Berita Klungkung
Selamatkan Warisan Leluhur, Disbud dan Penyuluh Bahasa Bali Konservasi Lontar di Museum Semarajaya
Selamatkan Warisan Leluhur, Disbud dan Penyuluh Bahasa Bali Konservasi Lontar di Museum Semarajaya
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Fenty Lilian Ariani
SEMARAPURA,TRIBUN-BALI- Dinas Kebudayaan Kabupaten Klungkung bersama Penyuluh Bahasa Bali melaksanakan konservasi dan identifikasi lontar di Museum Semarajaya, Kabupaten Klungkung, Selasa (16/5/2023).
Lontar yang dikonservasi merupakan lontar milik masyarakat umum, berserta koleksi dari Museum Semarajaya.
Kegiatan serangkaian Bakti Hari Saraswati ini, juga untuk mengajak masyarakat untuk merawat dan menyelamatkan koleksi lontarnya.
Mengingat masih ada stigma di masyarakat yang menganggap lontar sebagai pusaka yang dikeramatkan.
Sehingga tidak boleh dibuka, apalagi dibersihkan dan dirawat.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Klungkung, I Wayan Arta Diptha menjelaskan, sampai saat ini masih ada saja masyarakat yang menganggap lontar sesuatu yang tenget (dikeramatkan).
Sehingga hanya diupacarai, tidak boleh dibuka atau bahkan dibersihkan.
Padahal menurutnya lontar sama halnya buku, yang mana mengandung warisan leluhur, serta nilai-nilai kehidupan masyrakat di Bali.
"Justru sangat berbahaya jika lontar tidak dibersihkan dan dirawat dengan baik. Seperti di Desa Kamasan, sempat kami temukan lontar yang diupacarai. Setelah kami buka sudah rusak dimakan rayap. Ini kan sangat disayangkan," ungkap Wayan Arta Diptha, Selasa (16/5/2023).
Ada juga cerita lain dari para penyuluh Bahasa Bali saat hendak melakukan observasi di Kecamatan Dawan.
Ada lontar yang sangay disakralkan oleh pemiliknya.
Lontar itu setiap tahunnya diupacarai selayaknya benda sakral. Namun setelah diidentifikasi, ternyata lontar itu berupa bukti jual beli tanah.
"Di Dawan ada lontar disungsung warga. Puluhan tahun diupacarai. Setelah kami identifikasi, ternyata lontar pa adol dan lengkap dengan cap kerajaan. Kalau istilah sekarang, itu adalah kwitansi jual-beli. Jadi ini yang kami harus luruskan ke masyarakat, bahwa lontar harus dirawat. Bukan disakralkan sampai rusak dimakan rayap," jelasnya.
Namun seiring waktu, aktivitas rutin penyuluh Bahasa Bali disetiap desa membuat masyarakat di desa semakin teredukasi tentang perawatan lontar.
Walau diakui masih ada warga yang sangat mensakralkan lontarnya.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.