Berita Jembrana
Hanya Kecamatan Pekutatan Tak Berpotensi Terdampak Kekeringan
Hanya Kecamatan Pekutatan Tak Berpotensi Terdampak Kekeringan *51 Banjar/Kelurahan di Jembrana Berpotensi Kekeringan Dampak Fenomena El Nino
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Fenty Lilian Ariani
NEGARA, TRIBUN-BALI.COM - Pendataan wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan dampak fenomena El Nino telah rampung dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana, Jumat 27 Aagustus 2023.
Tercatat ada 51 Banjar/Lingkungan dengan jumlah 16.062 KK yang tersebar di empat kecamatan berpotensi terdampak kekeringan.
Namun begitu, satu kecamatan yakni Pekutatan tercatat tidak ada potensi tersebut.
Disisi lain, wilayah yang berpotensi kekeringan juga disebutkan bergeser.
Jika sebelumnya lebih besar berpotensi di Kecamatan Melaya, kini wilayah yang berpotensi dan sudah mengalami krisis air bersih adalah wilayah Kecamatan Jembrana yakni Kelurahan Pendem.
Menurut data yang diperoleh dari BPBD Jembrana, dua Kecamatan yang sudah terdata adalah Kecamatan Melaya dan Negara.
Rinciannya, di Kecamatan Melaya ada dua desa yakni 7 banjar di Desa Tukadaya dan 5 banjar di Desa Manistutu.
Rata-rata wilayah ini mengalani debit air yang menurun dan sebagian besar tak memiliki bak penampungan air induk.
Sementara di Kecamatan Negara tercatat ada 6 Banjar di Desa Berangbang dan 2 lingkungan di Kelurahan Baler Bale Agung.
Pemicunya hampir sama yakni mengalami debit air yang menurun dan tidak punya bak penampungan air.
Baca juga: Menimbang Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto, Generasi Z dan Millennial Dukung Erick Thohir
Di dua kecamatan ini sedikitnya ada 6.099 KK yang berpotensi terdampak kekeringan.
Di Kecamatan Jembrana tercatat ada satu Kelurahan dan dua Desa yang berpotensi. Rinciannya tiga lingkungan di Kelurahan Pendem, tiga banjar di Desa Batuagung, serta dua Banjar di Desa Dangin Tukadaya.
Di Kecamatan Mendoyo, sedikitnya ada lima desa dan satu kelurahan yang berpotensi mengalami kekeringan dampak El Nino.
Rinciannya, dua Banjar di Desa Mendoyo Dauh Tukad, serta masing-masing 4 Banjar di Desa Pohsanten dan Desa Pergung. Kemudian ada satu lingkungan di Kelurahan Tegalcangkring, tujuh Banjar di Desa Penyaringan. Terakhir, ada 3 banjar di Desa Yeh Embang Kauh dan 2 Banjar di Desa Yeh Embang. Secara umum karena wilayah tersebut mengalami penurunan debit air.
Di dua Kecamatan ini, sedikitnya ada 9.963 KK yang berpotensi tersampak kekeringan pada musim kemarau ditambah fenomena El Nino tahun ini.
"Proses pendataan sudah selesai dilakukan. Dari 5 kecamatan, ada empat kecamatan yang berpotensi mengalami kekeringan dampak fenomena El Nino tahun ini," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik, BPBD Jembrana, I Made Sapta Budiarta saat dikonfirmasi, Minggu 27 Agustus 2023.
Dia melanjutkan, dari jumlah wilayah yang terdata, sedikitnya ada belasan ribu KK di empat kecamatan tersebut berpotensi terdampak kekeringan.
Sementara untuk saat ini, baru di wilayah Kelurahan Pendem saja yang sudah megajukan permohonan air bersih.
Sehingga, wilayah ini bisa dikategorikan mengalami krisis air bersih terparah. Saat ini, pihaknya telah menyediakan sejumlah tandon penampungan air bersih untuk memenuji kebutuhan warga setempat.
"Kemarin kita sudah distribusikan sedikitnya 41.750 liter air bersih di wilayah tersebut. Jumlah tersebut untuk sekitar 200 KK," sebutnya.
Disinggung mengenai Kecamatan Pekutatan yang tidak berpotensi terdampak, Sapta Budiarta mengakui sejak tahun sebelumnya, Kecamatan Pekutatan memaang tidak pernah mengalami kekeringan.
Di wilayah ini jarang terjadi penurunan debit air dan hanya mengalami masalah jaringan pipa yang menyebabkan distribusi air terganggu.
"Sebelumnya juga tidak pernah kekeringan," katanya.
Menurutnya, saat ini kondisi wilayah yang berpotensi cukup berbeda atau berubah. Jika tahun lalu, wilayah Kecamatan Melaya sangat berpotensi dan terdampak kekeringan.
Namun saat ini justru bergeser ke wilayah Kecamatan Jembrana.
Terbukti di Kelurahan Pendem khususnya Lingkungan Pancardawa sudah mengalami kekurangan air bersih sehingga harus disuplai air bersih.
"Sebelumnya sumber air di sana (Kecamatan Melaya) memang kering. Sehingga wilayah tersebut yang paling berpotensi terdampak kekeringan. Mungkin sata ini sudah ada sumur bor di wilayah tersebut," jelasnya.
Dia mengimbau, kepada masyarakat yang memang membutuhkan air bersih agar segera melapor atau menginformasikan kondisi tersebut lewat aparat desa setempat untuk dilanjutkan ke BPBD Jembrana. Semua kebutuhan diupayakan dipenuhi.
"Jika dibutuhkan, kami bekerja sama dengan instansi terkait siap supplai air bersih ke lokasi yang dibutuhkan," tandasnya.
BMKG Prediksi Musim Kemarau Hingga November
Sebelumnya, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Jembrana, I Made Sapta Budiarta mengatakan, sejak awal musim kemarau tahun ini, pihaknya telah menyalurkan sedikitnya 22.750 liter air bersih.
Jumlah tersebut disalurkaan di wilayah Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana.
"Kita sedang pendataan desa/kelurahan yang berpotensi kekurangan air bersih," katanya.
Dia menyatakan, menurut hasil rapat yang dilakukan di Pemprov Bali, BMKG memprakirakan musim kemarau bakal berlangsung hinga November mendatang. Kemungkinan akhir November atau awal Desember, musim hujan bakal dimulai.
"Sesuai keterangan BMKG waktu rapat seperti itu. Semoga saja tidak terjadi, karena kemarau panjang bakal sangat terdampak untuk di wilayah yang berpotensi kekeringan," harapnya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.