Berita Bali
Pedagang Nasi Goreng dan Nasi Jinggo Naikkan Harga, Dampak Harga Beras Terus Naik di Bali
Dampak dari naiknya harga beras, membuat para pedagang makanan menaikkan harga jual dagangan mereka.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Adapun penyebab kenaikan harga beras di Gianyar, tak terlepas dari pengaruh pengepul asal luar Bali. Mereka berani membeli gabah di atas harga eceran tertinggi (HET) nasional.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Gianyar, Dewi Hariyani, Senin (29/1) mengatakan, kenaikan harga beras tidak berdampak pada ketahanan pangan di Kabupaten Gianyar. Sebab Gianyar justru surplus beras di tahun 2023.
"Beras kita surplus, untuk berapa surplusnya, itu datanya di Dinas Pertanian," ujarnya.
Seperti diketahui, harga jual beras di Gianyar terus menerus naik. Saat ini sudah menyentuh Rp 15 ribu untuk beras lokal dan Rp 16 ribu untuk beras premium. Sementara HET hanya Rp 13.900. "Beras itu kan pasar bebas. Mungkin ini karena pengaruh di tempat lain," ujarnya.
Jafung Produksi Pertanian Dinas Pertanian Gianyar, Gusti Ayu Sugitarina Oka membenarkan bahwa produksi beras di Kabupaten Gianyar pada 2023 surplus 30 ribu ton.
Terkait lonjakan harga beras di tengah kelebihan beras ini, ia mengatakan hal tersebut karena pengaruh pengepul luar Bali.
Kata dia, pengepul asal luar Bali ini berani membeli gabah petani Gianyar dengan harga tinggi. Dimana HET nasional gabah Rp 6.300 per Kg, mereka berani membeli seharga Rp 7.400 per Kg. "Di Jawa mereka sudah kehabisan stok gabah, sehingga mencari ke sini dan membeli dengan harga tinggi. Hal inilah yang menjadi penyebab tingginya harga beras," ujarnya.
Bukan karena Tahun Politik
DINAS Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali membantah kenaikan harga beras karena tahun politik 2024. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada saat ditemui di Kantor Gubernur Bali, Senin (29/1).
“Tidak ada. Memang itu pasar murah juga kan harus agar tidak terjadi inflasi kita seimbangkan. Beras itu stabilisasi harga. Harus dilakukan jangan sampai harganya melonjak jauh, makanya kita buat gerakan pasar murah. Bukan untuk menekan beras produksi Bali, tidak agar stabil harga yang diproduksi Bali stabil tidak terlalu jauh,” kata Sunada.
Sementara pada pemilu sebelumnya, kata Sunada, harga beras masih stabil. Untuk saat ini jumlah kelompok penyosohan (alat mengubah gabah menjadi beras) di Bali ada 160 kelompok yang aktif.
Dan di masing-masing penyosohan dipastikan masih tersedia stok beras. Menurut Sunada, harga beras saat ini masih stabil tidak terlalu jauh naiknya.
“Kalau mau beli beras murah beli medium. Masing-masing ada kualitasnya. Sekarang Rp 25 ribu sekilo itu beras merah cendana beras spesifik. Itu Rp 25 ribu lho. Beras sehat beras spesifik kadar gulanya turun."
"Beras putih kadar gulanya tinggi. Sekarang kami gemakan diversifikasi pangan. Kita kenyang tidak cukup beras saja. Makan apa saja boleh, beragam berimbang seimbang dan aman,” bebernya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.