Pemilu 2024

HASIL Quick Count Pileg 2024 PDIP Tetap Kuasai Bali, tapi Kenapa Ganjar Kalah di "Kandang Banteng"?

HASIL Quick Count Pileg 2024 PDIP Tetap Kuasai Bali, tapi Kenapa Ganjar Kalah di "Kandang Banteng"?

Editor: Fenty Lilian Ariani
Tribunnews.com
Hasil Sementara Quick Count di Bali versi 4 Lembaga Survei 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Fakta mengejutkan terjadi dalam hasil hitung suara Pilpres dan Pileg 2024 di Bali.

Dari hasil hitung cepat atau quick count dari beberapa lembaga survei dan hasil hitung manual atau real count sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU), PDIP unggul di Bali.

Tapi sebaliknya,pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, justru kalah Bali di mana yang dikenal sebagai kandang partai pengusungnya yakni PDIP.

Berdasarkan hasil hitung cepat lembaga survei Politika Research & Consulting (PRC), Kamis (15/2/2024), PDIP unggul di Bali dengan persentase 54,60 persen.

Disusul partai Golkar di peringkat kedua dengan 15,31 persen dan peringkat ketiga Partai Gerindra dengan 9,71 persen.

Golkar dan Gerindra sama-sama mengusung paslon 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai capres dan cawapres.

Lembaga survei Charta Politika juga menyebutkan PDIP unggul di Bali dalam pemilihan legislatif.

Partai berlambang banteng moncong putih menguasai Bali dengan 46,92 persen.

Di posisi kedua dan ketiga juga ditempati Golkar (16,44 persen) dan Gerindra (12,83 persen).

Baca juga: Pemilu 2024, Bawaslu Badung Sebut Tidak Ada Pengaduan Pelanggaran Selama Pencoblosan

Berdasarkan data quick count Indikator Politik Indonesia, PDIP juga unggul di Bali dan Nusa Tenggara (Nusra).

Di Bali-Nusra, dari data masuk 82,74 persen hingga Kamis (15/2/2024), PDIP unggul dengan 24,92 persen.

Gerindra berada di posisi kedua dengan 11,47 persen.

Kemudian Golkar (10,88 persen), Nasdem (9,38 persen), Demokrat (7,98 persen), PKB (7,64 persen), dan PAN (5,42 persen).

Sementara itu secara nasional, persentase suara PDIP juga masih berada pada posisi teratas dengan 16,96 persen.

Baca juga: Unggul Dalam Hitung Cepat, Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran Ditanggapi Beragam di Denpasar

Hal ini berdasarkan hitung cepat (quick count) Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 dilakukan Litbang Kompas dengan cakupan data 71,65 persen.

Dilansir dari Litbang Kompas, data itu dirilis pada Kamis (15/2/2024), pukul 12.13 WIB, dari total 2.000 tempat pemungutan suara (TPS) sampel.

Menurut data hitung cepat Litbang Kompas, Partai Golkar sampai saat ini mendapatkan 14,49 persen.

Lalu Partai Gerindra mendapatkan 13,61 persen.

Sedangkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendapatkan 11,27 persen.

Meski PDIP tetap unggul di Pileg, namun tidak demikian dengan Pilpres.

Dari hasil quick count dan real count KPU sementara, Ganjar-Mahfud kalah secara nasional, dan juga keok di Bali serta Jawa Tengah yang jadi "kandang banteng".

Melihat fakta ini, apa penyebab Ganjar-Mahfud justru kalah di kandang PDIP dan partai berlambang banteng itu tetap menang di Pileg?

Jokowi Effect
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, awalnya mengatakan bahwa sebenarnya hasil semacam ini juga di luar dugaan dari PDIP sendiri di mana Ganjar-Mahfud kalah dari Prabowo-Gibran di Jateng dan Bali.

Padahal, sambungnya, kampanye terakhir Ganjar-Mahfud digelar di Solo, Jawa Tengah yang kerap diibaratkan juga sebagai lumbung suara PDIP.

Ujang mengatakan kampanye terakhir yang digelar tersebut ternyata hanya bisa berefek kepada suara PDIP dan tidak berdampak pada raihan suara Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah.

"Ya ini di luar dugaan PDIP ya. PDIP merasa percaya diri dan kampanye terakhir di Jawa Tengah, besar-besaran untuk menjaga suara partai sekaligus yang sama untuk memenangkan Ganjar-Mahfud."

"Tapi fakta dan kenyataannya, mereka bisa mengawal suara partai, tetapi tidak bisa memenangkan Ganjar-Mahfud," katanya kepada Tribunnews.com, Kamis (15/2/2024).

Ujang menilai tergerusnya suara Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah akibat 'Jokowi Effect' di mana Presiden Jokowi terus menyasar Jawa Tengah dan Bali lewat gelontoran bantuan sosial (bansos) yang kerap disalurkannya menjelang pencoblosan.

"Mungkin ada faktor lain yaitu efek Jokowi, ya yang melakukan operasi di Jawa Tengah untuk memenangkan Prabowo-Gibran dan hasilnya Prabowo-Gibran menang."

Baca juga: Pemilih 2 TPS di Badung Capai 100 Persen, KPU Sebut Rata-rata Partisipasi Masyarakat Kini 90 Persen

"Makannya bansos itu kan jor-joran diberikan di Jawa Tengah. Ya itulah Jokowi Effect," jelasnya.

Selain efek gelontoran bansos, Ujang menilai faktor ketokohan Jokowi dan Gibran juga menjadi faktor Ganjar-Mahfud kalah dari pasangan capres-cawapres nomor urut 2 tersebut.

"Jokowi kan orang Solo, orang Jawa Tengah. Gibran juga orang Solo. Jadi ya bisa merebut suara di situ sehingga Prabowo-Gibran menang di situ," ujarnya.

PDIP Menang di Jateng-Bali soal Harga Diri
Sementara terkait PDIP tetap menang di Jawa Tengah dan Bali, Ujang menilai hal tersebut soal harga diri.

Sehingga, sambungnya, para kader hingga simpatisan PDIP relah berjuang untuk 'memeloti' hasil hitungan suara di TPS di Jawa Tengah maupun Bali.

"Ya (PDIP) bisa menang di kandangnya karena, ya kalau saya, tahu psikologi PDIP. Ini soal harga diri."

"Jadi itu ditongkrongin suara. Ditongkrongin itu rakyat, kader. Dan dalam konteks itu, PDIP berhasil menjaga suaranya," ujarnya.

Caleg PDIP 'Selamatkan' Diri Sendiri, Ogah Menangkan Ganjar-Mahfud

Ujang juga menilai kalahnya Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah dan Bali akibat caleg PDIP yang lebih memilih untuk memikirkan nasib suaranya di Pileg 2024.

Selain itu, dia menganggap caleg PDIP tertekan dengan adanya surat instruksi dari DPP PDIP agar suara yang diraih sama dengan Ganjar-Mahfud.

Sebagai informasi, surat edaran itu sempat viral pada akhir tahun 2023 lalu dan ditandatangani oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto.

"Ya bisa jadi. Dalam keadaan terdesak, dalam keadaan tekanan, maka harus ada yang diselamatkan."

Baca juga: Penglingsir Puri Buleleng Harap Prabowo-Gibran Tepati Janji Kampanye

"Penyelamatan terbaik adalah, ya memenangkan Pileg, memenangkan partainya sendiri daripada memenangkan capres-cawapresnya," ujarnya.

Ujang mengatakan adanya kemungkinan pula caleg PDIP di Jawa Tengah dan Bali merasa gamang apakah untuk memenangkan dirinya sendiri atau Ganjar-Mahfud.

"Daripada hancur dua-duanya ya, daripada kalah dua-duanya sehingga PDIP-nya masih unggul, Ganjar-Mahfud nya yang kalah (di Jawa Tengah dan Bali)," pungkasnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved