Pelebon Tjokorda Bagus Santaka di Ubud
Palebon Puri Agung Ubud Pakai Bade Dililit Naga Banda, Ini Sosok Arsiteknya
Terkait bade, Prof Tjokorda Raka mengatakan dibuat setinggi sekitar 22 sampai 25 meter, dengan berat lima ton.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Inilah sosok arsitek bade yang menggarap Bade tumpang sia atau tingkat sembilan yang digunakan pada Palebon Puri Agung Ubud, Kabupaten Gianyar.
Bade setinggi 22-25 meter ini sangat megah karena dililit naga banda.
Adapun upacara palebon Puri Agung Ubud ini digelar pada 14 April 2024 hari ini.
Layon atau keluarga puri yang meninggal adalah Tjokorda Bagus Santaka dari Puri Saren Kauh yang masih bagian dari Puri Agung Ubud.
Baca juga: Pelebon Tjokorda Santaka di Ubud Bali, Tempat Parkir Untuk Wisatawan Telah Disiapkan
Dalam upacara pitra yadnya ini, mendiang akan diantar ke Setra Dalem Puri yang berlokasi di Banjar Tebesaya, Desa Peliatan, Ubud, Gianyar menggunakan bade tumpang sia atau tingkat sembilan, juga terdapat lembu cemeng, dan naga banda.
Sosok penggarap sekaligus arsitek bade megah ini adalah Guru Besar Universitas Udayana (Unud), Profesor Dr Tjokorda Gede Raka Sukawati atau karib disapa Cok De.
Beliau merupakan adik mantan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati.
Sosok Prof Tjokorda Raka memang telah terkenal dalam kesenian pembuatan bade, barong dan seni rupa tradisional Bali lainnya.
Prof Tjokorda Raka mengatakan, pembuatan bade, lembu dan naga banda dilakukan di tiga tempat.
Penggarapan bade di catuspata Ubud, pembuatan lembu cemeng di merajan, dan naga banda di Puri Campuhan.
Terkait bade, Prof Tjokorda Raka mengatakan dibuat setinggi sekitar 22 sampai 25 meter, dengan berat lima ton.
Sementara untuk naga banda melilit bade.
“Tinggi bade diperkirakan mencapai 22 sampai 25 meter, dengan berat sekitar 5 ton. Bade dililit naga banda saat berangkat menuju Setra Dalam Puri," ujarnya.
Ekonom Unud tersebut mengatakan, membuat bade sudah biasa dilakukannya setiap ada upacara palebon di Puri Agung Ubud.
Dalam pembuatannya, ia dibantu oleh sejumlah undagi (seniman).
"Dalam proses pembuatan, kami tidak bisa sendiri. Tapi dibantu oleh undagi-undagi yang sudah sangat berpengalaman menggarap bade ukuran ageng (besar) ketika ada upacara di keluarga kami," jelasnya.
Prof Tjokorda Raka mengatakan, Puri Agung Ubud dibantu oleh ribuan krama dari berbagai desa adat.
“Arak-arakan akan berjalan kurang lebih satu kilometer dari catuspata Ubud hingga setra,” katanya.
Kumpulan Artikel Gianyar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.