Berita Bali

Selalu Ada Saja Pelanggaran di Hari Suci Nyepi, Ini Tanggapan Kadis DPMA Bali 

Selalu Ada Saja Pelanggaran di Hari Suci Nyepi, Ini Tanggapan Kadis DPMA Bali 

istimewa
Kolase kejadian saat Nyepi 2024 di Bali: 2 Pria Naik Motor Brong di Jembrana Hingga Ratna Sarumpaet Cari ATM 

 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Seolah menjadi agenda tahunan setiap usai Nyepi, masyarakat dihebohkan dengan para pelanggar catur brata penyepian.

Di saat umat Hindu sedang menjalankan hari suci Nyepi ada saja oknum yang membuat kegaduhan melanggar salah satu catur brata penyepian yakni amati lelungan (tidak bepergian). 

Contohnya mulai dari warga negara asing (WNA), domestik, bahkan sampai warga lokal yang semestinya paham betul Catur Brata Penyepian. Salah satu yang menjadi sorotan, yakni salah seorang aktivis, Ratna Sarumpaet.

Baca juga: Melawan Jro Mangku Nyawa Taruhannya, Bule Tewas di Gunung Agung Saat Karya Ida Bhatara Turun Kabeh

Dalam foto yang beredar luas, mertua aktor Rio Dewanto ini bahkan keluar dari tempatnya menginap saat Nyepi dengan mengendarai mobil yang disupiri oleh seorang laki-laki di Desa Tibubeneng, Badung, Senin 11 Maret 2024 lalu. Ada juga foto yang beredar saat ia ditegur oleh pecalang dan berdiri di depan penginapannya sambil mencakupkan kedua tangan. 

Dari informasi yang beredar, Ratna Sarumpaet menerima teguran oleh pecalang setempat serta diminta untuk kembali ke kediamannya. Ibunda Atiqah Hasiholan ini pun dikatakan telah meminta maaf atas perbuatannya. Namun di sosial media, hal ini menjadi bahan ‘rujakan’ netizen. 

Baca juga: Kecelakaan Tragis di Jalur Tengkorak Denpasar-Gilimanuk, Pasutri Tabrak Anjing Lalu Digilas Bus

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Adat (DPMA) Provinsi Bali, I Gusti Agung Ketut Kartika Jaya Seputra menyayangkan hal demikian bisa terjadi. Apalagi umat Hindu sedang melaksanakan perayaan Hari Suci Nyepi.

“Saya kira setiap orang yang berada di Bali harus menghormati saat umat Hindu sedang melaksanakan perayaan hari suci Nyepi Caka 1946. Kita sudah diajarkan oleh para leluhur untuk hidup rukun di NKRI yang majemuk,” ucapnya pada, Rabu 13 Maret 2024. 

Dari segelintir informasi yang viral di sosial media, pihaknya mengaku tidak mendapatkan jumlah pasti orang yang melanggar dan berkeliaran saat Nyepi. “Tidak (ada laporan angka kejadian),” imbuhnya.

Disinggung terkait rata-rata informasi yang beredar, dimana para pelanggar yang pada akhirnya dipulangkan pecalang setempat usai ditegur tanpa menerima sanksi, Kartika menyebut itu merupakan suatu bentuk dimana desa adat mengedepankan adat apalagi dengan umat lain.

“Desa adat itu mengedepankan adat apalagi dengan umat lain. Petugas atau pecalang selalu akan memberikan pemahaman,” tutupnya. 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved