Berita Bali
Amor Ring Acintya, Sehari 3 Laka Tunggal Jatuh ke Jurang, 4 Nyawa Melayang Termasuk Ibu Hamil
Amor Ring Acintya, Sehari 3 Laka Tunggal Jatuh ke Jurang, 4 Nyawa Melayang Termasuk Ibu Hamil
TRIBUN-BALI.COM - Amor ring Acintya. Kabar duka menyelimuti warga yang harus kehilangan sanak keluarganya.
Dalam kurun waktu sehari (24 jam), empat nyawa warga harus melayang akibat kecelakaan lalu lintas di berbeda tempat.
Tercatat ada tiga kecelakaan tunggal yang terjadi. Berawal dari laka tunggal korban kemudian terjun atau terlempar ke jurang yang dalam.
Diawali kecelakaan tunggal yang dialami Ni Komang Ayu Sriasih (22) dan Ni Ketut Susanti (24) di Jalan Raya Waru, Desa Klumpu, Nusa Penida, Klungkung, Minggu 11 Februari 2024 pukul 12.00 Wita.
Kecelakaan terjadi saat Ni Komang Ayu Sriasih, hendak mengantar kerabatnya Ni Ketut Susanti ke tempat bekerja melintas di jalanan yang menurun dan berbelok, motor yang dikendarai keduanya kehilangan kendali dan terperosok ke jurang sedalam 10 meter.
Ketut Susanti meninggal dunia di lokasi kecelakaan akibat mengalami luka-luka berat setelah diduga terbentur batu kapur.
Sementara Komang Ayu Sriasih yang dalam keadaan hamil sempat mendapatkan penanganan medis di UGD RS Gema Santi.
Namun nyawa Komang Ayu Sriasih dan bayinya tidak tertolong. Ibu muda ini pun meninggal bersama bayinya dalam kandungan.
Paman korban I Wayan Sudana menjelaskan, pemakaman terhadap Komang Ayu Sriasih dan Ketut Susanti akan dilaksanakan Rabu 14 Februari 2024 di Setra Banjar Caruban, Desa Tanglad.
"Keduanya akan dimakamkan di setra Caruban. Ni Ketut Susanti ini memang sebelumnya tinggal di Sulawesi. Tapi orangtuanya memang dari Banjar Caruban," jelas Sudana.
Meninggalnya Komang Ayu Sriasih dan Ketut Susanti meninggalkan duka mendalam bagi keluarga. Paman korban I Wayan Sudana mengatakan, saat kecelakaan Komang Ayu Sriasih dalam perjalanan untuk mengantarkan Ketut Susanti ke lokasi tempat kerjanya.
Menurut Sudana, Komang Ayu Sriasih tengah mengandung anak keduanya. Ibu berusia 24 tahun itu meninggalkan seorang suami dan anak yang masih duduk di bangku kelas II SD.
Baca juga: RSD Mangusada Siapkan Ruangan Khusus Untuk Caleg Gagal dan Stres Pada Pemilu 2024
Sementara jajaran kepolisian dari Polsek Nusa Penida, masih melakukan penyelidikan, terkait musibah kecelakaan tunggal yang menyebabkan dua warga meninggal itu.
Kepolisian dari Polsek Nusa Penida telah melakukan pengecekan ke lokasi kecelakaan.
TKP merupakan jalan menurun dan berbelok, yang di sisinya berupa jurang sedalam sekitar 10 meter.
Polisi masih melakukan penyelidikan, penyebab korban kehilangan kendali atas kendaraanya.
Apakah karena rem blong, atau yang lainnya.
"Penyebab sementara kecelakaan, bahwa pengendara tidak dapat menguasai kendaraannya di TKP. Tapi untuk teknisnya masih dalam lidik," jelasnya.
Sementara dalam kecelakaan tersebut, diperparah dengan para korban yang tidak memakai helm.
Sehingga Putra Sumerta menghimbau para pengendara, untuk tetap berhati-hati dan tetap disiplin dalam berlalu lintas.
Pengendara Ninja Kehilangan Kendali
Setelah laka di Nusa Penida, pada Minggu 11 Februari 2024 malamnya, terjadi laka tunggal yang juga menewaskan pengendaranya.
Kecelakaan maut ini terjadi di Jalan Bypass Prof Ida Bagus Mantra tepatnya di jembatan kawasan Desa Saba, Blahbatuh, Gianyar.
Identitas korban belum diketahui. Saat itu korban membawa sepeda motor Kawasaki Ninja.
Informasi yang dihimpun, peristiwa ini berawal saat korban datang dengan kecepatan tinggi dari arah Denpasar menuju arah Klungkung.
Diduga angin kencang dan jalanan licin, mengakibatkan korban kehilangan kendali atas kendaraannya.
Korban diduga membentur pembatas jembatan, lalu terpental ke dalam jurang dengan ketinggian sekitar 15 meter.
Masyarakat yang melihat kejadian tersebut lantas berusaha mengevakuasi korban. Akhirnya bersama aparat kepolisian, korban bisa dievakuasi.
Namun saat itu korban sudah dalam keadaan meninggal dunia, karena patah tulang dan benturan keras di kepala.
Kapolsek Blahbatuh, Kompol I Made Tama, membenarkan adanya peristiwa tersebut. Dikatakan, kasus tersebut ditangani langsung oleh Satlantas Polres Gianyar.
Guru SD Jatuh di Jembatan
Berselang beberapa jam kemudian, tepatnya pada Senin 12 Februari 2024 sekitar pukul 04.15 Wita, kembali terjadi laka tunggal yang menelan korban jiwa.
Kecelakaan maut ini terjadi di Jalan Astina Timur atau di jembatan Tukad Cangkir, Gianyar.
Korban adalah I Kadek Karmawan berusia 25 tahun asal Desa Bebalang, Kabupaten Bangli.
Kapolsek Gianyar, Kompol I Gede Sudyatmaja, mengungkapkan kecelakaan berawal saat korban yang mengendarai motor NMAX DK 3742 PY datang dari arah timur menuju ke barat.
Setibanya di TKP, tepatnya di Jalan Astina Timur atau di Jembatan Tukad Cangkir, tiba-tiba korban tidak bisa menguasai laju kendaraannya.
Saat itu, kendaraannya membentur pembatas jembatan hingga terpental ke barat sekitar 15 meter, dan korban sendiri terlempar ke jurang.
"Informasi kami terima melalui telepon, lalu kami turun ke lokasi, bersama petugas BPBD Gianyar melakukan pencarian korban," ujar Kapolsek.
Korban baru berhasil ditemukan di sungai di bawah jembatan sekitar pukul 08.30 Wita. Saat itu sudah dalam keadaan meninggal dunia.
"Korban kemudian dievakuasi dengan cara ditarik dengan tali ke atas jembatan dan selanjutnya dibawa menggunakan ambulans menuju Rumah Sakit Umum Bangli karena korban berasal dari Desa Bebalang Bangli," ungkap Kompol Sudyatmaja.
Disebutkan korban berprofesi sebagai guru olahraga di Sekolah Dasar (SD) 3 Susut, Bangli.
Pihak keluarga langsung melaksanakan upacara mekinsan ring gni untuk jenazah Kadek Karmawan pada Senin siang.
Pantauan tribun-bali.com, banyak pelayat yang datang ke rumah duka di Lingkungan Bebalang. Baik kerabat, krama/masyarakat hingga rekan sesama guru.
Ayah Kadek Karmawan yakni I Nyoman Rapia mengungkapkan, pada Minggu (11/2/2024) malam, Kadek Karmawan sempat izin untuk latihan megambel dan dilanjutkan melayat. Sebab ada warga Bebalang yang meninggal dunia.
Setelah menyampaikan hal itu, tidak ada lagi komunikasi. Pihaknya juga tidak tahu secara pasti, apa tujuan anaknya ke Gianyar.
"Saya malam itu menjaga istri, karena sedang dirawat di rumah sakit. Anak saya bilang mau latihan dan medelokan (melayat). Tidak ada bilang mau ke Gianyar. Tapi dengan temannya bilang mau ke Gianyar membeli obat. Obat itu mungkin untuk ibunya karena lagi sakit," ungkapnya.
Diperkirakan Karmawan berangkat ke Gianyar sekitar subuh. Sebab sekitar pukul 01.00 Wita, Karmawan diketahui masih berada di lokasi melayat.
Hingga pada keesokan harinya sekitar pukul 07.30 Wita, Nyoman Rapia mendapat kabar bahwa anaknya mengalami kecelakaan di wilayah Gianyar. Hanya saja keberadaannya belum ditemukan.
"Saya meminta tolong kerabat agar mencari keberadaannya di rumah sakit. Hingga tak berselang lama saya mendapat kabar jika anak saya ditemukan sudah meninggal dunia. Saat itu saya tidak bisa berkata-kata lagi," ucap pria yang juga Kepala Sekolah SDN 3 Bunutin, Bangli ini. (mit/weg/mer)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.