Berita Denpasar
Patung Tonggak Sejarah Pura Dalem Pengembak Sanur Dipelaspas, Kisahkan Perjalanan Mistis
Patung tersebut mengisahkan tentang awal mula berdirinya Pura Dalem Pengembak. Keberadaan pura ini sudah ada sejak tahun 1820.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di depan kawasan Pura Dalem Pengembak, Desa Sanur Kauh, Denpasar, Bali, kini telah dibangun patung bersejarah.
Patung ini dipelaspas pada Minggu, 17 Maret 2024.
Patung yang menampilkan 4 objek utama, yakni seorang tua, seorang dewi, seekor sapi dan gagak putih tampak berdiri megah dan indah di depan Pura Dalem Pengembak, yang lokasinya tak jauh dari Pantai Mertasari, Sanur.
Suara mantram dan genta Ida Pedanda Gede Putra dari Griya Beluangan, Delod Pasar, Sanur, terdengar syahdu di tengah prosesi melaspas patung tersebut, Minggu pagi.
Baca juga: Jaba Pura Ditutup Tembok, Pengempon Pura Dalam Bingin Nambe Denpasar Harapkan Mediasi
Sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat turut menghadiri upacara pamelaspasan.
Di antaranya Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara, Wakil Ketua DPRD Denpasar, Wayan Mariyana Wandira, Bendesa Adat Intaran, A.A.Alit Kencana, serta tokoh masyarakat di Desa Adat Intaran.
Patung tersebut mengisahkan tentang awal mula berdirinya Pura Dalem Pengembak. Keberadaan pura ini sudah ada sejak tahun 1820.
Pembangunan patung ini sebagai pengingat kepada pamedek terkait dengan asal-usul Pura Dalem Pengembak.
Jro Mangku Dalem Pengembak, I Made Ranten, mengatakan patung ini merupakan upaya untuk memberikan pemahaman terhadap sejarah berdirinya pura ini.
Ia pun mengisahkan bagaimana awal mula pura ini berdiri hingga dibuatnya patung ini.
Adalah seorang pengangon sapi dan nelayan, I Wayan Netep, yang merupakan kakek dari Jro Mangku Ranten dalam kesehariannya selalu mengembalakan sapi di areal pura saat ini.
Selain itu, di sela-sela mengembalakan sapinya, ia juga turun ke laut untuk mencari kepiting bakau untuk keperluan keluarganya.
Di waktu senggang, I Wayan Netep melihat batang pohon kelapa. Kemudian ia pahat dengan sebilah pisau besar.
“Tanpa disadari, patung itu menyerupai seorang wanita cantik dan anehnya bisa tersenyum. Karena melihat hal itu, kakek saya pingsan,” tuturnya.
Saat pingsan tersebut, Wayan Netep diajak jalan-jalan oleh penguasa alam gaib di wilayah itu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.