Berita Jembrana

Angkutan Siswa Gratis Trans Bahagia Masih Temui Kendala, Lokasi Penjemputan Terlalu Ke Utara

Angkutan Siswa Gratis Trans Bahagia Masih Temui Kendala Siswa Terdaftar Tak Naik Angkutan Hingga Lokasi Penjemputan Terlalu Ke Utara

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Fenty Lilian Ariani
Istimewa
Suasana pelayanan angkutan siswa gratis Trans Bahagia di Jembrana yang disebutkan masih menemui kendala. 

NEGARA, TRIBUN-BALI.COM - Program angkutan siswa gratis untuk jenjang SMPN di Jembrana rencananya dilaksanakan secara serentak usai libur Lebaran 2024.

Sebab, saat ini seluruh titik kumpul dan jumlah penerima manfaat sudah fix.

Namun begitu, dalam pelaksanaan ujicoba di lima sekolah sejak Maret lalu pemerintah menemui sejumlah kendala.

Seperti ada siswa yang terdaftar justru masih langsung ke sekolah dengan kendaraan pribadi. 

Menurut Kabid Perhubungan, Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan (PKP) Jembrana, I Gede Ariadi, sejak Maret 2024 lalu sudah ada lima sekolah yang menikmati angkutan siswa gratis ini.

Lima sekolah tersebut menjadi pilihan ujicoba program angkutan siswa gratis yang dinamakan "Trans Bahagia".

Namun begitu, sejak dilakukan ujicoba layanan, memang ditemukan sejumlah kendala yang perlu dilakukan evaluasi. Seperti titik kumpul yang dianggap masih belum maksimal.

Namun hal itu terkendala armada yang tidak bisa dipaksakan untuk menjemput siswa yang lokasi rumahnya terlalu jauh ke utara. 

Meskipun sejatinya pihak pemerintah sudah memberikan kebebasan komunikasi antara siswa dan sopir untuk menentukan titik kumpul.

Baca juga: Putu Suarta Kembali Nahkodai PHDI Klungkung, Upacara Yadnya Masal Jadi Program Prioritas

Mengingat hal tersebut tidak boleh terlalu diintervensi karena harus sesuai kesepakatan antara pemberi jasa (sopir) dan penerima jasa (siswa). 

"Artinya ada yang lokasinya terlalu jauh ke utara, sehingga kita perlu evaluasi ke bawah. Agar nanti sama-sama berjalan sehingga kita berikan kebebasan komunikasi antara sopir dengan siswa. Yang terpenting, siswa tidak terlambat ke sekolah dan armada juga tidak lama-lama menunggu di titik kumpul tersebut. Jika terlambat ke sekolah, nantinya siswa kan juga tidak mau naik angkutan," ungkap Ariadi saat dikonfirmasi.

Kemudian, kata dia, masih ada sejumlah siswa yang terdaftar dalam program ini justru menggunakan kendaraan pribadi ke sekolahnya.

Sehingga, hal ini menjadi PR tersendiri untuk bagaimana merangsang siswa tersebut menjadi memanfaatkan layanan angkutan gratis pemerintah nantinya.

Hal ini akan dilakukan secara bersama-sama dengan instansi terkait seperti Dinas Pendidikan serta pihak sekolah. 

"Jadi mereka yang sudah terdaftar agar tidak langsung ke sekolah. Siswanya yang memiliki KIP harus dirangsang agar menggunakan angkutan siswa. Jadi ini tugas kita bersama-sama," ungkapnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved