali.

|
Eka Mita Suputra/Tribun Bali
Made Sucipta atau yang lebih dikenal dengan Jro Pasek saat ditemui di kediamannya tahun 2021 lalu. Terbaru, jenazah Jro Pasek akan dikremasi hari ini di Klungkung, Senin 21 Agustus 2023. 

TRIBUN-BALI.COM – Jenazah Jro Pasek rencananya akan dikremasi Sabtu 26 Agustus 2023 di Krematorium Punduk Dawa, Pesinggahan, Dawan, Klungkung, Bali.

"Informasi dari keluarga, kremasi akan digelar di Krematorium Punduk Dawa," ungkap Artaya kepada Tribun Bali pada 15 Agustus 2023 lalu.

Diketahui, Jro Pasek yang dikenal sebagai pawang hujan meninggal dunia tepat di hari ulang tahunnya yang ke-59 pada Senin 14 Agustus 2023.

Pemilik nama lengkap Made Sucipta ini telah menderita sakit sejak beberapa bulan belakangan.

Kondisi kesehatannya terus menurun, diketahui menderita sakit diabetes.

Jenazah Jro Pasek sebelumnya dititipkan di RSUD Klungkung.

Baca juga: SOSOK Jero Pasek Pawang Hujan Viral yang Tutup Usia, Dengan Kekuatan Rokok Pindahkan Awan di Langit

Artaya mengenang Jro Pasek sebagai warga Banjar Pande, Desa Kamasan yang cukup aktif bermasyarakat.

Namun karena sudah tidak memiliki istri, Jro Pasek dibebaskan dari beberapa kewajiban kegiatan di banjar.

Sementara di mata tetangganya, Jro Pasek adalah sosok yang biasa-biasa saja dalam pergaulan. Jro Pasek tetap mengusahakan diri hadir tiap ada kegiatan banjar.

"Dalam hal pertemanan biasa-biasa saja. Karena ragane tidak ada istri, jadi tidak ada kewajiban di banjar. Dia lebih sering di Denpasar dan juga ada tugas sebagai pawang sehingga jarang di rumah. Tapi tetep ragane hadir kalau ada kegiatan banjar," kata Gusti Giri, tetangga Jro Pasek..

Jro Pasek diketahui memiliki tiga anak.

Dua laki-laki dan seorang perempuan yang sudah meninggal dunia.

Aksi tukang terang satu ini memang ramai dibincangkan.

Ia kerap terlihat dalam beberapa acara penting di Bali.

Sebelum jadi tukang terang, Jro Pasek adalah pekerja swasta di Bandara I Gusti Ngurah Rai.

Ia bertugas membawa makanan ke maskapai.

Pekerjaan itu dilakoninya sampai tahun 2008.

Namun, Jro Pasek mengaku mendapat pawisik untuk berhenti bekerja.

Baca juga: Jero Pasek Meninggal Tepat Pada Hari Ulang Tahunnya, Jenazah Akan Dikremasi

Gayung bersambut, ia diminta pensiun dini dari maskapai tempatnya bekerja itu.

Saat itulah ia memantapkan diri menjadi pawang hujan.

Jro Pasek kerap menarik perhatian publik karena aksinya yang unik.

Di keramaian ia menggambar telapak tangannya.

Menyulut rokok kemudian seolah-olah rokok itu adalah pensil atau kuas gambar.

Gambar yang ia imajinasikan di telapak tangannya lalu diarahkan ke langit.

Saat itu terjadi, ia terkesan sedang mengendalikan awan.

Saat beraksi, ia juga kerap mengenakan kaus ikonik bertuliskan 'Rain Stopper Since 2001' dengan dua lambang Ongkara.

Di belakang bajunya bertuliskan, Jro Pasek Pawang Hujan Ciwa-Budha.

Beberapa kali aksinya itu dianggap berhasil mencegah hujan saat acara-acara besar.

Beberapa acara besar yang pernah ditangani Jro Pasek antara lain pelebon Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung pada 2021 lalu, pelebon permaisuri dari tokoh Puri Agung Klungkung pada tahun 2014.

Kemudian banyak kegiatan-kegiatan kedinasan Polri dan TNI.

Jro Pasek Semasa Hidup

Sebelumnya, semasa hidup, Jro Pasek pernah diwawancara secara khusus oleh Tribun Bali.

Sosokm Jro Pasek sebagai pawang hujan mulai viral saat Pelebon Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung.

Namun, menurut Jro Pasek saat itu, yang paling berkesan justru ketika dirinya menjadi pawang hujan dalam pelebon permaisuri dari tokoh Puri Agung Klungkung pada tahun 2014 silam.

Upacara itu menjadi salah satu pelebon terbesar yang pernah ada, yang melibatkan ribuan warga.

"Setelah saat itu saya mulai dikenal. Banyak yang meminta jasa saya di acara yadnya seperti pernikahan, Rsi Gna, hingga acara-acara pemerintahan. Khususnya yang banyak itu di acara TNI dan kepolisian," jelasnya.

Ciri khas dari Jro Pasek saat menjalankan aksinya yakni, dengan menggambar telapak tangannya menggunakan media rokok yang menyala.

Ia seakan-akan menggunakan rokok yang ia sedot, untuk menggambar sesuatu di telapak tangannya.

Lalu menunjuk langit, seakan-akan menggerakkan awan.

"Kadang saya menggambar cakra di telapak tangan, terkadang juga trisula. Itu tergantung pawisik."

"Meskipun menggambarnya dengan api dari rokok, tidak pernah sekalipun tangan saya mengalami luka bakar," ungkapnya.

Ia pun menyadari apa yang dilakukannya itu di luar nalar.

Terkadang dirinya pun kerap menerima cemooh dari orang yang memiliki pemikiran serta keyakinan berbeda dengannya.

Bahkan, ada yang menyangsikannya sebagai pawang hujan, dan dianggap hanya mengada-ada.

"Sering juga orang mengatai, jika saya hanya muncul saat terang atau terik. Hal-hal seperti ini saya tidak tanggapi. Prinsip saya rwa bhineda itu selalu ada dan berdampingan," jelasnya.

Rwa bhineda yang ia maksud, yakni selalu ada perbedaan dalam hidup.

Ada yang suka dan percaya dengan apa yang ia lakoni, sementara yang tidak suka tentu juga ada.

Perbedaan pendapat selalu ada, dan hal itu harus selalu diterima dengan keikhlasan.

"Bagi yang sering menggunakan jasa saya, tanggapan mereka selalu positif. Itulah mengapa saya harus selalu ikhlas menjalani ini (sebagai pawang hujan), walau tentu banyak juga yang pemikirannya tidak sama seperti saya," jelas Jro Pasek pada Selasa 12 Oktober 2021 silam. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved