Mahasiswa STIP Tewas
TERNYATA Tak Hanya Sekali, Putu Satria Kerap Curhat Dipukuli Seniornya, Sempat Tunjukkan Ulu Hati
Putu Satria bahkan curhat ke sang kekasih, bahwa ada saja saat di mana dirinya diambil oleh senior kemudian dijadikan samsak atau dipukuli.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Ternyata tak hanya sekali, mendiang Putu Satria menerima kekerasan fisik dari para seniornya di STIP Jakarta.
Putu Satria bahkan curhat ke sang kekasih, bahwa ada saja saat di mana dirinya diambil oleh senior kemudian dijadikan samsak atau dipukuli.
Ia bahkan sempat memperlihatkan luka lebam di ulu hatinya, yang dipukuli oleh sang senior. Alhasil pukulan kemarin yang bertubi-tubi membuat pemuda dari Klungkung ini, harus meninggalkan dunia selama-lamanya.
Baca juga: PELAKU Pembunuh Putu Satria Bertambah,Baliho Pelaku Dipajang di Setra Gunaksa,Dihancurkan & Dibakar!
Baca juga: LUKA di Jasad Putu Satria Tidak Wajar, Ibunda Minta Usut Tuntas, Tinggalkan Catatan Haru ke Adiknya
Baca juga: KRONOLOGI Tewasnya Mahasiswa STIP Asal Klungkung di Jakarta, Dokter Belum Lakukan Visum Pada Jasad

Suasana duka mengiringi upacara pengabenan Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) Jakarta yang meninggal dunia setelah dianiaya oleh seniornya.
Ada ribuan warga yang mengiringi jenazah Putu Satria, dari rumah duka di Banjar Bandung, Desa Gunaksa, hingga menuju ke Setra Desa Adat Gunaksa, Jumat (10/5/2024).
Tidak hanya keluarga, duka mendalam juga dirasakan rekan-rekan Putu Satria di Desa Gunaksa.
Seperti yang diungkapkan teman karib Putu Satria, Made Dedi Ari Ananda Putra (19). Ia mengaku sangat kaget, saat mendapat kabar Putu Satria meninggal dunia akibat kekerasan senior di STIP.
Terakhir Made Dedi bertemu dengan Putu Satria saat malam pengerupukan, atau sehari sebelum Hari Raya Nyepi.
"Saat menjelang Hari Raya Nyepi dia (Putu Satria) pulang. Sempat angkat ogoh-ogoh sama-sama," ungnap Made Dedi.
Menurut Made Dedi, teman satu tongkronganya itu tidak pernah sekalipun menceritakan kekerasan yang dialaminya selama menempuh pendidikan di STIP.
"Padahal pernah saya tanya, bagaimana sekolahnya di sana (STIP)? dia bilang aman gitu saja," ungkap Made Dedi.
Demikian halnya dengan keluarga, Putu Satria tidak pernah bercerita tentang kekerasan yang kerap dialaminya selama menempuh pendidikan di STIP.
Putu Satria diketahui sempat curhat ke kesasihnya, dan mengaku sering menjadi sasaran pemukulan oleh seniornya.
Bahkan Putu Satria sempat menunjukan foto ulu hatinya yang lebam, akibat penganiayaan sekitar bulan Desember lalu.

Motor Kesayangan Ikut Antarkan Rio
SUASANA duka masih terasa di kediaman Putu Satria Ananta Rustika (19) yang akrab dipanggil Rio, di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Kamis (9/5).
Papan ucapan belasungkawa berjejer di depan pintu masuk rumah pemuda yang meninggal dunia setelah mendapatkan kekerasan dari seniornya di STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) Jakarta.
Di depan rumah, tampak terparkir sepeda motor 2 tak jenis Yamaha RX Spesial yang di depannya terpasang foto Putu Satria. "Ini sepeda motor kesayangan Rio (Panggilan Putu Satria)," ujar ibu dari Putu Satria, Ni Nengah Rusmini, Kamis (9/5).
Ia menceritakan, Putu Satria sangat gemar dengan sepeda motor tua, khususnya 2 tak. Bahkan ia terus memantau sepeda motornya, pada saat menempuh pendidikan di Jakarta.
Tiga hari sebelum meninggal dunia, tepatnya pada 1 Mei 2024, Putu Satria sempat menelepon ayahnya dan meminta untuk sepeda motornya dipasangi strip (stiker). "Tadi teman-temannya yang datang untuk memasang strip (stiker) di sepeda motor Rio," katanya sembari terisak.
Sepeda motor itu juga sempat dibawa, untuk mengantarkan jenazah Putu Satria pulang ke rumah duka setelah disemayamkan beberapa hari di RSUD Klungkung. "Sepeda motor ini tadi ikut mengantarkan jenazah Rio pulang ke rumah," ungkapnya.
Jenazah Putu Satria tiba di rumah duka sekitar Pukul 07.00 Wita. Jenazah langsung disemayamkan di bangunan Bale Dangin. Rencananya prosesi pengabenan jenazah Putu Satria digelar, Jumat (10/5).
Kasus meninggalnya Putu Satria memasuki babak baru. Polres Jakarta Utara telah menetapkan 3 tersangka lain, dari kasus ini selaim tersangka utama Tegar Rafi Sanjaya (21). Keempat tersangka merupakan taruna tinggal II atau senior dari korban (Putu Satria Ananta Rustika).
Pihak keluarga sudah mengetahui informasi penambahan tersangka itu, Rabu(8/5) sore. "Kemarin sore sudah dapat informasi dari Jakarta. Infonya ada penambahan 3 tersangka, jadi 4 orang," ujar Nengah Rusmini yang juga tenaga medis di RSUD Klungkung.
Rusmini menegaskan, pihak keluarga dan kuasa hukum masih terus mencari bukti baru, agar semua pelaku yang ikut melakukan kekerasan terhadap anaknya dapat ditangkap. "Memang dari awal sudah ganjil. Tubuh anak saya banyak luka lebam seperti itu, kok tersangka hanya satu orang. Itu tidak mungkin. Saya yakin pelakunya lebih dari 1 orang," ungkap Rusmini.
Ia akan terus mencari keadilan demi putranya, sampai semua pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal. "Saya sangat memohon bantuan rekan media untuk mengawal kasus ini, sehingga keluarga mendapat keadilan yang seadil-adilnya.
Sehingga kematian anak saya ini tidak sia-sia," jelas Rusmini sembari meneteskan air mata.
Sementara pihaknya belum menerima permintaan maaf dari pihak keluarga pelaku. "Permintaan maaf belum ada (dari keluarga pelaku), tidak ada itikad baik sama sekali," ungkap Rusmini. (mit)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.