Human Interest Story

Dari Hobi Jadi Rejeki, Warga Bangli Mampu Kuliahkan Anak Berkat Budidaya Burung Murai Ekor Panjang 

Bisnis budidaya burung murai batu impor atau murai batu ekor panjang yang dilakoni I Nyoman Susila, mampu menghasilkan keuntungan besar.

|
Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
I Nyoman Susila saat ditemui di peternakan Murai Batu Ekor Panjang Mahottama BF miliknya, Minggu (15/10/2023) 


Penurunan harga pasca pandemi ini, dikarenakan pola hidup masyarakat yang berubah.

Kata Susila, pada saat pandemi di mana ada pembatasan aktivitas, banyak masyarakat memilih memelihara burung sebagai hiburan. 


Sebaliknya karena saat ini aktivitas masyarakat sudah kembali normal, permintaan pasar saat ini lebih banyak ke murai batu impor dewasa, yakni usia 6 sampai 7 bulan.

Baca juga: Budidaya Lebah Trigona di Desa Kamasan, Kembangkan Madu Kele Dari Sumatera Hingga Kalimantan

Di usia ini, burung murai batu impor sudah mengeluarkan kicauan.

"Harganya juga cenderung lebih stabil. Rata-rata berkisar Rp10 juta hingga Rp15 juta. Tergantung panjang ekornya," kata dia.


Walaupun tergolong mudah membudidayakan burung ini, Susila tak menampik ada kendala. Misalnya pada musim kemarau, di mana terjadi penurunan produksi.

"Kalau dulu 10 sampai 20 ekor sebulan. Sekarang hanya 7 ekor sebulan," ucapnya.


Saat ini Susila memiliki 16 pasang indukan murai batu impor. Biasanya burung murai impor bertelur selama setahun, dengan masa jeda selama empat bulan. 


Selama 12 tahun berkecimpung di budidaya murai batu impor, Susila mengaku sudah menghasilkan lebih dari 700 ekor anakan murai batu, yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Bahkan tak jarang murai batu hasil budidaya Mahottama BF memenangi lomba. 


"Kebanyakan pembeli biasanya datang langsung kesini. Ada juga pengepul dari Jawa yang secara khusus beli di sini."

"Selanjutnya dia jual lagi ke wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, bahkan ke Malaysia hingga Singapura. Kalau saya hanya fokus membudidayakan saja," kata Pria asal Banjar Antugan, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Bangli itu. 


Berkat kejeliannya melihat peluang, Susila mampu menambah penghasilan rata-rata Rp10 juta per bulan, di luar penghasilan tetapnya sebagai Kepala Sekolah SMKN 1 Bangli.

Ia juga mampu membiayai pendidikan anaknya hingga jenjang perkuliahan di jurusan kedokteran salah satu universitas negeri di Bali. (*)

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved