Human Interest Story
Kisah Driver Gojek Difabel Viral di Bali, Saat Dilindas Kereta, Saya Dikira Sudah Meninggal
Arul menjalani kehidupan dengan ikhlas hingga menjadi tulang punggung keluarga, setelah ayahanda meninggal dunia tahun 2021 silam.
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Daripada meratapi nasib, ia lebih memilih memulai memikirkan masa depan.
“Saat itu saya mulai berpikir untuk masa depan, dengan kondisi seperti saya, saya bekerja seperti apa, kalau bekerja otot pasti tidak bisa, jadi saya berpikir yang bisa bekerja pakai otak,” ujarnya.
Arul menuturkan, saat titik terendah dirinya dari kecelakaan itu, dua pertanyaan yang ingin ia daratkan kepada Tuhan, yakni dirinya akan bekerja apa dan apakah perempuan mau sama dia dengan kondisinya seperti itu.
Namun Tuhan menjawab di luar perkiraannya.
“Saya mulai bangkit, saya kenal teman perempuan, tidak ada penolakan. Bahkan sempat pacaran, saat usia semakin dewasa semakin percaya diri kembali, dari yang sebelumnya membatasi diri,” ujar dia.
Arul mulai mendapatkan momentum titik balik kisah kehidupannya, Arul memantapkan diri dengan afirmasi positifnya untuk belajar Bahasa Inggris secara otodidak.
“Yang di pikiran saya saat itu belajar Bahasa Inggris barangkali bisa jadi guide, saya belajar secara otodidak, mulai dari baca buku kamus dasar, lihat televisi film Hollywood. Itu saya tirukan pelafalannya, bahasanya,” tuturnya.
“Teknik saya belajar saya mengikuti pengucapan itu, saya sembunyi di kamar, saya seolah-olah melakukan tanya jawab membayangkan berbicara dengan orang asing. Sampai suatu saat nenek tanya, saya ngomong sama siapa di dalam kamar,” ujarnya sambal tertawa.
Perjuangan Arul untuk bangkit tak sampai situ, saat mencari pekerjaan Arul mengalami diskriminasi dan penolakan.
Kenyataan memukulnya, hingga akhirnya angin menuntunnya untuk merantau ke Pulau Dewata tahun 2012.
Di situ Arul dengan temannya, yang menjadi perantara Tuhan, memberikan Arul pekerjaan di Pantai Legian Kuta.
Dari situ kemampuan Bahasa Inggris Arul semakin terasah.
Ia lebih sering berbicara dengan orang asing saat bekerja menjaga persewaan papan surfing dan tempat duduk, hingga berdagang minuman di pantai.
“Tahun 2012 itu saya putuskan merantau ke Bali, ke pantai ada teman, awalnya tidak tahu saya bisa Bahasa Inggris, saya diajak ngomong orang asing, teman saya lihat dari situ saya mulai diminta membantu,” ujarnya.
Beberapa tahun berselang, karena terdesak kebutuhan, Arul pun harus memutar otak harus memiliki pekerjaan sampingan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.