Berita Gianyar

MOTIVASI 3 Sekawan Nekat Jalan Kaki Dari Gianyar ke Besakih, Simak Alasannya!

Namun hal lain yang juga cukup menarik perhatian, adalah keluhan pamedek ihwal berjalan kaki dari parkir hingga ke area Pura Besakih.

|
WEG/TRIBUN BALI
Namun hal lain yang juga cukup menarik perhatian, adalah keluhan pamedek ihwal berjalan kaki dari parkir hingga ke area Pura Besakih. Pamedek yang mengaku lelah itu, membuat banyak netizen geleng kepala.  Termasuk tiga sekawan dari Kemenuh, Sukawati, Bali, juga geram dengan pamedek yang mengeluh ini. Mereka ialah, Fernanda Agastya asal Banjar Peninjoan, Desa Kemenuh, Sukawati. Serta dua kakak beradik, Made Parta dan Nyoman Kibul asal Banjar Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Sukawati. 

TRIBUN-BALI.COM - Serba-serbi piodalan Tawur Tabuh Gentuh, dan Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih cukup menarik perhatian tahun ini. 

Ada banyak kejadian unik, lucu, dan cukup membuat melongo, seperti harga makanan yang melambung. Hingga adanya pamedek yang memanjat tembok panyengker, untuk menghindari macet. 

Bendesa Adat Besakih pun mengimbau, semua pamedek agar taat dan ikut menjaga ketertiban selama karya berlangsung, sampai sineb tanggal 14 April 2024. 

Namun hal lain yang juga cukup menarik perhatian, adalah keluhan pamedek ihwal berjalan kaki dari parkir hingga ke area Pura Besakih. Pamedek yang mengaku lelah itu, membuat banyak netizen geleng kepala. 

Termasuk tiga sekawan dari Kemenuh, Sukawati, Bali, juga geram dengan pamedek yang mengeluh ini. Mereka ialah, Fernanda Agastya asal Banjar Peninjoan, Desa Kemenuh, Sukawati. Serta dua kakak beradik, Made Parta dan Nyoman Kibul asal Banjar Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Sukawati.

Baca juga: RUTE Perjalanan Tiga Sekawan Saat Jalan Kaku ke Pura Besakih, Ternyata Seorang Pendaki Gunung Andal

Baca juga: PENTING! Pamedek Menuju Besakih Jangan Lewat Desa Adat Nongan, Ada Upacara Ida Bhatara Mesucian 

Baca juga: VIRAL! Warga Gianyar Jalan Kaki Maturan ke Pura Besakih, Netizen Sebut Seperti Zaman Leluhur 

Kolase Foto: Tiga sekawan dari Gianyar berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali.
Kolase Foto: Tiga sekawan dari Gianyar berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali. (ISTIMEWA)

Tiga sekawan ini pun, nekat ke Pura Besakih dengan jalan kaki, bahkan mereka menempuh jarak 42 Km dari Gianyar sampai ke Karangasem

Motivasi mereka jalan kaki ke Pura Besakih, karena geram mendengar keluhan pamedek/umat tentang jarak dari parkiran kendaraan menuju ke area pura yang dikatakan sangat jauh.

Padahal menurut Yande, selama tujuannya adalah untuk menghaturkan bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, tidak ada kata jauh ataupun berat. Semua kembali ke niat. 

"Bagi kami, niat yang tulus pasti mencapai tujuan yang diinginkan. Kami juga termotivasi ketika melihat beberapa keluhan umat saat nangkil ke Pura Besakih. Terutama ketika jalan kaki dari area parkir menuju Pura Besakih. Sebenarnya itu dekat, jalan kaki tidak sampai 5 menit," tegas Yande.

Yande menjelaskan, jalan kaki bukan hanya bermanfaat membuat fisik menjadi sehat. Namun juga berkaitan dengan kejernihan pikiran, saat akan bersembahyang.

Sebab, saat berjalan kaki menuju pura, pikiran akan dipusatkan pada aktivitas fisik, pikiran yang fokus tersebut juga membuat kekalutan akan sirna, sehingga saat akan bersembahyang, pikiran menjadi jernih, terbebas dari pemikiran negatif.

Tiga sekawan dari Gianyar berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali  - Kisah 3 Warga Gianyar Jalan Kaki Maturan ke Pura Besakih Bali, Tempuh Jarak 42 KM
Tiga sekawan dari Gianyar berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali - Kisah 3 Warga Gianyar Jalan Kaki Maturan ke Pura Besakih Bali, Tempuh Jarak 42 KM (WEG/TRIBUN BALI)

Mereka berangkat dari pukul 05.00 WITA dini hari, pada Jumat 5 April 2024. Saat sebagian besar masyarakat Bali masih tertidur pulas, tiga sekawan asal Kabupaten Gianyar itu, sudah memulai perjalanannya untuk bersembahyang ke Pura Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali.

Pada kesunyian malam, mereka menapaki langkah demi langkah, dari Banjar Tengkulak Kaja, memecah kabut tipis di Jalan Raya Goa Gadjah, serta melewati semak belukar untuk mempersingkat jarak tempuh.

Di mana dalam menuju Pura Agung Besakih yang berjarak sekitar 42 Km, dari awal mereka berjalan kaki, tiga sekawan ini tidak mengikuti jalan utama. Melainkan memilih jalan shortcut, yang tentunya harus melewati tebing, semak-semak, sawah, dan kontur alami alam lainnya.

Di tengah perjalanan, langkah mereka harus terhenti sekian menit, karena harus memakai jas hujan, lantaran saat itu guyuran hujan menyertai perjalanan tiga sekawan ini. Meski demikian, hujan tak mematahkan sedikitpun semangat mereka untuk menghaturkan bakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Perjalanan panjang disertai hujan dan sengatan sinar matahari terbayar, saat jam tangan menunjukkan pukul 16.00 WITA. Sebab candi bentar yang gagah dengan latar belakang Gunung Agung nan indah, terpampang nyata di hadapan mereka. Mereka telah tiba di Pura Agung Besakih.

Fernanda Agastya, yang akrab disapa Yande, pada Rabu 10 April 2024 mengatakan, ia dan dua kawannya tersebut bersyukur bisa sampai di Pura Besakih dengan berjalan kaki. Terkait jarak tempuh yang jauh, Yende mengatakan hal tersebut tidak berarti bagi mereka bertiga.

Sebab, mereka telah terbiasa melewati medan-medan berat saat mendaki gunung. Diketahui, Yande yang berprofesi sebagai teknisi ini, telah mencatatkan pendakian gunung sebanyak 78 kali.

Kolase Foto: Tiga sekawan dari Gianyar berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali.
Kolase Foto: Tiga sekawan dari Gianyar berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali. (ISTIMEWA)

 

Dalam menempuh perjalannya ke Pura Besakih, Yande dan dua kawannya ini tidak memiliki persiapan khusus. "Persiapan khusus tidak ada, cuma bawa pakaian sembahyang dan banten. Kendala cuma kadang sinyal GPS hilang saat kita memilih lewat shortcut. Tapi astungkara ketemu jalan raya," kata Yande.

Tiga sekawan ini berharap, langkah mereka bisa memotivasi umat. Mereka berharap tidak ada lagi umat yang mengeluh hanya karena berjalan kaki dari parkiran menuju tempat persembahyangan. "Mudah-mudahan memotivasi masyarakat lainnya," ujarnya. 

Berdasarkan data yang diterima Tribun Bali, Rabu 10 April 2034 dari salah satu pejalan kaki, Fernanda Agastya alias Yande, diketahui rute yang mereka tempuh bukan lah rute biasa, bahkan diduga ini merupakan rute para leluhur zaman dahulu saat akan bersembahyang menuju ke Pura Besakih.

Disebutkan, perjalanan ini dimulai dari pukul 05.00 WITA, dengan lokasi awal perjalanan di Desa Tengkulak, Desa Kemenuh, Sukawati. Berjalan lurus ke utara, lalu mereka melangkah ke arah timur, tepatnya di Jalan Raya Goa Gajah, Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar.

Dari sini, mereka terus menuju ke arah timur melewati Jalan Raya Semebaung, Bukit Jati hingga Desa Tulikup yang merupakan perbatasan antara Kabupaten Gianyar dan Klungkung.

Di wilayah Klungkung, tiga sekawan ini mengambil jalur ke Pasar Tradisional Tusan, melintasi sejumlah desa, seperti Desa Pinda hingga di Desa Aan.

Dari Desa Aan, tiga sekawan ini pun menyeberangi sungai dan tebing untuk menuju ke Desa Silisihan. Dari sini, mereka pun terus berjalan kaki hingga melewati kawasan Bukit Jambul, Desa Pesaban, Nongan, Rendang dan tiba di Pura Besakih. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved