Human Interest Story
Kisah Driver Gojek Difabel Viral di Bali, Saat Dilindas Kereta, Saya Dikira Sudah Meninggal
Arul menjalani kehidupan dengan ikhlas hingga menjadi tulang punggung keluarga, setelah ayahanda meninggal dunia tahun 2021 silam.
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Arul mengorbankan kedua tangannya untuk menyelamatkan bagian kepalanya agar tidak terlindas kereta Lori.
Seketika tangan kiri Arul langsung putus saat itu juga.
Sedangkan tangan kanan juga mengalami kerusakan jaringan dan harus turut diamputasi serta diperbaiki jaringannya yang saat ini dia gunakan untuk menyetir sepeda motor.
Tak hanya di tangan, kepala Arul pun juga masih ada bekas luka-luka kenangan buruk itu.
Saat kejadian itu, Arul kehilangan kesadaran bahkan sempat dikira sudah meninggal dunia.
Namun keajaiban masih menaungi Arul, ia masih dinyatakan hidup dan segera dibawa menuju rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.
“Saat kereta lewat saya nunggu ada tebu keluar, logikanya gampang ditarik. Tebu ketarik kepala kebentur gerbong hampir kepala saya masuk, saya tahan pakai tangan, akhirnya kelindes. Saya tidak sadar, tidur sempat bangun, saya belum sadar kalau tangan putus dan dikira sudah meninggal, karena proses lama, ada sektar satu jam kala itu,” ungkapnya penuh haru.
“Tangan kiri langsung terputus, tangan kanan diperbaiki sama dokter prosesnya lama dokter bilang secara medis sulit diperbaiki, jadi saya berapa kali operasi diambilin kulit paha,” imbuhnya.
Arul yang saat itu masih berusia sekolah dasar setelah pulih dari masa pengobatan tindakan amputasi, dengan kondisinya tidak memiliki dua tangan normal, sempat melanjutkan sekolah.
Namun di situ Arul mulai meraskan morilnya jatuh dan mentalnya down.
Karena kondisinya itu, hinaan, dan celaan menghampiri Arul yang tidak lagi memiliki dua tangan utuh.
Arul semakin tertekan, dan akhirnya setelah sekitar tiga bulan memutuskan untuk berhenti sekolah.
“Saya sempat sekolah 3 bulan, ada yang bilang tangan saya seperti ceker ayam, ada yang mengejek buat saya berhenti, terus ada teman bilang tidak mau bantu saya menulis,” ujar Arul.
“Saat itu mental masih sensitif, saya berhenti sekolah, pemulihan mental saya butuh waktu sekitar 3,5 tahun dari keterpurukan itu. Dulu kalau jalan tidak ingin terlihat tangan, paling sama teman dekat saja tidak malu, belum bisa keluar rumah, lalu saya mulai berkaca tidak boleh seperti ini terus dari situ saya jalan tegap,” jabarnya.
Tuhan masih menyayangi Arul, di tengah keterbatasannya, pikiran positif datang di otaknya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.