Berita Bali

BULE Australia Terjangkit DBD Saat Berada di Bali, Menkes Sebut Harusnya Bersyukur, Ini Alasannya!

Dan DBD itu rendah (fatality rate-nya) karena Indonesia sudah sering kena (sering terjadi setiap tahun) selain itu penyakit ini bisa diobati.

Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Menkes Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan usai membuka dan menghadiri kegiatan Arbovirus Summit di UID Campuss 

TRIBUN-BALI.COM  - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, angkat bicara menanggapi adanya seorang wisatawan asing asal Australia yang terjangkit DBD saat berlibur di Bali.

"Sebenarnya DBD itu fatality ratenya (tingkat kematian) rendah. Jadi, kalau dibandingkan misalnya dengan TBC yang meninggal di Indonesia diatas 100 ribu. DBD yang meninggal 400-an," ujar Menkes Budi seusai membuka dan menghadiri kegiatan, Arbovirus Summit di UID Campuss, Kura-Kura Bali, Senin (23/4).

Apakah vaksin dengue (Dengvaxia) dibutuhkan saat ini di Indonesia untuk menangani tingginya kasus DBD yang sekarang terjadi? Menkes Budi menyampaikan mengenai vaksin kita prioritaskan vaksin itu kasih ke TBC dulu dibandingkan DBD.

Dan DBD itu rendah (fatality rate-nya) karena Indonesia sudah sering kena (sering terjadi setiap tahun) selain itu penyakit ini bisa diobati dan tinggi sukses ratenya (tingkat kesembuhannya).

Baca juga: WNA China Tewas Jatuh ke Jurang Kawah Ijen Saat Asyik Foto, Roknya Tersangkut, Simak Kronologinya!

Baca juga: BOCAH Usia 5 Tahun Asal Klungkung Jadi Korban, DBD di Buleleng Capai 515 Kasus

Ilustrasi - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, angkat bicara menanggapi adanya seorang wisatawan asing asal Australia yang terjangkit DBD saat berlibur di Bali.
Ilustrasi - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, angkat bicara menanggapi adanya seorang wisatawan asing asal Australia yang terjangkit DBD saat berlibur di Bali. (Tribun Bali/Dwi S)

"Saya malah bilang kalau orang Australia kena DBD di Indonesia mungkin dia harusnya bersyukur karena rumah sakit kita lebih ahli menangani DBD," ungkap Menkes Budi.

Budi bercerita di depan (sambutan dalam pembukaan Absorvirus Summit), ada Dirutnya Perusahaan TBK terbesar di Indonesia kena DBD dikirim ke Singapura malah meninggal karena di sana tidak ada DBD.

"Dokternya tidak tahu gimana nge-treat (cara penanganan) DBD. Treat DBD itu ada art-nya (seni penanganannya) juga, kapan trombositnya turun, mesti diapain, itu kan ada art-nya.

Dan itu tergantung pengalaman. Indonesia karena banyak (kasus DBD) jadi pengaruhnya tinggi. I don't think di Australia tidak sebanyak kita, paling jago Brazil karena Brazil kan tiga juta (kasus DBD penanganannya sukses). Kita ratusan ribu," ucapnya.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, I Dewa Made Indra menyampaikan jangan terlalu mendramatisir kasus tersebut.

"Saya pikir kita sama-sama jangan terlalu mendramatisir ketika dengue ini mengenai warga negara asing. Kan warga negara asing dengan warga Bali dan warga negara yang ada di Indonesia sama saja," tegasnya.

Made Indra menambahkan dengue atau DBD dapat mengenai siapa saja, yang terpenting adalah begitu terinfeksi dengue ini cepat responnya.

Kenapa cepat karena supaya kesehatannya segera dapat dipulihkan dan tidak lagi melakukan penularan atau infeksi lebih luas.

"Jadi jangan didramatisir karena sekali lagi dengue ini bisa mengenai siapa saja. Kewaspadaan itu yang paling penting. Lingkungan kita jaga," ucap Made Indra.

Menurutnya, karena berkaitan dengan orang asing tentu teman-teman kesehatan akan melakukan quick respon atau respon cepat supaya ini tidak menjadi isu yang mengganggu pariwisata kita.

Mengenai rekomendasi vaksin dengue bagi wisman yang akan ke Bali menurut Sekda Made Indra belum diperlukan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved