Terseret Arus di Pantai Saba

Keluarga Kadek Aditya Menginap di Pantai Saba Gianyar Bali, Korban Sering ke TKP Main Layangan

Puluhan orang keluarga Kadek Aditya korban terseret arus menginap di Pantai Saba Gianyar Bali, diketahui korban sering ke TKP untuk bermain layangan.

Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Suasana di Pantai Saba Gianyar Bali usai 3 orang warga terseret arus. Sekitar 40 orang keluarga Kadek Aditya datang langsung dari kampungnya di Banjar/Desa Bonyoh, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - I Nengah Sekep bersama istrinya, tampak lemas saat berteduh di kolong mobil milik Tim SAR Gabungan, di Pantai Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali, Senin 6 Mei 2024.

Beberapa kali, mereka diberikan kata-kata penyemangat oleh keluarganya yang lain.

Sekep merupakan orangtua Kadek Aditya Putra (15), korban yang tergulung ombak di Pantai Saba yang belum ditemukan.

Berdasarkan data dihimpun Tribun Bali, dalam menantikan pencarian Aditya, ada sekitar 40 orang keluarga Aditya yang datang langsung dari kampungnya di Banjar/Desa Bonyoh, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali.

 

Mereka menginap di areal pantai sejak Minggu 5 Mei 2024 malam.

Mereka tidur dengan peralatan seadanya.

Bahkan ada yang rela tidur di atas pasir pantai.

Beberapa dari mereka tampak lelah, dengan mata memerah.

Meski demikian, mereka tetap tidak mau beranjak dari lokasi, berharap Aditya bisa segera ditemukan dan dibawa pulang.

Baca juga: BREAKINGNEWS! 1 Korban Tergulung Ombak di Gianyar Bali Ditemukan, I Made Marik Tak Bernyawa

Nengah Sekep menjelaskan bahwa sebelum kejadian, anaknya yang masih duduk di bangku kelas III SMPN 3 Kintamani Bayung Gede itu, sudah biasa ke Pantai Saba

"Sudah sering ke sini, tujuannya untuk main layangan. Anak saya tidak bisa berenang," ujar Sekep yang berusaha menahan tangis.

Paman korban, I Nyoman Duked menambahkan, keponakannya datang ke Pantai Saba bersama delapan orang termasuk dua korban lainnya.

Mereka sama-sama berasal dari Banjar Bonyoh.

"Anak-anak kami memang sering ke Pantai Saba main layangan, karena di Kintamani tidak ada lapangan luas, di sana banyak pohon-pohonnya besar, sehingga tidak leluasa main layangan di sana," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved