Sponsored Content
Pemkab Jembrana Rencanakan Ngaben Kusa Pranawa Untuk Manusia Purba
Bupati Jembrana, I Nengah Tamba bersama Majelis Alit dan seluruh Bendesa Adat se-Kecamatan Melaya melaksanakan rapat mengenai upacara pengabenan massa
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Ngurah Adi Kusuma
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bupati Jembrana, I Nengah Tamba bersama Majelis Alit dan seluruh Bendesa Adat se-Kecamatan Melaya melaksanakan paruman atau rapat pembahasan mengenai upacara pengabenan massal, Rabu 17 Januari 2024.
Pembahasannya adalah soal pengabenan terhadap manusia prasejarah di museum Gilimanuk.
Sebab, manusia prasejarah dianggap sebagai leluhur masyarakat Jembrana sehingga perlu dilakukan upacara pengabenan.
Dari hasil pembahasan tersebut, disepakati upacara pengabenan yang dilakukan adalah Kusa Pranawa yaitu upacara pengabenan dengan menggunakan sarana pengawak daun alang-alang yang merupakan simbolis badan manusia.
Baca juga: Walikota Jaya Negara Buka Musrenbang Denpasar Timur Tahun 2025, Akselerasi Kesejahteraan Rakyat
Kusa Pranawa sendiri umumnya dilaksanakan oleh Umat Hindu untuk prosesi pengabenan bagi jenazah yang telah dikubur atau karena hanyut maupun jenazah yang tidak ditemukan.
Dalam hal ini, karena kerangka manusia purba sangat penting dalam arkeologi, maka dilakukan ngaben Kusa Pranawa tersebut.
Bupati Tamba mengungkapkan upacara ngaben Kusa Pranawa akan dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2024 mendatang.
Ini merupakan wujud penyucian terhadap manusia purba sebagai leluhur masyarakat Jembrana.
"Kita tahu di Gilimanuk ada museum manusia purba, karena ini adalah manusia saya bersama para Bendesa mengadakan paruman, ngerombo untuk bagaimana caranya kita melakukan pengabenan Kusa Pranawa yang sudah kita tentukan pada tanggal 1 Februari 2024," ucapnya.
Baca juga: Disdukcapil Jembrana Jemput Warga ke Rumah Masing-masing, Puluhan Warga Belum Rekam E-KTP
Selain itu, menurutnya pengabenan terhadap manusia purba juga untuk menjaga kebersihan kabupaten Jembrana secara niskala.
Bupati Tamba juga mengajak krama desa adat yang masih memiliki keluarga yang telah diaben dan belum disucikan untuk bisa mengikuti rangkaian upacara Yadnya ini secara gratis.
"Krama desa adat se-Kecamatan Melaya juga bisa mengikuti upacara ini tanpa dipungut biaya sama sekali," tandasnya.