Human Interest Story

UNIK, Sudiarmini Perempuan Asal Desa Angkah Tabanan Berhasil Olah Limbah Batok Kelapa Jadi Bra

UNIK, Sudiarmini Perempuan Asal Desa Angkah Tabanan Berhasil Olah Limbah Batok Kelapa Jadi Bra

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Fenty Lilian Ariani
Istimewa
Kerajinan bra batok kelapa Ni Wayan Sudiarmini. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Ni Wayan Sudiarmini berhasil mengolah limbah batok kelapa. Dia jadikan sebuah bra atau pakaian dalam wanita.

Produknya pun diminati hingga mancanegara. Ia ekspor ke Jepang.

Perempuan asal Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan itu cukup kreatif dalam memanfaatkan limbah di sekitaran rumahnya.

Owner Kau Bali, Ni Wayan Sudiarmini menuturkan, bahwa awal mulanya ia tidak membuat batok kelapa. Namun, produk dari bahan yang sama untuk dijadikan alat makan.

Dan itu sukses di pasaran. Diekspor hingga ke perusahaan Herman, Perancis dan Jepang.

Perempuan asal Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan itu cukup kreatif
Perempuan asal Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan itu cukup kreatif dalam memanfaatkan limbah di sekitaran rumahnya


Usai mendulang sukses tersebut. Tidak lantas membuatnya berhenti. Ia pun menjadikan batok kelapa menjadi pakaian dalam wanita.

Ide kreatifnya muncul pada 2020 lalu. Dimana dirinya meluhat bentuk batok kelapa yang bulat.

Dan tercetus di pikirannya bahwa itu bisa dijadikan sebuah bra.

"Awalnya karena ide sendiri melihat bentuk batok kepala yang bulat. Ternyata ide saya itu diminati oleh tamu Jepang yang datang," ucapnya.

Awal pembuatan, sambungnya, dirinya bisa membuat atau melayani permintaan hingga 500 set per bulan.

Baca juga: Sempat Bersitegang Dengan Petugas Avsec, Pengemudi Dibawa ke Polres dan Minta Maaf

Kemudian, saat ini dengan semakin dikenalnya produknya. Maka bisa mencapai hingga 1000 pasang per bulan.

"Kebanyakan digunakan untuk berenang. Tapi di sana (Jepang) bra ini juga dipakai saat musim panas atau hawaian contest," jelasnya.

Tidak hanya bra, ia menyebut, selain produk bra batok kelapa. Adapun juga mangkok, 

serobong lilin dan home decor. Yang saat ini juga menembus pasar ekspor. Dan seluruhnya itu, ia kerjakan sendiri di Banjar Pengasahan, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, kabupaten Tabanan.

“Saya sudah layani ekspor sejak 2020 itu. 

Pertama permintaan 2000 set alat makan ke perusahaan Jerman yang ada di Bali. Dari sana terus berkembang sampai ke Prancis dan Jepang," bebernya.

Menurut dia, pengolahan batok kelapa itu dirinya lakukan sejak 2017.

Dimana saat itu, dirinya ada pendampingan di Desa Selemadeg Barat. Dirinya melihat begitu banyak limbah batok kelapa yang dibuang begitu saja.

Namun, saat 2017 dirinya tidak terlalu serius dalam menekuni. Titik dimana semua serius ialah di 2019.

Baca juga: Kinerja KPPS jadi Bahasan Rapat Evaluasi KPU Provinsi bersama KPU Kabupaten/Kota se-Bali

Dimana ia mengolah batok kelapa menjadi kerajinan seperti tas, alat makan, home decor hingga pernak-pernik gantungan kunci dan anting. Sampai sekarang sudah memiliki puluhan jenis produk berbahan dasar batok kelapa.

“Semua saya pelajari otodidak. Baik dari sosial media dan beberapa kali mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh dinas dan kementrian,” pungkasnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved