Jadwal Odalan
Jadwal Odalan di Pura Besakih Minggu 14 April 2024, Hari Ini Digelar Panyineban
Karya Bhatara Turun Kabeh di Besakih berakhir atau mesineb hari ini Minggu 14 April 2024.
Jadwal Odalan di Pura Besakih Minggu 14 April 2024, Hari Ini Digelar Panyineban
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Karya Bhatara Turun Kabeh di Besakih berakhir atau mesineb hari ini Minggu 14 April 2024.
Hal ini sesuai dengan Surat Edaran (SE) Pj Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya terkait Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih.
Karya Bhatara Turun Kabeh ini dilaksanakan setiap tahun sekali, bertepatan dengan Purnama Sasih Kadasa.
Pada tahun 2024, Puncak Karya Ida Bhatara Turun Kabeh dilaksanakan pada Minggu 24 Maret 2024, Nyejer selama 21 sampai dengan Minggu 14 April 2024 mendatang.
Dalam surat edaran gubernur disebutkan rangkaian Karya Ida Bhatara Turun Kabeh 2024 di Besakih.
Baca juga: MOTIVASI 3 Sekawan Nekat Jalan Kaki Dari Gianyar ke Besakih, Simak Alasannya!
21 Maret 2024: Nedunan Ida Bhatara
22 Maret 2024: Melasti ke Tegal Suci
23 Maret 2024: Mapepada lan Memben
24 Maret 2024: Puncak Karya Ida Bhatara Turun Kabeh
25 Maret-14 April 2024: Penganyar
14 April 2024: Penyineban.
Baca juga: Ada Upacara Ida Bhatara Mesucian di Desa Nongan, Warga Dimbau Cari Jalur Alternatif ke Besakih
Pamedek Jalan Kaki ke Besakih
Jam tangan menunjukkan pukul 05.00 Wita pada Jumat 5 April 2024.
Saat sebagian besar masyarakat Bali masih tertidur pulas, tiga sekawan asal Kabupaten Gianyar itu sudah memulai perjalanannya untuk bersembahyang ke Pura Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali.
Mereka ialah, Fernanda Agastya asal Banjar Peninjoan, Desa Kemenuh, Sukawati, serta dua kakak beradik, Made Parta dan Nyoman Kibul asal Banjar Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Sukawati.
Baca juga: SOSOK Tiga Sekawan Jalan Kaki Maturan ke Pura Besakih, Salah Satunya Sudah 78 Kali Mendaki Gunung
Pada kesunyian malam, mereka menapaki langkah demi langkah kakinya, dari Banjar Tengkulak Kaja, memecah kabut tipis di Jalan Raya Goa Gadjah, serta melewati semak belukar untuk mempersingkat jarak tempuh.
Di mana dalam menuju Pura Agung Besakih yang berjarak sekitar 42 kilometer dari awal mereka berjalan kaki, tiga sekawan ini tidak mengikuti jalan utama.
Melainkan memilih jalan shortcut, yang tentunya harus melewati tebing, semak-semak, sawah dan kontur alami alam.
Di tengah perjalanan, langkah mereka harus terhenti sekian menit, karena harus memakai jas hujan, lantaran saat itu guyuran hujan menyertai perjalanan tiga sekawan ini.
Meski demikian, hujan tak mematahkan sedikit pun semangat mereka untuk menghaturkan bhakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi.
Perjalanan panjang disertai hujan dan sengatan sinar matahari terbayar, saat jam tangan menunjukkan pukul 16.00 Wita.
Sebab candi bentar yang gagah dengan latar belakang Gunung Agung telah terpampang di hadapan mereka.
Mereka telah tiba di Pura Agung Besakih.
Fernanda Agastya, yang akrab disapa Yande, Rabu 10 April 2024 mengatakan, ia dan dua kawannya tersebut bersyukur bisa sampai di Pura Agung Besakih dengan berjalan kaki.
Terkait jarak tempuh yang jauh, Yende mengatakan hal tersebut tidak berarti bagi mereka bertiga.
Sebab, mereka telah terbiasa melewati medan-medan berat saat mendaki gunung.
Diketahui, Yande yang berprofesi sebagai tekni ini, telah mencatatkan pendakian gunung sebanyak 78 kali.
Adapun yang memotivasinya berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, karena kerap mendengar keluhan pemedek/umat tentang jarak dari parkiran kendaraan menuju pura dikatakan sangat jauh.
Menurut Yande, selama tujuannya adalah untuk menghaturkan bhakti pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, tidak ada kata jauh ataupun berat.
"Bagi kami, niat yang tulus pasti mencapai tujuan yang diinginkan. Kami juga termotivasi ketika melihat beberapa keluhan umat saat nangkil ke Besakih, terutama ketika jalan kaki dari area parkir menuju Pura Agung Besakih. Sebenarnya itu dekat, jalan kaki tidak sampai 5 menit," ujar Yande.
Yande menjelaskan, jalan kaki bukan hanya membuat fisik menjadi sehat. Namun juga berkaitan dengan kejernihan pikiran saat akan bersembahyang.
Sebab, saat berjalan kaki menuju pura, pikiran akan dipusatkan pada aktivitas fisik, pikiran yang fokus tersebut juga membuat kekalutan akan sirna, sehingga saat akan bersembahyang, pikiran akan menjadi jernih, terbebas dari pemikiran negatif.
Dalam menempuh perjalannya ke Pura Agung Besakih, Yande dan dua kawannya ini tidak memiliki persiapan khusus.
"Persiapan khusus tidak ada, cuma bawa pakaian sembahyang dan banten. Kendala cuma kadang sinyal GPS hilang saat kita memilih lewat shortcut. Tapi astungkara ketemu jalan raya," kata Yande.
Tiga sekawan ini berharap, langkah mereka bisa memotivasi umat.
Mereka berharap tidak ada lagi umat yang mengeluh hanya karena berjalan kaki dari parkiran menuju tempat persembahyangan.
"Mudah-mudahan memotivasi masyarakat lainnya," ujarnya. (*)
Berita lainnya di Pura Besakih
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.