Hari Raya Galungan
Jelang Galungan, Harga Besar, Telur, Minyak hingga Buah-buanan Naik, Ibu-Ibu di Denpasar Keluhkan
Menjelang hari raya Galungan, harga beras kualitas super I di Bali belum turun, bahkan cenderung terus naik.
“Kalau pisang dari sebelumnya memang sudah mahal,” katanya. Terkait pasokan dikatakannya ada, tidak sulit. Namun menurutnya harga sudah tinggi dari kedatangannya.
Sementara itu, busung atau janur memang sering digunakan untuk membuat banten atau sesajen yang dipersembahkan oleh umat Hindu. Menjadi salah satu komoditas yang digunakan pada hari raya umat Hindu, harga busung ini pun naik jelang Galungan. Harga busung yang awalnya 1 ikat Rp 15 ribu menjadi Rp 25 ribu.
Iluh Sutriani, pedagang busung di Pasar Wangaya, Denpasar mengatakan, harga busung naik saat mendekati Galungan. “Sehari saya bawa 400 ikat busung untuk dijual. Pasti habis, karena momen mau hari raya,” kata Iluh, Sabtu (24/2).
Iluh menjual busung Jawa yang dikirim dari Probolinggo. Alasannya tidak menjual busung Bali sebab pelanggannya tidak terlalu meminati busung Bali. Terlebih harga busung Bali jauh lebih mahal dibandingkan harga busung Jawa. “Ini jualannya setiap hari nanti sampai penampahan Galungan. Dan busung yang dibeli sekarang bisa tahan kalau akan digunakan untuk Galungan karena ini busung baru datang,” imbuhnya.
Komang Tri, warga yang membeli busung mengatakan, ia sengaja membeli busung kemarin agar tak mendapat harga yang lebih mahal lagi. Ia membeli busung 1 ikat untuk membuat banten Galungan.
Kondisi Ekonomi Bali Tetap Terjaga
Optimisme konsumen yang tetap terjaga menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Galungan, Kuningan, Nyepi, puasa Ramadan, dan Idul Fitri pada Februari dan Maret 2024 akan membuka peluang mendorong pertumbuhan ekonomi Bali yang lebih kuat dan perlu diiringi dengan langkah intensif dalam pengendalian inflasi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja mengatakan, ekspektasi konsumen Bali terhadap kondisi ekonomi ke depan berada pada kondisi optimistis dengan indeks sebesar 142,8 di bulan Januari 2024.
“Tetap terjaganya optimisme keyakinan konsumen di Bali pada Januari 2024 ditopang oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat berada pada area optimis, yakni masing-masing sebesar 134,3 dan 142,8,” ujarnya di Denpasar, Jumat (23/2).
Kondisi IKE tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen pembentuk IKE, yaitu penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu tercatat sebesar 130,5, ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu tercatat sebesar 146,0 dan konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama saat Ini dibandingkan 6 bulan yang lalu sebesar 126,5. Kondisi IKE Bali tersebut juga lebih tinggi dibandingkan IKE Nasional yang berada pada kondisi optimistis sebesar 115,6.
Optimistisnya kinerja IEK di Provinsi Bali saat ini dipengaruhi oleh beberapa komponen pembentuk IEK yang tetap terjaga pada area optimistis yaitu Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha 6 Bulan Mendatang sebesar 149,5, Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan Mendatang sebesar 139,0 dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 Bulan Mendatang sebesar 140,0. Kondisi IEK Bali sejalan dengan kondisi IEK Nasional yang tetap terjaga pada area optimis sebesar 134,5 pada periode Januari 2024. (avc)
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.