Berita Gianyar

Komite SMPN 1 Gianyar Akui Fasilitasi Pengadaan Seragam, Namun Tak Ikut Campur Soal Harga & Konveksi

Dalam rapat tersebut, membahas berbagai hal. Mulai dari program kepala sekolah yang akan meningkatkan prestasi sekolah. Setelah pemaparan lalu dibahas

Wayan Eri Gunarta/Tribun Bali
Ketua Komite SMPN 1 Gianyar, Dewa Made Swardana. 

TRIBUN-BALI.COM  - Polemik pengadaan seragam siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Gianyar, membuat Ketua Komite Sekolah, Dewa Made Swardana angkat bicara. Ditemui di SMPN 1 Gianyar, Rabu (23/8), dia mengatakan, sekolah dan komite memang memfasilitasi proses pengadaan seragam. Namun tidak ikut campur soal harga ataupun penunjukkan konveksi.

Dia menjelaskan, kronologis pengadaan seragam tersebut bermula pada rapat 14 Juli 2023 antara komite, sekolah dan orangtua siswa.

Dalam rapat tersebut, membahas berbagai hal. Mulai dari program kepala sekolah yang akan meningkatkan prestasi sekolah. Setelah pemaparan lalu dibahas terkait pengadaan seragam.

Dalam merealisasikan seragam tersebut, Dewa Swardana mengatakan, pihaknya dan sekolah ikut memfasilitasi. Namun memfasilitasi yang dimaksudkan ialah, menyediakan daftar jumlah siswa, pengukuran baju, dengan tujuan mempercepat proses pembuatan seragam.

Baca juga: Tewas Dalam Kecelakaan Saat Bermain Flying Fish di Bali, Keluarga Kikuchi Satoshi Tolak Autopsi

Baca juga: Patung Bung Karno Ditempatkan di Lounge Sura Dwiva Sarva Bhawena Polda Bali

Ilustrasi - Polemik pengadaan seragam siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Gianyar, membuat Ketua Komite Sekolah, Dewa Made Swardana angkat bicara. Ditemui di SMPN 1 Gianyar, Rabu (23/8), dia mengatakan, sekolah dan komite memang memfasilitasi proses pengadaan seragam. Namun tidak ikut campur soal harga ataupun penunjukkan konveksi.
Ilustrasi - Polemik pengadaan seragam siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Gianyar, membuat Ketua Komite Sekolah, Dewa Made Swardana angkat bicara. Ditemui di SMPN 1 Gianyar, Rabu (23/8), dia mengatakan, sekolah dan komite memang memfasilitasi proses pengadaan seragam. Namun tidak ikut campur soal harga ataupun penunjukkan konveksi. (Freepik)

 

"Dari hasil rapat kita fasilitasi, kita akan bantu. Itu atas permohonan dari orangtua, wali siswa. Fasilitas yang dimaksud, berapa kebutuhan seragam, seragam apa saja. Namun terkait harga, tidak ada dibahas. Sebab kita tak tahu harga," ujar Dewa Swardana.
"Karena semua inginnya ada kesamaan seragam, dalam rapat diserahkan untuk sekolah dan komite memfasilitasi, sehingga pengadaan lebih cepat," tandasnya.


Suardana mengatakan, dalam pengadaan seragam ini, pihak sekolah telah mengeluarkan kebijakan tidak semua seragam yang disediakan konveksi harus dibeli.

"Komunikasi antara sekolah dan konveksi kurang. Dari kebijakan sekolah, tidak semua dibeli. Tapi dari konveksi semua dibeli. Mungkin saja karena insting dagang (pihak konveksi) ya mungkin harus semua dibeli. Namum pada intinya, sekolah memberikan kelonggaran, tidak semua harus dibeli," ujar pria yang juga menjabat Bendesa Gianyar itu.

Ditanya terkait bagaimana proses tender, dan kenapa bisa hanya ada satu konveksi saja yang melayani seragam siswa kelas VII SMPN 1 Gianyar, Dewa Swardana menegaskan tak mengetahui.

"Proses tender, awalnya saya tak tahu. Setelah saya cari tahu, sekolah memfasilitasi (membantu). Terkait yang menentukan konveksi, saya tidak tahu," ujarnya.

Pasca riuhnya pengadaan seragam ini, Dewa Swardana mengatakan, komite akan turun tangan. "Nanti saya akan komunikasi dengan konveksi.

Tapi sejauh ini belum semua siswa mengambil seragam. Bahkan ada yang sudah membayar tapi belum dapat seragam. Bahkan ada yang uangnya mau diambil, disuruh bikin seragam sendiri.

Nanti saya akan komunikasikan dengan konveksi. Tyang selaku komite, tyang yang akan meluruskan," pungkasnya. (weg)

 

Kepsek Akui Sediakan Tempat Rapat

KEPALA SMP Negeri 1 Gianyar, Ni Made Irma Wulandari mengaku heran, lantaran pengadaan seragam siswa tersebut dikait-kaitan dengan sekolah. Sebab ia menegaskan, pihak sekolah tak terlibat dalam hal tersebut. Bahkan mulai dari tender, penentuan harga hingga jadwal pengambilan, ia sama sekali tak mengetahui.

"Kami dari pihak sekolah memang tak ada mengurusi seragam sekolah dan lain-lainnya. Sekolah hanya memberikan informasi hari pemakaian seragamnya, memakai baju apa. Kami juga hanya menyediakan tempat rapat pada peguyuban orangtua bersama komite. Jadi merekalah yang rembug," ujar Irma, Rabu (23/8).

Karena tak pernah terlibat, Irma pun mengaku heran jika ada pihak-pihak yang memojokannya di media sosial (Medsos). Seolah-olah ia terlibat dalam pengadaan seragam tersebut. "Jadi, kalau saya ditanyakan konveksi dan apa pun soal pengadaan ini, saya tidak tahu. Ketika saya melihat di Medsos, kok jauh-jauh pembahasannya. Itulah yang membuat saya dan guru-guru kami tidak nyaman," ujarnya.

Terkait proses tender, Irma mengatakan, ia juga tak mengetahui bagaimana proses tender tersebut berlangsung. "Kita kurang tahu. Coba ditanya ke ketua komite. Kita hanya menyediakan tempat rapat saja. Coba tanyakan ke ketua komite ya," pintanya.

Irma pun kembali menegaskam bahwa pihak sekolah tak terlibat dalam pengadaan seragam tersebut. "Kami hanya menyediakan tempat rapat antara penguyuban orangtua siswa dan komite. Karena kami juga sudah diwanti-wakti Disdik agar tidak terlibat dalam pengadaan seragam sekolah, dan itu sudah kami lakukan," tandasnya. (weg)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved