Berita Karangasem
Galungan di Tenganan Pegeringsingan Tanpa Memenjor, Sarana Upacara Yakni Banten Uduan
Galungan di Tenganan Pegeringsingan Tanpa Memenjor, Sarana Upacara Yakni Banten Uduan
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Fenty Lilian Ariani
Banten uduan yang dibawa ke Pura Bale Agung Tenganan Pegeringsingan bertujuan untuk mengupacarai peta wilayah.
Harapannya agar wilayah Tenganan Pegeringsingan diberikan keutuhan.
Sehingga wilayah Tenganan Pegeringsingan tetap. Tidak mengalami pengurangan atau penambahan.
Wilayah Tenganan Pegeringsingan meliputi hutan, permukiman, dan pertanian.
Terbanyak yakni lahan perhutanan, dan persawahan.
"Setelah dihaturkan, banten uduan dibawa ke Bale Banjar untuk dimakan bersama dan dibagikan ke krama. Setelah persembahyangan, warga kembali beraktivitas seperti biasanya,"imbuh Suarjana
Baca juga: Kenaikan Gaji ASN Bangli Mulai Dinikmati Per Maret
Untuk makna Hari Raya Galungan di Tenganan Pegeringsingan sama.
Merayakan kemenangan dharma atas adharma. Memohon keselamatan, serta mengucapkan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rezeki yang berlimpah. Galungan adalah prosesi untuk introspeksi diri jadi lebih baik
"Kalau makna Galungan di Tenganan Pegeringsingan sma dengan daerah lainnya. Kemenangan dharma atas adharma. Sebagai introspeksi diri. Yang beda sarana dan prasarananya. Disini tak ada memasang penjor. Warga pasang penjor saat sambah,"ungkap Suarjana, sapaan akrabnya.
Perayaan Galungan tanpa penjor di Tenganan Pegeringsingan sudah dilaksakan dari leluhur serta nenek moyang sebelumnya.
Banten yang digunakan untuk prosesi upacara yakni banten uduan.
Sumber bahannya hasil pertanian, serta jajan khas Bali. Seperti tumpeng, angine, iwel, godoh, semangka, jeruk, dll.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.