Berita Tabanan

Harga Beras di Tabanan di Tingkat Penggilingan Alami Kenaikan, Sentuh Angka Rp 13.500 per Kilogram

Harga beras di tingkat penggilingan di Tabanan kini sudah menyentuh angka Rp 13.500.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: I Putu Juniadhy Eka Putra
Istimewa
Ilustrasi beras. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Harga beras di tingkat penggilingan di Tabanan kini sudah menyentuh angka Rp 13.500.

Kenaikan harga tersebut diakui oleh Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Tabanan, Ketut Budiarta pada Rabu 31 Januari 2024.

Budiarta mengakui, bahwa di tingkat penggilingan terjadi kenaikan. Setelah sebelumnya, selama hampir dua bulan, beras di tingkat penggilingan relatif harganya stabil.

Dijelaskannya, bahwa kenaikan ini terjadi sejak sepekan terakhir.

Dimana dalam posisi sebelumnya, harga beras berada di kisaran Rp 13.200 per kilogramnya, dan harga tersebut untuk 25 kilogram.

Kemudian, untuk berat 10 kilogram turut mengalami kenaikan yang mana sebelum berada di kisaran harga Rp 13.600 kini menjadi Rp 13.700 per kilogramnya.

“Ya sejak sepekan terakhir ada kenaikan ini,” ucapnya.

hal ini disebabkan karena sedikitnya jumlah panen pada awal tahun 2024.

Baca juga: Stok Beras di Klungkung Surplus tapi Harga Naik

Menurutnya petani juga baru mulai panen seiring dengan pengairan sawah mencukupi, di musim penghujan saat ini.

Karena memang saat ini, musim tanam di Januari maka, ia prediksi musim panen raya berpotensi akan mengalami kemunduran pada tahun ini.

“Musim panen raya yang biasanya terjadi pada Maret atau April, kemungkinan tahun ini akan mundur baru terjadi pada Juni nanti,” ungkapnya.

Di sisi lain, dari data yang dihimpun, berdasarkan hasil monitoring Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tabanan ke sejumlah pasar tradisional terhadap bahan pangan.

Hasilnya belum ditemukan adanya lonjakan untuk harga beras yang dijual oleh sejumlah pedagang pasar.

Itu tercermin dari harga beras untuk kualitas premium masih stabil dibanderol Rp 15.000 per kg.

Hal sama juga berlaku untuk beras dengan kualitas medium stabil sebesar Rp 14.000 per kg, sedangkan untuk beras merah masih tetap dijual Rp 24.000 per kg.

Kembali Budiarta mengakui, bahwa sedikitnya jumlah panen di tingkat lokal membuat harga gabah dengan kualitas Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan harga juga.

Kata dia, harga gabah kualitas GKP sudah ditransaksikan naik ke posisi Rp 7.400 per kilo dari sebelumnya Rp 7.200 per kilo.

BERAS IMPOR - Pemerintah berencana menambah pasokan impor beras dari China sebesar 1 juta ton di tahun ini. Impor dilakukan untuk menjaga cadangan beras pemerintah (CBP) sebesar 1 juta ton di akhir tahun. 
BERAS IMPOR - Pemerintah berencana menambah pasokan impor beras dari China sebesar 1 juta ton di tahun ini. Impor dilakukan untuk menjaga cadangan beras pemerintah (CBP) sebesar 1 juta ton di akhir tahun.  (Istimewa)

Disinyalir, maka akan terus bergerak naik dalam waktu dekat, mengingat tingginya permintaan gabah produksi lokal untuk mengisi kebutuhan penggilingan di luar Bali saat ini.

Bahkan, saudagar gabah penggilingan luar Bali berani membeli gabah petani lokal lebih mahal dari harga pasaran.

“Misal kalau saudagar di Bali beli Rp 7.400 per kg, maka saudagar dari Jawa berani membeli hingga Rp 7.600 per kg. Makanya banyak gabah petani lari terserap ke luar daerah,” bebernya. 

Pedagang Nasi Goreng dan Nasi Jinggo Naikkan Harga

Dampak dari naiknya harga beras, membuat para pedagang makanan menaikkan harga jual dagangan mereka.

Salah satunya pada pedagang nasi goreng yang berlokasi di Jalan Nangka Utara, Denpasar.

Baca juga: Pedagang Nasi Goreng dan Nasi Jinggo Naikkan Harga, Dampak Harga Beras Terus Naik di Bali

Ketut Sudangin selaku salah satu pedagang nasi goreng kaki lima mengatakan terakhir ia membeli beras dengan harga Rp16 ribu per kilogram.

“Kalau sekarang 5 kg Rp75 ribu dari sebelumnya yang kadang-kadang hanya Rp70 ribu atau paling mahal Rp72 ribu,” kata Sudangin, Senin (29/1/2024).

Kenaikan harga beras ini, kata Sudangin, terjadi sejak sebulan lalu, namun naiknya bertahap tidak langsung Rp5 ribu per kg, namun Rp1 ribu per hari.

Hal ini membuat ia terpaksa menaikkan harga jual nasi goreng yang semula Rp 10 ribu menjadi Rp 12 ribu per porsi.

Karena naiknya harga nasi goreng yang ia jual, kadang nasi gorengnya tak habis terjual. Sering juga ia menjual nasi goreng yang dulunya paling malam hanya sampai pukul 24.00, sekarang sampai pukul 03.00 dini hari.

Nasi Jinggo kolong meja Mak Ijah yang berlokasi di Jalan Pulau Bungin, Gang Damar, Banjar Pitik Pedungan, Denpasar. - Kuliner Bali, Unik Nasi Jinggo Kolong Meja Mak Ijah Denpasar, Sehari Habiskan Hingga 25 Kg Beras
Nasi Jinggo kolong meja Mak Ijah yang berlokasi di Jalan Pulau Bungin, Gang Damar, Banjar Pitik Pedungan, Denpasar. - Kuliner Bali, Unik Nasi Jinggo Kolong Meja Mak Ijah Denpasar, Sehari Habiskan Hingga 25 Kg Beras (Tribun Bali/Ni Luh Putu Wahyuni Sari)

“Ekonomi agak sulit, agak lesu. Kita jualan saja kadang sampai jam 03.00. Kalau naikkan (harga) lagi kan bisa kehilangan pembeli karena dibilang terlalu mahal nanti. Yang lain aja ayam geprek misalnya Rp 10 ribu. Kalau nasi goreng udah Rp 12 ribu plus teler,” bebernya.

Ia pun mengakui jumlah pembeli kini berkurang yang dulunya dalam sehari bisa menjual 100 porsi lebih kini kurang lebih 90 porsi kadang tak sampai 90 porsi.

“Harapan kami sebagai pedagang bisa mengerti lah pemerintah, biar turun harga beras, biar yang jualan agak tenang. Tidak hanya beras, minyak juga naik,” katanya.

Kenaikan harga beras memberikan dampak kepada pedagang makanan, salah satunya nasi jinggo. Saat ditemui Tribun Bali, Senin (29/1/2024), Ketut Sariani mengatakan harga naji jinggo dibanderol Rp 10 ribu per bungkus.

“Ya apa-apa naik sekarang, nggak hanya beras, tapi lauk pauk juga. Jadi dulu dijual Rp 5 ribu per bungkus sekarang jadi Rp 10 ribu,” ujarnya.

Naiknya harga nasi jinggonya ini, dikatakan, sudah hampir satu bulan yang lalu. Ia menambahkan harga beras eceran naik Rp 1.000 per hari.

“Jadi selama 1 minggu pertama itu naik 1-2 ribu, sampai-sampai sejarang naik 5 ribu per kiloa,” tambah Sariani.

Sementara itu, di tengah lonjakan harga beras di Kabupaten Gianyar, rupanya produksi beras di daerah surplus, bahkan angkanya mencapai 30 ribu ton lebih.

Adapun penyebab kenaikan harga beras di Gianyar, tak terlepas dari pengaruh pengepul asal luar Bali. Mereka berani membeli gabah di atas harga eceran tertinggi (HET) nasional.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Gianyar, Dewi Hariyani, Senin (29/1) mengatakan, kenaikan harga beras tidak berdampak pada ketahanan pangan di Kabupaten Gianyar. Sebab Gianyar justru surplus beras di tahun 2023.

"Beras kita surplus, untuk berapa surplusnya, itu datanya di Dinas Pertanian," ujarnya.

Seperti diketahui, harga jual beras di Gianyar terus menerus naik. Saat ini sudah menyentuh Rp 15 ribu untuk beras lokal dan Rp 16 ribu untuk beras premium. Sementara HET hanya Rp 13.900. "Beras itu kan pasar bebas. Mungkin ini karena pengaruh di tempat lain," ujarnya.

Baca juga: Buruh hingga Pedagang Tak Perlu Khawatir Dalam Bekerja, Simak Solusinya

Jafung Produksi Pertanian Dinas Pertanian Gianyar, Gusti Ayu Sugitarina Oka membenarkan bahwa produksi beras di Kabupaten Gianyar pada 2023 surplus 30 ribu ton.

Terkait lonjakan harga beras di tengah kelebihan beras ini, ia mengatakan hal tersebut karena pengaruh pengepul luar Bali.

Kata dia, pengepul asal luar Bali ini berani membeli gabah petani Gianyar dengan harga tinggi. Dimana HET nasional gabah Rp 6.300 per Kg, mereka berani membeli seharga Rp 7.400 per Kg. "Di Jawa mereka sudah kehabisan stok gabah, sehingga mencari ke sini dan membeli dengan harga tinggi. Hal inilah yang menjadi penyebab tingginya harga beras," ujarnya. 

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved