Konflik Palestina Vs Israel

Upaya Gencatan Senjata Tak Membuahkan Hasil, Hamas dan Israel Masih Saling Tempur Rebutkan Gaza

Upaya gencatan senjatan kedua belah pihak tak membuahkan hasil, Hamas dan Israel masih saling tempur rebutkan Gaza.

|
Tangkap Layar
Pemakaman Rusak di Jabalia - Banyak Kuburan di lingkungan Al-Faluja di Jabalia, Gaza utara, dirusak oleh tentara Israel pada Rabu (13/12/2023) saat militer Israel melakukan serangan darat. Jejak kendaraan yang lebar dan dalam bersilangan melintasi makam-makam atau kuburan dengan gundukan tanah. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Upaya gencatan senjatan kedua belah pihak tak membuahkan hasil, Hamas dan Israel masih saling tempur rebutkan Gaza.

Upaya PBB untuk lakukan gencata senjata tak menghentingkan perang, Israel dan Hamas masih lakukan perlawanan sengit untuk kuasai Gaza.

Per Sabtu (23/12/12), baik Hamas maupun pasukan IDF masih saling serang di Gaza Utara untuk menduduki area Selatan dengan penuh.

Pertempuran ini berlangsung sehari setelah PBB memutuskan agar lebih banyak bantuan didapatkan warga Palestina yang terdampak konflik ini.

Baca juga: Israel Ngotot Serang 2 Gereja di Gaza Meski AS Sudah Bocorkan Lokasi Untuk Dihindari

Sebelumnya memang PBB tak menuntut adanya gencatan senjata terhadap dua belah pihak.

Meski begitu, bertubi-tubi serangan masih dilakukan di Kota Jabalia, sebuah kamp pengungsi terbesar di Gaza.

Warga sipil hidup dengan ketakutan dimana laporan pemboman udara dilakukan secara rutin oleh pemerintah Israel.

Tak hanya itu, penembakan dan serangan tank juga bergerak dengan cepat ke dalam kota.

Dilansir Kompas.com, brigade Al Qassam, sayap bersenjata Hamas mengatakan mereka terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Israel di daerah tersebut.

Dikatakan bahwa pihaknya telah menghancurkan lima tank Israel, membunuh dan melukai awaknya, setelah menggunakan kembali dua rudal yang tidak dapat diledakkan yang diluncurkan sebelumnya oleh Israel.

Lebih dari 20.000 warga Gaza telah dipastikan tewas dalam konflik yang telah berlangsung selama 11 minggu tersebut, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, dan ribuan lainnya diyakini terjebak di bawah reruntuhan.

Baca juga: Eks PM Sebut Benjamin Netanyahu Sebagai Bahaya Mematikan Israel: Kita Harus Menjatuhkannya!

Hampir seluruh dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi.

Israel mengatakan 140 tentaranya telah tewas sejak mereka melancarkan serangan darat pada 20 Oktober, sebagai respons terhadap serangan Hamas yang berkuasa di Gaza pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang kembali ke wilayah kantong tersebut.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa mereka telah melepaskan tembakan umpan di daerah Issa di Kota Gaza yang menarik perhatian puluhan anggota Hamas dari sebuah gedung yang berfungsi sebagai markas Hamas di utara daerah kantong tersebut.

“Selama kegiatan operasional gabungan, pasukan darat dan intelijen IDF mengarahkan jet tempur IAF untuk menyerang gedung tersebut, melenyapkan para teroris,” katanya.

Tentara juga merilis video yang dikatakan menunjukkan terowongan Hamas di daerah Issa.

Reuters tidak dapat memverifikasi lokasi atau tanggalnya secara independen.

Kepala juru bicara militer Israel sebelumnya mengatakan bahwa pasukannya telah mencapai kendali operasional penuh atas Gaza utara dan bersiap untuk memperluas serangan darat ke daerah lain di Jalur Gaza, dengan fokus di selatan.

Baca juga: Israel Kembali Bombardir Gaza dengan Serangan Brutal, Jatuhkan Bom Seberat 900 Kg

PM Israel Benjamin Netanyahu Diterpa Isu Kudeta

Kritik Ehud Barak ke Netanyahu itu meramaikan kabar percobaan kudeta militer di pemerintahan Israel.

Isu seputar kudeta militer ini mencuat saat Yair Netanyahu, putra Benjamin Netanyahu, menyukai unggahan media sosial yang menuduh Kepala Staf militer Israel, Herzi Halevi memulai kudeta militer de facto, Rabu (20/12/2023).

Unggahan yang di-like Yair itu mengklaim kalau Herzi Halevi sudah mengetahui sebelumnya soal rencana infiltrasi milisi perlawanan Palestina, Hamas ke Israel dalam operasi Banjir Al-Aqsa, 7 Oktober silam.

"Unggahan itu menuduh Herzi Halevi sudah mengetahui sebelumnya soal rencana infiltrasi Hamas dan tidak memberi tahu perdana menteri," tulis berita Channel 12 melaporkan.

Adapun unggahan di media sosial itu bertuliskan:

“Pada tanggal 7 Oktober kami berada di tengah kudeta militer yang dipimpin oleh Herzi Halevi, yang tidak memberi tahu perdana menteri tentang serangan yang akan terjadi pada pagi hari Simchat Torah,”.

“Kudeta belum berakhir atau selesai. Panglima militer dan menteri pertahanan mencegah menteri keamanan dalam negeri memasuki pangkalan militer. Benar-benar sebuah kudeta,”.

Unggahan itu, yang ditulis oleh pengguna media sosial tidak dikenal, merujuk pada klaim Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir bahwa Halevi dan Yoav Gallant yang telah membatalkan kunjungannya ke pangkalan militer.

Laporan media Israel, Ynet News melansir, petinggi Israel punya dalih atas pembatalan kunjungan ke pangkalan militer IDF tersebut.

"Tentara Israel dan kantor menteri pertahanan mengatakan kunjungan tersebut ditunda karena keterbatasan waktu, dan Ben-Gvir diminta mengatur tanggal lain," tulis laporan Ynet News.

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved