Berita Buleleng

Debit Air Mengecil, Petani di Buleleng Bali Beralih Tanam Bunga Pacar Air

Karni menyebut harga bunga pacar air ini dijual sekitar Rp 20 ribu per kilogramnya. Bunga tersebut laris manis di pasaran.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Ratu Ayu Astri Desiani/Tribun Bali
Petani di Desa Tambakan, Kecamatan Buleleng saat menanam bunga pacar air. Bunga ini ditanam sebab debit air di wilayah tersebut terus mengecil akibat musim kemarau. 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Musim kemarau akibat fenomena El Nino menyebabkan debit air mengecil. Sejumlah petani kesulitan untuk mengairi sawah. Tak ingin berlarut-larut dengan kondisi itu, petani di wilayah Desa Petandakan, Kecamatan Buleleng pun beralih menanam lahannya dengan bunga pacar air.

Hal tersebut dilakukan oleh Kadek Karni (46). Warga asal Banjar Kawan, Desa Petandakan, Kecamatan Buleleng ini menyebut sejak awal September lalu dirinya memilih untuk menanam bunga pacar air, di atas lahan 25 are miliknya. Hal ini dilakukan sebab debit air di wilayah tersebut terus mengecil, sehingga lahannya sulit untuk ditanami padi.

Karni menyebut harga bunga pacar air ini dijual sekitar Rp 20 ribu per kilogramnya. Bunga tersebut laris manis di pasaran, sebab sering digunakan oleh umat Hindu untuk sembahyang.

Selain pacar air beberapa petani di desa tersebut, kata Karni, ada juga yang memilih untuk beralih menanam umbi-umbian dan kacang hijau.

"Air terus mengecil sejak awal September, jadi kami terpaksa beralih ke tanaman pacar air karena tanaman ini lebih irit air. Sekilonya dijual Rp 20 ribu," jelasnya.

 

Baca juga: HOT Isu Jokowi Gantikan Megawati, PDIP Bali: Kami Tidak Dengar, Pembahasan Resmi Ada di Kongres 2025

Baca juga: ADU Jangkrik Sepeda Motor di Klungkung Akibat Tidak Ada Lampu Lalu Lintas, 3 Korban Terpental!

Petani di Desa Tambakan, Kecamatan Buleleng saat menanam bunga pacar air. Bunga ini ditanam sebab debit air di wilayah tersebut terus mengecil akibat musim kemarau.
Petani di Desa Tambakan, Kecamatan Buleleng saat menanam bunga pacar air. Bunga ini ditanam sebab debit air di wilayah tersebut terus mengecil akibat musim kemarau. (Ratu Ayu Astri Desiani/Tribun Bali)

Sementara Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Made Sumiarta mengatakan, ada 200 hektar lahan pertanian di Buleleng yang berpotensi mengalami kekeringan akibat fenomena El Nino.

Ratusan hektar lahan itu tersebar di Kecamatan Seririt, Buleleng, Sawan dan Sukasada. "Lahan-lahan sudah mulai kering hingga krisis air, jadi petani harus bergilir air agar bisa menanam varietas tanaman," katanya.

Kondisi ini kata Sumiarta tidak dapat dihindari, untuk itu pihaknya mengimbau kepada petani untuk melakukan pola tanam yang baik. Menyesuaikan kondisi iklim dengan menanam varietas tanaman yang irit air.

"Harus mengatur pola tanam. Jangan coba-coba menanam padi bila debit air di daerahnya mengecil untuk meminimalisir terjadi kerugian," katanya.

Selain itu Sumiarta juga mengaku telah mengusulkan bantuan mesin pompa air ke Kementerian Pertanian RI. Mesin itu nantinya dapat digunakan oleh petani yang lahannya jauh dari sumber mata air.

"Di Buleleng banyak ada sumur-sumur resapan di daerah pertanian, jadi bantuan pengadaan mesin pompa air selalu kami usulkan. Mudah-mudahan bisa disetujui oleh pusat." tandasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved