Tarif Transportasi Bandara Ngurah Rai Harus Dukung Pemulihan Pariwisata Bali

Kondisi pariwisata Bali dipastikan sudah kembali normal seperti sebelum Pandemi Covid-19. Hal itu dapat dilihat dari jumlah wisatawan tahun ini

Istimewa
Ilustrasi parkir Bandara I Gusti Ngurah Rai 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kondisi pariwisata Bali dipastikan sudah kembali normal seperti sebelum Pandemi Covid-19.

Hal itu dapat dilihat dari jumlah wisatawan tahun ini yang meningkat pesat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Kondisi pariwisata Bali saat ini bisa dibilang sudah pulih mendekati sebelum pandemi COVID-19 dengan perkiraan jumlah wisatawan mancanegara (Wisman) saja pada akhir 2023 mencapai 5,25 juta dari 2,16 juta wisman tahun 2022, jadi sangat signifikan,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali Erwin Soeriadimadja saat menyampaikan kondisi ekonomi dan pariwisata Pulau Dewata tahun 2023 belum lama ini.

Baca juga: Pasca Pungli di Layanan Fast Track Keimigrasian, Kakanim Ngurah Rai Perketat Penggunaan Pas Bandara

Tidak hanya wisatawan mancanegara, wisatawan domestik juga diprediksi akan terus meningkat.

Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi pergerakan masyarakat pada saat musim liburan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 bisa mencapai 107,63 juta orang atau 39,83 persen dari total populasi nasional.

Angka ini melompat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca juga: Penghargaan Pelayanan Publik 2023, KemenPANRB Nobatkan Bandara Ngurah Rai Sebagai Bandara Terbaik

Banyak pihak menilai, kembali menggeliatnya pariwisata Bali tersebut juga dinilai harus dibarengi dengan berbagai kebijakan yang mendukung, salah satunya di sektor transportasi sebagai moda yang menggerakkan wisatawan dari satu tempat ke tempat lain.

Pasalnya saat ini tarif transportasi di Bali dinilai masih belum ramah wisatawan.

Terutama tarif transportasi dari Bandara Ngurah Rai sebagai titik awal wisatawan ke berbagai tujuan wisata di Bali.

“Rencana mo ke Bali sendirian, begitu buka ini (aplikasi Grab Car) jiwa backpackerku merontaaa....mahal juga ya dari bandara ke Denpasar,” ucap Eka Mustikasari seorang wisatawan lokal melalui akun media sosial X (Twitter) bernama @ekakunjeri.

Baca juga: Kronologi Kejati Bali Ungkap Pungli Fast Track Imigrasi Bandara Ngurah Rai, Dipantau Sejak Oktober

Padahal, jarak yang ia tuju dari bandara kedatangan domestik ke Beachwalk Kuta yang sekitar 4,2 KM, dan ia dikenakan tarif Rp109.000.

Netizen lain, di akun @SeputarLiburan di media sosial Tiktok, menyampaikan bahwa bahkan di bulan Juni lalu, tarif Grab dari Bandara Ngurah Rai ke daerah Sukawati bisa mencapai Rp400,000 lebih untuk sekali perjalanan.

Hal ini juga diamini oleh netizen lainnya di kolom komen.

Tarif tersebut menurut netizen masih terlalu mahal untuk jarak yang sangat dekat itu. Padahal jika dilihat jumlah penumpang yang hilir mudik di bandara Ngurah Rai sangat banyak, sehingga seharusnya tarifnya bisa dibuat lebih rendah.

Permasalahan akses transportasi yang terjangkau memang masih menjadi isu klasik pariwisata di Bali.

Masih belum lengkapnya opsi transportasi publik yang memadai, ditambah lagi dengan masih tingginya biaya transportasi seperti biaya sewa mobil dan transportasi online, pilihan wisatawan menjadi sangat terbatas.

Baca juga: Ada 4 Grup di Jalur Fast Track Bandara Ngurah Rai, Kejati Duga Ada Tindak Pidana Serupa di Grup Lain

Untuk pilihan yang murah, pilihan angkutan bus TransDewata masih sangat terkendala dengan terbatasnya rute dan akses yang memungkinkan bagi wisatawan untuk dapat menjangkau akomodasi dan destinasi-destinasi pariwisata lainnya dengan nyaman.

Di sisi lain, menggunakan angkutan seperti taksi atau transportasi online juga masih dianggap masih sangat mahal, bahkan bisa mencapai dua kali dari biaya di transportasi di luar bandara.

General Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai Handy Heryudhitiawan mengatakan, saat ini rata-rata dalam satu hari, bandara internasional ini melayani 65 ribu penumpang yang berasal dari sekitar 400 pesawat.

Menurutnya jumlah penumpang tersebut kemungkinan akan bertambah seiring dengan bertambahnya jadwal penerbangan ke Bali.

Saat ini saja sudah ada empat maskapai internasional yang mengajukan penambahan jadwal penerbangan ke Bali.

Selain empat maskapai internasional tersebut, juga ada pesawat terbesar di dunia asal Emirates Airbus A380 juga meminta slot tambahan penerbangan.

"Ada beberapa maskapai juga yang rencananya mengubah tipe pesawat jadi ukuran lebih besar," ujar Handy pekan lalu.

Saat ini, Bandara I Gusti Ngurah Rai telah ada 36 maskapai yang melayani penerbangan internasional dengan 30 rute, dan 13 maskapai melayani domestik dengan 19 rute dalam negeri. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved