World Water Forum 2024

MALUKAT Akan Jadi Agenda Bagi Delegasi WWF,  Sekolah Daring Saat WWF Masih Belum Jelas!

Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun mengatakan, tidak ada komersialisasi dalam prosesi malukat ini. Namun akan ada dampak setelahnya.

ISTIMEWA
MALUKAT - Wisatawan saat melaksanakan ritual malukat di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, beberapa waktu lalu. Selain kunjungi tempat wisata, delegasi WWF juga akan ditawari mengikuti tradisi malukat di Bali.  

TRIBUN-BALI.COM  - Pemerintah Provinsi Bali berencana akan melakukan pembatasan kegiatan sekolah saat World Water Forum (WWF) 2024. Pembatasan belajar hanya diberlakukan di wilayah Kuta Selatan, Badung.

Namun rencana terkait pembatasan belajar di sekolah itu masih gabeng (belum pasti). Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Badung, I Gusti Made Dwipayana mengaku belum mendapatkan arahan dari Disdikpora Bali.

Ia pun belum belum mengetahui ada rencana siswa di Kuta Selatan belajar di rumah selama WWF berlangsung. "Belum ada (arahan, red), kami menunggu petunjuk provinsi dulu," demikian kata Dwipayana, Kamis (9/5).

Karena belum ada arahan, Dwipayana pun belum bisa memastikan terkait siswa belajar di rumah atau tetap di sekolah."Kami belum bisa memastikan apa akan dilakukan belajar di rumah atau tidak," jelasnya.

Kata Dwipayana, WWF akan berlangsung beberapa hari kedepan tepatnya pada 18-25 Mei 2024. Sebagian besar kegiatannya dilaksanakan di Sanur, Denpasar. "Kalau tidak salah kegiatan lebih banyak di Sanur," kata dia.

Sebagai informasi, di Kuta Selatan, Badung ada 56 Sekolah Dasar (SD), 17 Sekolah Menengah Pertama (SMP), delapan Sekolah Menengah Atas (SMA), delapan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan dua Sekolah Luar Biasa (SLB).

Baca juga: SAMPAH Dari Denpasar Akan Dibuang ke Tabanan! Mulai 17 Mei 2024 Guna Dukung WWF 2024

Baca juga: 440 Unit Mobil Listrik Dikirim Melalui Pelabuhan Benoa untuk Dukung WWF 2024 di Bali

Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra sampaikan kesiapan Bali sebagai Tuan Rumah World Water Forum (WWF) ke-10.
Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra sampaikan kesiapan Bali sebagai Tuan Rumah World Water Forum (WWF) ke-10. (Istimewa)

Sebelumnya pada kegiatan KTT G20, sejumlah sekolah tersebut juga melakukan kegiatan belajar dari rumah. Proses belajar mengajar pun dilakukan secara daring. Ini agar tidak mengganggu kegiatan delegasi.

Field Trip

Sementara itu, selain kunjungi tempat wisata, delegasi WWF juga akan ditawari mengikuti tradisi malukat di Bali.

Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun mengatakan, delegasi WWF bakal mengikuti kegiatan di Kura-Kura Island di Serangan.

“Juga disiapkan paket field trip (studi lapangan) Nusa Dua-Jatiluwih, dan Nusa Dua-Museum Subak. Ini masih tentatif,” ungkapnya.

Tjok Bagus juga mengungkapkan bahwa Menparekraf menawarkan program healing atau malukat bagi para delegasi WWF.

“Untuk field trip Nusa Dua Jatiluwih, ada tempat melukat di Pancoran Solas, Tirta Taman Mumbul di Abiansemal, dan kedua di Pura Kedatuan Raksa Sidhi di Desa Soka, dekat Jatiluwih.

"Sementara itu, untuk field trip Nusa Dua-Museum Subak, ada melukat di Pura Pengembak, Sanur, dan yang kedua di Padang Galak Pura Windhu Segara. Itu baru opsional,” demikian Tjok Bagus menjelaskan.

Ia menjelaskan, malukat adalah kearifan lokal masyarakat Bali. Malukat merupakan salah satu cara masyarakat Bali melaksanakan konsep Tri Hita Karana. Maknanya pembersihan sekala dan niskala (jasmani dan rohani) manusia sarana air.

“Melestarikan sumber-sumber mata air dengan memanfaatkan mata air sebagai bagian dari ritual, merupakan bagian dari cara masyarakat Bali menjaga hubungan baik dengan alam semesta,” ujar Tjok Bagus. (gus/sar)

Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun mengatakan, tidak ada komersialisasi dalam prosesi malukat ini. Namun akan ada dampak setelahnya.
Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun mengatakan, tidak ada komersialisasi dalam prosesi malukat ini. Namun akan ada dampak setelahnya. (Tribun Bali/Ni Luh Putu Wahyuni Sari)


Nanti Bisa Jadi Paket Wisata

Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun mengatakan, tidak ada komersialisasi dalam prosesi malukat ini. Namun akan ada dampak setelahnya.

“Jadi kalau prosesi melukat bisa menjadi paket wisata, maka ini akan memberi dampak yang sangat positif terhadap perekonomian masyarakat di sekitar tempat melukat khususnya dan masyarakat Bali umumnya,” ujarnya.

Ia katakan, melukat tidak jauh beda dengan yoga. Kedua kegiatan ini berasal dari keyakinan tertentu yaitu Hindu dan memiliki nilai sangat universal yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

“Kalau ditarik ke dunia kesehatan, melukat juga bisa masuk ke aktivitas wellness yaitu kebugaran yang memanfaatkan sarana air,” papar Tjok Bagus.

Kata dia, malukat sangat relevan dengan tema WWF yang akan banyak membicarakan masalah air.

“Oleh karena itu, wisata melukat juga sangat cocok ditawarkan kepada delegasi WWF agar mereka melihat secara nyata bagaimana masyarakat Bali menjaga dan melestarikan sumber-sumber mata air dengan kearifan lokal yang dimiliki,” pungkasnya. (gus/sar)

 

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved