Populer Bali

Viral Bali: Joged Bumbung Jadi Sorotan, 10 Ribu Lebih Pamedek akan Hadiri Pengrebongan di Kesiman

Berita viral Bali yang pertama terkait fenomena joged bumbung yang kembali jadi perbincangan hangat publik di Pulau Dewata lantaran ditarikan dengan

Tribun Bali/AA Gde Putu Wahyura
Pengerebongan di Pura Pengrebongan Kesiman, Denpasar, Minggu (23/4/2017). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Berikut berita viral Bali yang memantik sorotan hangat sepanjang 24 jam terakhir, mulai Sabtu, 16 Maret hingga Minggu, 17 Maret 2024.

Berita viral Bali yang pertama terkait fenomena joged bumbung yang kembali jadi perbincangan hangat publik di Pulau Dewata lantaran ditarikan dengan tidak senonoh.

Berita viral kedua terkait Pura Petilan Pengerebongan Kesiman Denpasar akan menggelar prosesi Ngerebong hari ini, Minggu (17/3).

Baca juga: Joged Bumbung Tak Senonoh Viral Lagi, Disbud Bali Singgung Jalur Hukum

Dan sebagai informasi Anda, Jalan WR Supratman depan pura akan dilakukan penutupan mulai dari pukul 10.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita.

Berikut berita viral Bali selengkapnya:

Merasa geram karena joged bumbung ditarikan dengan tidak senonoh, salah satu pelaku seni di Bali Ary Ulangun melaporkan hal tersebut ke Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali.

“Saya sudah koordinasikan dengan Staf Kebudayaan agar segera ditindak. Belum ada (hal yang dilakukan Disbud). Katanya menelusuri TKP dan penari dulu. Sudah tak kasi semua detail-detail sampai alamat rumah penarinya,” ungkap Ary, Sabtu (16/3).

Diduga penari joged bumbung erotis tersebut berasal dari Lukluk Anggungan, Badung.

Arya sangat miris melihat gerakan joged bumbung dibuat sangat erotis.

Menurutnya, jika dibiarkan atau dirahasiakan terus menerus akan menjadi kebobrokan besar kedepannya.

Ia mengaku pertama kali melihat konten joged erotis itu di salah satu akun Instagram bernama @kurawa.bali.

Ia khawatir jika ada anak-anak yang menonton joget seronok itu maka akan ditiru karena dianggap lucu.

“Rusak, akan ditiru karena dianggap lucu dan mental anak-anak rusak,” tandasnya.

Ia pun memastikan bahwa yang menari joged bumbung erotis tersebut adalah perempuan.

Arya berharap semoga pihak-pihak berwenang dan Dinas terkait bisa mensosialisasikan dengan gencar pakem joged yang sebenarnya.

“Agar lepas dari adegan pornography, terlebih pementasan sering disaksikan oleh anak di bawah umur. Jikapun masih ada penari atau pementasan seperti ini agar bisa ditindak secara hukum,” katanya.

Baca juga: Viral Bali: Waspada Cuaca Buruk 7 Hari ke Depan, Nyoman Ote Jatuh ke Aspal Saat Mekotek

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSkar MHum, mengatakan, permasalahan joged bumbung ini sudah dibahas sejak 2016.

“Sudah sejak tahun 2016 kita mengurusi permasalahan joged bumbung. Berbagai upaya sudah kita lakukan. Dan secara terus menerus pertama kita lakukan dengan seminar untuk mengembalikan joged ke pakemnya. Kita undang juga para penari joged dan Majelis Kebudayaan Bali juga sudah turun,” katanya, Sabtu.

Para seka (kumpulan) joged atau penari joged sudah dikumpulkan dan dijelaskan juga bagaimana pakem joged bumbung.

Sebelumnya Pemprov Bali juga sudah mengeluarkan surat edaran sebanyak dua kali pada zaman Gubernur Mangku Pastika dan juga pada zaman Gubernur Koster.

Kemudian Kepala Dinas PMA Bali juga sudah memanggil seluruh Bendesa Adat sudah dikumpulkan untuk memantau joged-joged Jaruh (tidak senonoh) di daerah masing-masing dan semuanya sudah siap.

“Beberapa LSM juga sempat melakukan sosialisasi. Tapi ya gitu mati satu tumbuh seribu. Jadi segala upaya persuasif dan upaya upaya normatif sudah semua kita lakukan. Mengapa upaya itu didahulukan, karena penari joged masih memakai gelar seniman kan itu masalahnya,” imbuhnya.

Prof Arya mengatakan, dengan melakukan joged bumbung jaruh seperti itu mereka sudah sangat menabrak pakem-pakem joged bumbung yang sebenarnya.

Seperti goyang ngebor yang ditunjukkan kepada penonton itu sebetulnya tidak ada joged yang seperti itu di joged bumbung.

Tindakan porno pada joged bumbung sudah melenceng dari pakemnya.

“Ia (para penari) melakukan joged bumbung jaruh beralasan karena keadaan ekonomi ada yang karena memang taksunya. Sebetulnya sudah kita akomodir cuma tetap saja kok semakin hari semakin menjadi tinggal satu cara yang belum kita jalankan yaitu bisa saja joget bumbung jaruh ini dimasukkan ke dalam kejahatan hukum pelanggaran hukum, kan ada UU Pornografi,” tandasnya.

Namun, kata Prof Arya hanya saja dulu Bali menolak bahwa joged jaruh itu masuk pada undang-undang pornografi.

Kalau memang bisa dipakai ke jalur hukum maka harus dipelajari, polisi juga harus mempelajari.

Pada psikologi seniman juga harus diperhitungkan karena pro kontranya sangat tinggi sekali.

“Akal sehat kita sendiri sudah habis untuk memberantas itu. Semuanya prihatin,” katanya.

Langkah memasukkan joged jaruh ke UU ITE dan penegakan hukum memang belum dilakukan.

Perlu dilakukan kajian terlebih dahulu ini dan diakui Prof Arya ini sangat tidak mudah karena itu memerlukan pemikiran dari berbagai segi.

Berbagai hal yang turut dihitung yakni seperti apa potensi pro dan kontranya seperti apa.

Bahkan yang menyukai joged jaruh jumlahnya cukup banyak ada yang membela karena joged jaruh dianggap akting tidak porno dan dianggap penghasilan daripada joget tersebut.

Prof Arya memberikan contoh seperti ada salah satu joged bumbung dari Tabanan yang diantarkan langsung oleh orangtuanya untuk melakukan joged dan dibayar Rp 2 juta per malam, bahkan orangtuanya sendiri memberikan izin bagaimana kita untuk mencegahnya di situ pro dan kontranya.

“Diskusi itu dulu dilakukan. Kita sedang diskusi masih mencari jalan dengan pakar-pakar hukum seperti apa bisa atau etis tidak terkait seniman juga dan membela ini kan kebanyakan seniman bahkan ada yang memohon kepada saya janganlah Pak Kadis keras-keras dengan seka joged kasihan mereka karena mencari penghidupan,” katanya.

Baca juga: Viral Bali: Pemuda di Buleleng Bawa Kabur Pacar di Bawah Umur & Update Pembacokan di Klungkung

Ngerebong di Kesiman, Jalan WR Supratman Depan Pura Ditutup

Pura Petilan Pengerebongan Kesiman Denpasar akan menggelar prosesi Ngerebong, Minggu (17/3). Prosesi ini digelar setiap enam bulan sekali tepatnya pada Minggu Pon Medangsia.

Sehari jelang Ngerebong dilakukan berbagai persiapan di areal pura, salah satunya pemasangan penjor besar.

Ada 32 penjor dari 32 sekaa teruna yang dipasang di areal pura. Penjor ini pun penuh hiasan, megah dan gagah.

Salah satu Sekaa Teruna tersebut yakni ST Taruna Jaya Banjar Kertawijaya. Ketua ST Taruna Jaya, Wayan Bonet Rahayu mengatakan untuk pembuatan penjor ini pihaknya melakukan persiapan selama 5 hari.

"Memang lama kami persiapkan utamanya dalam pembuatan payasan penjor ini," kata Wayan Bonet.

Dalam pembuatannya, dilakukan oleh 15 orang anggota Sekaa Teruna. Dan untuk pembuatan penjor ini, pihaknya menghabiskan Rp 7 juta.

Sementara itu, Bendesa Adat Kesiman, Jero Mangku Ketut Wisna mengatakan pemasangan penjor dilakukan mulai pukul 14.00 hingga pukul 22.00 Wita.

Selain pemasangan penjor, juga dilakukan persiapan di pura seperti pemasangan hiasan.

Untuk persembahyangan esok, pihaknya memprediksi 10 ribu lebih pamedek yang akan hadir.

"Itu baru yang di wilayah Kesiman, belum lagi dari luar. Karena ada pamedek dari Pemogan, Sanur dan beberapa desa lainnya," katanya.

Di mana untuk persembahyangan tersebut sudah bisa dilakukan mulai pukul 08.00 Wita.

Sementara itu, pukul 10.00 Wita, Ida Bhatara akan mulai ngelunganin atau hadir ke pura yang sudah diatur untuk Kesiman Petilan, Kesiman Kertalangu maupun Kelurahan Kesiman. Sedangkan untuk puncak upacara Ngerebong dimulai pada pukul 15.00 Wita.

Terkait dengan Ngerebong ini, Jalan WR Supratman yang berada di depan pura akan mulai ditutup pada pukul 10.00 hingga 18.00 Wita.

"Kami mohon permaklumannya kepada masyarakat. Dan Pecalang kami juga sudah membuatkan rekayasa dengan mencarikan jalur alternatif," katanya. (tribun bali/sar/sup)

>>> Baca berita terkait <<<

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved