Berita Bangli

Petani Kopi Kecipratan Rejeki Imbas Menjamurnya Coffee Shop di Kintamani

Petani Kopi Kecipratan Rejeki Imbas Menjamurnya Coffee Shop di Kintamani

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Fenty Lilian Ariani
ist
Proses pengolahan kopi di Desa Ulian, Kintamani. 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Menjamurnya coffee shop di sepanjang jalur Bangli - Singaraja, menjadi berkah bagi petani kopi lokal.

Banyak yang kecipratan rejeki karena produksi kopinya bisa diserap ke pasar.

Walau demikian, penjualan produk kopi tidak bisa langsung dari petani ke coffee shop.

Seperti diungkapkan salah satu petani kopi bernama I Made Surawan.

Kata dia, sebelum menjamurnya coffee shop seperti sekarang ini, para petani kopi lebih banyak menjual hasil produksinya ke tengkulak.

Tak jarang petani merasa rugi, sebab harga yang ditawarkan sangat murah. 

"Saat itu produk yang dijual masih berupa buah/cerry kopi dengan harga Rp 5 ribu per kilo. Sedangkan ongkos petik Rp 2500. Bahkan saat itu banyak petani yang menebang pohon kopi karena merasa rugi," ungkapnya Jumat, 25 Agustus 2023.

Sejak saat itu, lanjut petani kopi asal Desa Ulian, Kecamatan Kintamani ini, para petani sekitar berupaya mengolah buah kopi untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Karenanya saat ini, petani sekitar minimal hanya menjual produk biji kopi green bean.

"Kalau yang green bean ini kami sudah tidak mengandalkan tengkulak. Kebanyakan konsumen atau pemilik usaha yang langsung mendatangi kami. Tentunya dari segi penjualan lebih menguntungkan saat ini," sebutnya. 

Produksi biji kopi green bean yang dihasilkan para petani, kebanyakan untuk memenuhi pasar lokal Bali.

Kata Surawan, dari empat jenis proses pengolahan kopi. Mulai dari full wash, natural, honey, hingga anaerobic. 

Kendati demikian, lanjut dia, rata-rata permintaan pasar adalah pengolahan kopi jenis full wash dan natural.

"Kalau full wash harganya Rp 150 ribu per kilo, sedangkan proses natural harganya Rp 170 ribu per kilo," ungkapnya. 

Surawan menambahkan, saat ini harga buah/cerry kopi sedang tinggi.

Di mana per kilonya mencapai Rp 16 ribu.

Hal tersebut merupakan imbas dari penurunan produksi akibat pengaruh cuaca buruk. 

"Pada tahun-tahun sebelumnya produksi per hektare minimal bisa mencapai 2 ton buah/cerry kopi per hektare. Sedangkan tahun ini produksinya hanya 800 kilo per hektare," ucap pria yang memiliki 5 hektare lahan kopi ini. 

Dengan produk kopi yang sedang naik daun ditengah menjamurnya coffee shop di Bangli, Surawan berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, khususnya Pemda Bangli

Perhatian tersebut salah satunya berupa sentra kopi, yang menyediakan alat roasting berkualitas.

Sebab saat ini, produksi kopi dari petani belum bisa diserap langsung ke coffee shop.

"Sebelumnya kami sudah mendapat bantuan alat roasting, namun hasilnya belum memenuhi standar untuk coffee shop. Sehingga untuk proses roasting, kami bekerjasama dengan pihak lain di Denpasar. Untuk itu kami berharap kendala alat ini bisa mendapat perhatian dan solusi dari pemerintah. Dengan demikian produk kopi yang dihasilkan petani bisa langsung diserap oleh coffee shop," tandasnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved