Indonesia Butuh Gayatri Rajapatni, Wanita Hebat Dibalik Kebesaran Kerajaan Majapahit

Indonesia Butuh Gayatri Rajapatni, Wanita Hebat Dibalik Kebesaran Kerajaan Majapahit

Istimewa
Agus Widjajanto 

 

TRIBUN-BALI.COM - Dibalik sosok pemimpin yang hebat, baik itu di organisasi masyarakat, politik maupun negara, kebanyakan ada wanita kuat dibelakangnya.

Wanita yang mempunyai karakter dengan pola pikir luas, cerdik sebagai dinamisator dan stabilisator bagi sang pemimpin yang dihormati.

Jika menengok ke belakang, sejarah bangsa ini pernah mencapai kejayaan masa lalu melalui Siklus Cakra Manggilingan, yaitu puncak kejayaan Kerajaan Majapahit yang pernah menyatukan nusantara atau wilayah Asia Tenggara dalam satu naungan negara federasi.

Baca juga: Galeri Bali Abode Menghadirkan Sejarah Keterkaitan Kerajaan Majapahit dengan Bali

Dibalik kejayaan kepemimpinan Raja Majapahit, ada sosok wanita yang sangat luar biasa sebagai seorang wanita yang bijaksana dan dilahirkan sebagai Ibu Bangsa bagi Majapahit yaitu Gayatri Rajapatni.

Siklus Cakra Manggilingan sendiri adalah perputaran dalam siklus masa kejayaan dalam kehidupan.

Baik bagi perseorangan maupun bagi sebuah bangsa.

Indonesia di masa reformasi sekarang ini memerlukan sosok wanita yang bijaksana, lembut dan karakter kuat yang bisa membawa kejayaan bangsa.

Baca juga: Asal Usul Ayam Betutu, Makanan Khas Bali Hasil Pengaruh Budaya Majapahit

Dari belakang layar, ia diharapkan bisa bertindak sebagai pengayom, dinamisator dan stabilisator politik untuk seluruh rakyat.

Karena sesungguhnya suara rakyat adalah suara tertinggi dalam kaidah sebuah bangsa.

Gayatri Rajapatni, sepeninggal Raden Wijaya Kertarajasa atau Sang Ramawijaya yang merupakan pendiri Majapahit lebih memilih menjadi biksuni (pendeta) walaupun tetap sebagai Ratu atau Rajapadni.

Gayatri adalah istri ke empat dari sang raja yang dari belakang layar melakukan operasi senyap untuk mengakhiri kekuasaan Jayanegara yang tidak becus mengurus kerajaan.

Ia bekerja sama dengan bekel Gajah Mada.

Sepeninggal Raden Wijaya Kertarajasa, singgasana kerajaan kemudian jatuh pada anak laki laki dari Raden Wijaya dengan Indreswari yaitu Jayanegara.

Indreswari atau Dara Petak adalah istri Raden Wijaya dari Kerajaan Dharmasraya di Sumatera Barat.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved