Seputar Bali
Buleleng Masuk Peringkat Empat Inflasi Tertinggi di Bali, Harga Cabai Dinilai Jadi Pemicu Utama
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, tingkat inflasi Buleleng tahun kalender Desember 2022 hingga November 2023 mencapai 3,86%
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ngurah Adi Kusuma
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, tingkat inflasi Buleleng tahun kalender Desember 2022 hingga November 2023 mencapai 3,86 persen.
Hal ini membuat Buleleng berada di peringkat keempat nasional setelah Merauke, Sumenep dan Tanjung Pandan.
Kenaikan inflasi ini salah satunya disebabkan oleh melonjaknya harga cabai.
Sekda Buleleng Gede Suyasa pun membenarkan jika inflasi di Buleleng saat ini cukup tinggi.
Baca juga: Dampak Hujan Lebat, Akses 11 KK Warga Banjar Guliang Kangin Bangli Terputus Akibat Jalan Jebol
Hal ini disebabkan lantaran kenaikan harga cabai yang saat ini tembus di angka Rp 90 ribu per kilogram.
Kenaikan harga ini kata Suyasa terjadi lantaran produksi cabai di tingkat petani sedikit, sehingga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat cabai harus didatangkan dari luar Bali.
"Dulu pemicu inflasi sempat disebabkan oleh beras, sekarang harga beras sudah stabil. Sekarang tinggal cabai karena produksinya di daerah sedikit, sehingga harus dipasok dari luar." katanya.
Untuk menurunkan angka inflasi ini, pihaknya melalui Perumda Swatantra dan Perumda Pasar Arga Nayottama akan melakukan intervensi harga cabai di pasaran.
Baca juga: Sebelum Habisi Nyawa Wulan di Kamar Hotel, Alung Sempat Aniaya Pacar Korban hingga Masuk Penjara
Selain itu pihaknya juga sedang mengusulkan untuk pencarian dana Belanja Tidak Terduga (BTT) tahun 2023 untuk subsidi biaya pengangkutan logistik sejumlah bahan pokok yang dipasok dari luar daerah.
"Kami akan memberikan subsidi ongkos transportasi untuk Perumda Swatantra dan Perumda Pasar Arga Nayottama, sehingga tidak menambah beban harga dari pembelian cabai di luar Bali,”
“Dilihat dari usulan, sekali berangkat itu satu kendaraan mencapai Rp 1 juta untuk pembelian BBM. Nanti dihitung berapa kali berangkatnya," kata Suyasa.
Suyasa pun menargetkan pada Desember ini Buleleng bisa mencapai deflasi.
Baca juga: Efrie Surya ASN Lapas Tabanan Torehkan Prestasi Internasional WVVF World Vovinam Champonship 2023
Kendati dalam waktu dekat harga kebutuhan pokok terancam naik akibat Natal dan Tahun Baru, namun ia mengaku akan segera merancang berbagai strategi agar target tersebut bisa tercapai.
"Nanti akan ada strategi berikutnya. Dari enam yang diarahkan pemerintah, bantuan ongkos transportasi baru sekarang kami lakukan,”
“Untuk Perumda Swatantra dan Perumda Pasar Arga Nayottama total dana yang diberikan kurang lebih sekitar Rp 100 juta. BTT ini sangat fleksibel, kalau mendesak kapan saja bisa dicairkan," tandasnya. (rtu)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.