Berita Bangli

Penyuluh Temukan Lontar Kesulinggihan Hingga Tata Cara Menjadi Saye Tajen di Puri Kilian Puri Agung

Penyuluh Temukan Lontar Kesulinggihan Hingga Tata Cara Menjadi Saye Tajen di Puri Kilian Puri Agung Bangli

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Putu Kartika Viktriani
Istimewa
Pelaksanaan konservasi lontar di Puri Kilian, Puri Agung Bangli pada Jumat 2 Februari 2024. 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Penyuluh Bahasa Bali Dinas Kebudayaan Provinsi Bali di Kabupaten Bangli, melakukan konservasi lontar di Puri Kilian Puri Agung Bangli.

Pada kegiatan tersebut, penyuluh menemukan isi lontar yang beragam.

Mulai dari geguritan kisah leluhur puri, kesuliggihan hingga tata cara sebagai saye tajen (juri sabung ayam). 

Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Dinas Kebudayaan Provinsi Bali di Bangli, I Wayan Sudarsana mengatakan jika pihaknya sudah melakukan observasi sejak 30 Januari 2024.

Kemudian dilanjutkan dengan konservasi dan identivikasi.

Nantinya juga akan dilakukan digitalisasi, termasuk alih aksara dan alih bahasa.

"Untuk alih aksara dan alih bahasa, perlu waktu cukup lama. Pun lontar yang akan dialih aksarakan dan alih bahasa sesuai permintaan dari Puri," ujarnya Jumat 2 Februari 2024.

Kegiatan konservasi setidaknya melibatkan 40 orang tenaga penyuluh.

Baca juga: Selamatkan Warisan Leluhur, Disbud dan Penyuluh Bahasa Bali Konservasi Lontar di Museum Semarajaya

Lontar yang ada di Puri Kilian diakui sebagian besar kondisi masih bagus. Ada 90 cakep yang kondisi baik, dan ada 30 cakep yang kondisinya tercecer.

"Proses konservasi dimulai sejak tanggal 31 Januari 2024. Dari 30 cakep itu (yang tercecer), 16 cakep diantaranya sudah diidentifikasi," imbuhnya.

Dalam kegiatan tersebut, penyuluh menemukan beragam isi dalam lontar.

Beberapa diantaranya, kata Wayan Sudarsana, berupa geguritan kisah leluhur puri, babad, kekawin, sewalapatra atau surat untuk menghadap raja. 

"Cukup banyak juga terkait Puja Ida Pedanda/Sulinggih. Diyakini sebelum seseorang melaksanakan proses Mediksa, tempat belajarnya disini," kata Wayan Sudarsana didampingi penyuluh lainnya. 

Pada lontar yang lain terdapat pula tata cara saye tajen (juru sabung ayam).

Wayan Sudarsana mengatakan, di beberapa lolasi yang pernah dilakukan konservasi lontar, beberapa kali pihaknya mendapati lontar terkait ayam-ayaman.

Namun baru di Puri Kilian ditemukan lontar terkait tata cara saye tajen. 

Ditambahkan pula, diawal tahun ini dan bertepat dengan Bulan Bahasa Bali, dilakukan festival konservasi lontar milik masyarakat.

Pelaksanaannya menyasar di seluruh Kabupaten.

"Paling awal adalah di Kabupaten Bangli tepatnya di Puri Kilian," ucap dia.

Sementara Tokoh Puri Kilian Puri Agung Bangli, Anak Agung Bagus Krisna Adipta Wardana mengatakan, selama ini lontar-lontar tersebut hanya disimpan tanpa dibaca.

Pada saat Hari Saraswati dihaturkan bhakti/banten.

Setelahnya lontar akan disimpan kembali. 

"Pada generasi sebelumnya, saat Hari Saraswati lontar ini tidak diupacarai tetapi diambil untuk dibaca dan diulas isinya. Memang saat ini tradisi tersebut tidak dijalankan," ungkapnya.

Agung Krisna mengatakan, kini pihak puri ingin melestarikan keberadaan lontar.

Oleh sebab itu pihak Puri meminta bantuan Penyuluh Bahasa Bali untuk melakukan konservasi. 

Menurut Agung Krisna, ada 90 cakep lontar yang kondisi masih bagus.

Namun ada pula lontar yang rusak hingga tidak terbaca.

"Kami ingin menyelamatkan lontar ini, karena ini menjadi sumber pengetahuan dan juga informasi," ujarnya. 

Ia menambahkan, dari lontar yang telah dikonservasi diketahui memuat berbagai pengetahuan.

Salah satunya terkait kesulinggihan.

"Jika ditelaah, pada masa itu seseorang yang akan menjadi Sulinggih akan belajar dan dites disini (di Puri)," ucapnya. (mer)

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved