Berita Klungkung
Tarian Sanghyang Dedari Desa Bunga Mekar Bali, Kembali Bangkit Setelah Puluhan Tahun Tidak Ditarikan
Ni Putu Ayu Ratih Noviani (10) yang duduk di bangku kelas III SD untuk mewarisi tarian sakral tersebut.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Banjar Behu, Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida kembali membangkitkan tradisi Tari Sanghyang Dedari.
Tarian sakral tersebut nyaris punah setelah puluhan tahun tidak ditarikan, akibat tidak adanya regenerasi.
Tarian Sanghyang Dedari kembali ditarikan di Pura Paibon Dalem Tarukan di Banjar Behu, serangkaian ngodakin pratima di pura paibon tersebut.
Akhirnya tarian sakral tersebut kembali ditarikan, setelah adanya regenerasi.
Baca juga: Inilah Makna Barongsai, Tarian Tradisional Khas Perayaan Tahun Baru Imlek
Seorang warga Banjar Behu, Desa Bunga Mekar I Ketut Kusetyawan mengatakan, tarian Sanghyang Dedari di Banjar Behu puluhan tahun tidak ditarikan lantaran tidak ada penerus, mengingat tarian ini harus dibawakan oleh anak-anak yang belum memasuki masa menstruasi.
"Sebelumnya ibu saya pelatih tari Sanghyang Dedari, kakak saya juga. Tarian ini lama vakum, karena penari sebelumnya sudah beranjak dewasa dan cukup lama belum menemukan penari yang pas," ungkap Kusetyawan, Senin 13 Mei 2024.
Tarian sakral ini kembali dibangkitkan, setelah sejumlah tokoh setempat seperti jro mangku bermimpi yang dimaknai untuk membangkitkan kembali tradisi Sanghyang Dedari tersebut.
Akhirnya krama sepakat untuk nyanjan (meminta petunjuk kepada Ida Sesuhunan).
Atas petunjuk tersebut, seluruh anak-anak di Banjar Behu dikumpulkan di pura dan dilakukan berbagai ritual.
Lalu anak-anak yang mengalami kerauhan (trance) paling pertama, diyakini ditunjuk secara niskala untuk menjadi penari Sanghyang Dedari.
Lalu terpilihnya anak setempat, Ni Putu Ayu Ratih Noviani (10) yang duduk di bangku kelas III SD untuk mewarisi tarian sakral tersebut.
Ni Putu Ayu Ratih lalu dilatih menari Sanghyang Dedari oleh warga setempat, yang sebelumnya juga pernah ditunjuk menjadi penari Sang Hyang Dedari.
"Anak yang ditunjuk mewariskan tarian Sanghyang Dedari ini, dengan cepat menguasai tarian Sanghyang Dedari ini," ungkap dia.
Akibat lama tidak ditarikan, gelungan (mahkota) Sanghyang Dedari hanya disimpan di Pura Desa Banjar Behu.
Namun, gelungan lama sudah rusak sehingga diganti baru sesuai aslinya, termasuk busananya.
Tarian Sanghyang Dedari di Banjar Behu, Desa Bunga Mekar sangat unik.
Penari akan menari dalam keadaan mata tertutup dan diiringi oleh kidung yang dilantunkan krama.
Gerakannya pun mengikuti alunan kidung. Diyakini penari tidak sadarkan diri saat menari.
"Tarian Sanghyang Dedari ini tidak hanya ditarikan di Pura Khayangan Tiga, namun juga di Pura Paibon," ungkap Kusetyawan.
Sementara itu, pemangku Pura Paibon Dalem Tarukan di Banjar Behu, Jro Mangku Made Artha mengatakan, tarian Sanghyang Dedari biasanya dipentaskan saat pujawali maupun atas permohonan warga yang naur sesangi ketika permohonannya terkabu
Menurutnya tidak sedikit krama yang permohonannya dikabulkan setelah memohon kepada Sanghyang Dedari.
Mulai dari meminta agar dikaruniai anak atau memohon kesembuhan atas penyakit yang diderita.
"Secara makna yang diyakini, tarian Sanghyang Dedari ini ditarikan untuk menetralisir agar terhindar dari mala bahaya dan karma memperoleh kerahayuan dan keselamatan," ujarnya.
Sebelum ditarikan, ada beberapa proses upacara yang dilakukan mulai dari Mapekeling dan sebagainya.
"Astungkara Ida Sesuhunan merestui hingga tradisi ini bangkit kembali,” ujarnya. (mit)
Kumpulan Artikel Klungkung
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.