Harga Beras Terus Merangkak Naik, Menkeu Sri Mulyani Khawatir Inflasi Ikut Terkerek

Pemerintah mulai khawatir kenaikan harga beras yang saat ini sedang terjadi akan mengerek inflasi kembali meningkat.

Editor: Ady Sucipto
Istimewa
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Republik Indonesia (RI) Sri Mulyani Indrawati 

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Pemerintah mulai khawatir kenaikan harga beras yang saat ini sedang terjadi akan mengerek inflasi kembali meningkat.

Tercatat, hingga 21 Februari 2024 harga beras sudah naik mencapai Rp 15.175 per kilogram (kg).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, memang saat ini inflasi domestik masih tercatat lebih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara maju.

Dalam hal ini inflasi Januari tercatat sebesar 2,57 persen.

Baca juga: Viral Bali: Jelang Galungan Harga Cabai dan Bahan Pangan Meroket, Solusi Kelangkaan Gas di Badung

“Meskipun begitu kita juga waspada terhadap kenaikan harga beras bulanan yang mencapai 7,7 persen year to date (ytd). Hingga tanggal 21 Februari telah mencapai rata-rata harga di Rp 15.175, ini yang memberikan kontribusi terhadap inflasi volatile food di dalam headline inflasi kita,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Kamis (22/2).

Sri Mulyani mencatat, saat ini beberapa harga pangan lainnya saat ini juga masih menunjukkan kenaikan harga.

Misalnya pada komoditas bawang putih sebesar 1,9 persen ytd, cabai merah 17 persen ytd, daging ayam 2,2 persen ytd, dan telur ayam 3,9 persen ytd.

Dengan kenaikan harga beberapa kebutuhan pangan tersebut juga menjadi kekhawatiran pemerintah, mengingat sebentar lagi akan memasuki momentum puasa.

“Maka volatile food harus bisa segera distabilkan. Agar headline  inflasi kita masih bisa terjaga rendah pada saat inflasi dunia dan negara maju juga mengalami penurunan,” ungkapnya.

Terpisah, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyebutkan harga beras semakin melonjak di beberapa waktu belakangan.

Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI, Reynaldi Sarijowan  mengakui pedagang kesulitan mendapatkan beras premium karena memang stok yang dimiliki penggilingan juga terbatas.

"Dan ini yang harus diwaspadai oleh semua pihak agar stok-stok yang dimiliki khususnya beras premium agar segera dikeluarkan," kata Reynaldi dalam keterangan resmi yang diterima Kontan, Jumat (23/2).

Baca juga: Kinerja Ekonomi Nasional dan Bali Tetap Tumbuh Tinggi, Sektor Pertanian Penekan Inflasi Bali

Reynaldi bilang, termasuk pabrik-pabrik lokal, karena semakin tertahan beras premium, semakin naik harganya dan kondisinya akan semakin buruk.

Adapun beberapa penyebab terjadinya lonjakan harga beras ini termasuk terlambatnya musim tanam dan musim panen otomatis.

"Kemudian tahun lalu produksinya terbatas sehingga konsumsi tinggi yang terjadi ialah ketidakseimbangan antara supply and demand," ungkapnya.

Berdasarkan realitas di pasaran, kata dia, kenaikan harga beras tahun ini mencapai 20 persen lebih dibandingkan tahun lalu.

Dari Rp 14.000 ke Rp 18.000 per kg.

Untuk itu, Ikappi mendorong pemerintah untuk menggenjot produksi beras dari hulu ke hilir. Maka produksi di tahun 2024 harus di genjot sedemikian rupa.

"Dengan cara subsidi di gelontorkan, subsidi pupuk juga di perbesar anggarannya dan skalanya di perluas sehingga produksinya lebih besar," ungkapnya.

Untuk saat ini menjelang ramadan penyelesaian persoalan beras solusinya ialah menggelontorkan stok yang dimiliki oleh pemerintah, perusahaan lokal, serta penggilingan untuk di drop di pasar tradisional, termasuk mendorong satgas pangan Mabes Polri agar memantau stok yang dimiliki oleh pihak-pihak tersebut di atas agar tidak tertahan dan segera dikeluarkan.

"Termasuk Bulog untuk memastikan pendistribusian beras medium ke pasar tradisional dan retail," kata Reynaldi.

Jika Bulog lebih fokus kepada bantuan pangan secara packaging-nya dan tidak mengindahkan permintaan presiden untuk mengguyur di pasar tradisional dan retail maka lebih celaka lagi kondisi yang akan kita hadapi ke depan.

"Dan itu solusi yang kami tawarkan oleh IKAPPI kepada pemerintah dan semua pihak," katanya.

Sebagai informasi, Berdasarkan data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Jumat (23/2) pukul 11.01 WIB, Komoditas beras medium naik paling tinggi Rp 390 (2,65 persen) menjadi Rp 15.100 per kg. Sedangkan beras premium: Rp 16.310 per kg (turun 2,74 persen).

Baca juga: Mendekati Galungan, Harga Cabai Rawit Kecil Rp 100 Ribu/Kilogram di Pasar Cokroaminoto Denpasar

Kenaikan Harga Bersifat Sementara

Inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food melonjak pada Januari 2024.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, inflasi kelompok tersebut pada awal tahun ini sebesar 7,22 persen YoY atau naik dari 6,73 persen YoY pada Desember 2023.

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, kenaikan harga pangan ini hanya bersifat sementara.

Sehingga tak akan mengganggu rancangan arah kebijakan moneter BI ke depan.

Senada dengan Bos BI, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai sejauh ini inflasi pangan belum akan menjadi alasan bagi BI mengubah kebijakan suku bunga acuan, apalagi sampai menaikkan kembali suku bunga.

“Sejauh ini belum. Walaupun, inflasi pangan memang masih akan naik karena pengaruh cuaca, musim tanam yang tertunda, dan hambatan distribusi,” terang David kepada Kontan.co.id, Kamis (22/2).

Meski demikian, David yakin kenaikan inflasi pangan tak akan mengerek inflasi umum secara berlebihan.

Dari kacamatanya, inflasi secara keseluruhan pada tahun ini masih akan berada dalam rentang sasaran 2,5 persen YoY plus minus 1 persen.

Bahkan, David membuka peluang suku bunga acuan BI akan mulai turun di semester II-2024.

Kemungkinan tersebut juga seiring dengan peluang penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS).

BI Rate mungkin turun total hingga 75 basis poin (bps) pada tahun ini, sejalan dengan perkiraan penurunan suku bunga Paman Sam yang sebesar 75 bps.

Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 20 - 21 Februari 2024 memutuskan suku bunga acuan tetap bertahan di level 6 persen.

Meski sesuai dengan ekspektasi pasar, tapi hal ini tidak cukup kuat mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ke zona hijau.

Dominan bergerak di jalur merah pada perdagangan Rabu (21/2), IHSG sempat ambles ke bawah level 7.300.

Namun IHSG melejit di akhir perdagangan dan berhasil memangkas pelemahan menjadi hanya setipis 0,05%, yang membawa IHSG ke posisi 7.349,02.

Research Analyst Phintraco Sekuritas, Nurwachidah mengamati antisipasi pasar terhadap hasil RDG BI sudah terefleksikan pada hari sebelumnya, Selasa (20/2), dimana IHSG menguat 0,77%.

Sedangkan pada perdagangan Rabu, antisipasi pasar bergeser ke sentimen eksternal, khususnya risalah FOMC Minutes.

"FOMC Minutes akan menjadi petunjuk penting bagi pelaku pasar untuk memperoleh arah kebijakan penurunan suku bunga The Fed. Pasar memperkirakan potensi penurunan suku bunga terdekat di Juni 2024," kata Nurwachidah kepada Kontan.co.id, Rabu (21/2).

Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menyampaikan, BI-Rate tetap bertahan sesuai ekspektasi, karena BI akan terlebih dulu menunggu langkah dari The Fed.

Menurut polling, bank sentral Amerika Serikat (AS)tersebut diproyeksikan baru akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis points sekitar bulan Juni.

The Fed akan mempertimbangkan perkembangan indikator ekonomi di AS. Di sisi yang lain, BI juga harus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Jadi kita baru akan memikirkan kemungkinan potong suku bunga jika The Fed sudah melakukan lebih dulu," kata Liza.

Research Associate Panin Sekuritas Sarkia Adelia Lukman menambahkan, berbagai rilis data indikator ekonomi AS dapat memengaruhi keputusan The Fed untuk tidak menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.

Dus, keputusan BI yang menahan suku bunga acuan diharapkan bisa menjaga stabilitas makro ekonomi.

Sedangkan terhadap pasar saham, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menimpali bahwa hasil RDG BI belum banyak menjadi faktor penggerak.

Martha mengamati IHSG yang hanya turun tipis saat penutupan lebih terdorong oleh lonjakan sejumlah saham big caps di akhir perdagangan.

Contohnya pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto sepakat, keputusan BI menahan suku bunga acuan tidak memberikan dampak signifikan bagi arah IHSG.

Secara teknikal, pergerakan IHSG saat ini masih menjadi bagian dari pengujian support di level 7.300. "Biasa saja (BI mempertahankan suku bunga acuan) tidak menjadi sentimen yang menghasilkan tren baru," kata William. (kontan)

>>> Baca berita terkait <<< 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved