Pemilu 2024

Harapan Warga Bali ke Prabowo-Gibran, Penglingsir Puri Buleleng Minta Satu dari Tiga Janji Kampanye

Wiranata mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu hasil rekapitulasi perhitungan suara dari KPU.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Ratu Ayu Astri Desiani
Penglingsir Puri Buleleng Anak Agung Wiranata Kusuma - Harapan Warga Bali ke Prabowo-Gibran, Penglingsir Puri Buleleng Minta Satu dari Tiga Janji Kampanye 

Ia menambahkan, kasus stunting dan kurang gizi kebanyakan terjadi di pelosok dan pedesaan serta dengan ekonomi menengah ke bawah.

Anom pun menyebut jika makanan merupakan kebutuhan paling dasar warga yang harus terpenuhi.

Dia juga berharap Prabowo Gibran tak hanya fokus program makan siang, namun melanjutkan program sebelumnya yang telah berjalan dan pemberantasan korupsi.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Nyoman Adi Saputra asal Seraya Karangasem.

“Di Seraya kami sangat sulit untuk mencari besar, sehingga kami harapkan bantuan itu untuk anak-anak kami,” katanya.

Ia pun berharap agar program itu benar-benar menyentuh masyarakat bawah dan membutuhkan.

Surya warga Buleleng berharap ada filter dalam pemberian makan siang gratis.

Jangan sampai bantuan tersebut malah salah sasaran.

“Saya harap kalau memang itu terealisasi, jangan sampai salah sasaran. Masak anak-anak pejabat dapat makan siang gratis, kan lucu? Jangan sampai seperti subsidi BBM kemarin atau LPG malah sasarannya kan banyak yang tidak tepat,” katanya.

Dewa Kusuma, karyawan swasta di Denpasar mengatakan, program makan siang gratis dirasa kurang efektif karena makan siang itu makanannya menyasar ke siapa saja, lalu bagaimana standarisasi makanan yang diberikan, menunya, dan sebagainya.

“Kalau menurut saya program makan siang gratis lebih baik diberikan ke masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah seperti pemulung, dsb. Kita tidak tahu bagaimana standarisasi makanan tersebut, mulai dari memenuhi 4 sehat 5 sempurna dengan budget Rp 13 Ribu masuk tidak? Apalagi contohnya di Denpasar,” ujar Dewa.

Menurut Dewa, alangkah lebih baik anggaran untuk makan siang gratis diberikan kepada masing-masing sekolah yang nantinya diberikan ke masing-masing siswa.

“Contoh standarisasi makanan Rp 13 Ribu itu seperti apa? Nasi lalapan ayam di Bali saja Rp 17 Ribu, kurang paham deh saya apakah program ini akan efektif apalagi untuk ibu hami apa gizinya memenuhi?” tambah Dewa.

Amelia Warta (20), warga Denpasar lainnya, mengaku program makan siang gratis sangat membantu anak-anak sekolah di pelosok.

“Kalau kita berbicara Denpasar mungkin udah modern, tetapi kita kan belum tahu daerah lain, terutama daerah tertinggal. Seperti di Karangasem, ataupun daerah Indonesia lainnya. Bahkan ada anak sekolah di Papua yang hanya berbekal ulat sagu untuk makan siang mereka,” kata Amel.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved