Tali Lift Putus di Ubud
Layon Aries Dikremasi Bersama Kacamata, Pengabenan Korban Tragedi Lift Maut Ayu Terra Resort Ubud
Ratusan masyarakat mengiringi kremasi I Wayan Aries Setiawan di setra/kuburan Desa Adat Lodtunduh, Ubud, Gianyar.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Ratusan masyarakat mengiringi kremasi I Wayan Aries Setiawan di setra/kuburan Desa Adat Lodtunduh, Ubud, Gianyar, Jumat (8/9). Mereka merupakan teman-teman dekat Aries, yang merupakan satu dari lima korban lift maut Ayu Terra Resort yang berlokasi di Desa Kedewatan, Ubud, Jumat (1/9) lalu.
Dalam upacara pengabenan Aries, jenazah diiringi oleh petulangan singa berwarna merah berisikan sayap. Hewan mitologi tersebut sebagai sarana kremasi jenazah Aries saat di kuburan. Selain singa merah, juga ada padma yang digunakan untuk membawa jenazah mendiang sampai ke kuburan.
Prosesi iring-iringan tersebut berangkat dari rumah mendiang di Banjar Abiansemal hingga ke kuburan, berjarak sekitar 2 kilometer. Iringan berangkat sekitar pukul 12.00 Wita. Meskipun saat itu sinar matahari bersinar sangat terik, namun semua orang tetap semangat dalam mengantarkan jenazah Aries ke tempat terakhirnya.
Selama perjalanan menuju kuburan, teman-teman mendiang memainkan gamelan baleganjur. Dimana satu barung gamelan itu dimainkan oleh pemuda dua banjar, yakni, Banjar Abiansemal dan Banjar Tengah.
Menariknya, ketika jenazah hendak dikremasi, dalam pengeras suara terdengar seorang yang mengurusi kremasi tersebut meminta kacamata hitam.
Jero Bendesa Lodtunduh, I Made Karya, yang juga kakek dari mendiang Aries menjelaskan, ketika pihak keluarga menggelar ritual 'meluasan' atau berinteraksi dengan Aries melalui media orang pintar. Mendiang meminta supaya saat dikremasi, ia dikremasi bersama arloji, kacamata hitam dan sebuah foto selfie terakhirnya di Ayu Terra Resort.
Baca juga: WASWAS Tiap Purnama dan Tilem! DPR RI Janjikan Tangani Abrasi Pesisir Pebuahan Negara Bali
Baca juga: TERTUTUP! Sertijab Pj Gubernur Bali, Ini Pesan Mendagri, Bupati/Wali Kota dan Kepala OPD Hadir
Baca juga: Suwirta: Proyek Lapangan Pau Asal-asalan! Ditumbuhi Rumput Liar, Banyak Penutup Got Rusak

"Cucu saya sebelum meninggal punya arloji baru, kacamata hitam. Dia minta saat dibakar, supaya bersama arloji, kacamata hitam dan foto terakhirnya. Fotonya banyak, tapi yang diminta itu foto terakhirnya di tempatnya bekerja. Foto pakai udeng," ujar Jero Made Karya, yang juga berstatus jero mangku tersebut.
Jero Made Karya menjelaskan terkait prosesi pengabenan ini. Kata beliau, secara turun temurun, keluarganya memang menggelar upacara pengabenan sawaprateka atau pengabenan tingkat utama. Karena itu, setelah kremasi selesai, akan dilanjutkan dengan prosesi lain.
"Kami gelar pengabenan sawaprateka. Karena leluhur saya dari dulu memang menggunakan upacara ngewangun atau tingkat utama. Diharuskan kita sekali ambil. Dari pembakaran jenazah sampai nganyut. Makanya nanti malam, sebelum jam 12 malam supaya sudah ke laut membawa abu jenazah," ujarnya.
Mewakili pihak keluarga, Jero Made Karya mengucapkan terima kasih pada pihak yang selama ini memberikan perhatian pada mendiang. "Saya menghaturkan banyak terima kasih pada teman mendiang, krama adat dan semua yang sudah datang melayat ke rumah hingga prosesi pengabenan berakhir. Cuma terima kasih yang bisa saya ucapkan. Mudah-mudahan cucu saya mendapat tempat sesuai dengan karmanya," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Jero Made Karya mengatakan, sampai saat ini sebenarnya ia belum bisa menerima kepergian cucunya. Sebab sebelum berpulang, cucunya dalam kondisi sangat sehat. Terlebih lagi, saat kepulangannya tersebut, tidak ada firasat sama sekali.
"Tidak ada tanda apa, makanya keluarga syok. Kalau ada mimpi, misalnya mimpi begini atau begitu kan kita bisa berpikir. Saat itu kondisi cucu saya sedang bagus-bagusnya, sedang fit. Mudah-mudahan setelah diupacarai, dan almarhum sudah menjadi Dewa Hyang, supaya saya bisa mengikhlaskan," ujarnya.
Warga Padangtegal Ubud, I Made Mertayasa, yang merupakan salah satu sahabat mendiang mengatakan, di hari terakhir ini, ia datang bersama sekaa seni untuk bermain baleganjur. Seniman yang tergabung dalam permainan tersebut, merupakan teman-teman mendiang semasa hidupnya. Sebab kata Mertayasa, semasa hidupnya, mendiang aktif dalam kesenian gamelan.
"Mendiang biasanya jadi tukang kendang, tapi dia bisa pegang semua alat musik. Reong, dan sebagainya. Karena semasa hidupnya memang aktif bermain gamelan," ujarnya.
Kentung sapaannya, mengatakan, sosok Aries merupakan pemuda yang mudah bergaul. Karena itu, ia dan teman-teman lainnya merasa sangat kehilangan. "Saya sebagai teman sudah seperti adik kakak. Dia sangat baik, banyak memiliki teman, komunikasi bagus. Gamelan yang kami mainkan ini, khusus kami persembahkan untuk Aries," ujarnya.
Kontraktor Lift Ayu Terra Resort Ubud Bali Kecewa, Mujiana Divonis 1 tahun 6 bulan |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Owner Ayu Terra Resort Bali Vincent Juwono di Sidang Hari Ini |
![]() |
---|
Alat Pendeteksi Owner Ayu Terra Ubud Terkoneksi Internet, Dipantau Kejari Gianyar dan Kejati Bali |
![]() |
---|
Berita Bali Terkini: Bos Ayuterra Jadi Tahanan Rumah, Ini Respon Keluarga Korban Lift Maut Gianyar |
![]() |
---|
UPDATE: Owner Ayu Terra Ubud Dipasangi Alat Pendeteksi dan Diawasi JPU, Tersangka Jadi Tahanan Rumah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.